Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menyatakan, sebagai partai politik besar yang Pemilu lalu (2014) sukses meraih suara terbanyak, wajar jika PDIP dan koalisi partai lain yang mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin optimistis bisa menang Pemilu dan Pilpres 2019.
Tingginya suara PDIP terlihat dari hasil sejumlah lembaga survei yang menempatkan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut diurutan teratas. Survei terbaru LSI Denny JA misalnya, memotret elektabilitas partai-partai politik di 10 provinsi melaporkan PDIP menjadi juaranya.Â
Baca Juga
Bagong menyatakan, sebagai partai yang memiliki akar kultural di tingkat massa, PDIP diprediksi masih belum bisa disusul Partai Gerindra yang berada di urutan berikutnya.
Advertisement
"Namun yang jadi pertanyaan, apa sebetulnya yang menjadi pilar penopang dan strategi yang dikembangkan PDIP untuk terus mendulang suara dalam Pileg maupun Pilpres nanti?" ungkap Bagong, melalui pesan tertulis, Senin (12/11/2018).
Guru Besar Fisip UI ini pun mengemukakan sejumlah alasan kenapa PDIP akan tetap meraup banyak dukungan dari masyarakat. Pertama, sebagai partai wong cilik, PDIP memiliki pendukung tersendiri yang sebagian besar berasal dari kelas menengah ke bawah. Kedua, PDIP dikenal sebagai partai yang mendukung semangat multikultural,
"Bagi sebagian besar masyarakat yang tidak menginginkan Indonesia terlalu konservatif apalagi menjadi negara khilafah, PDIP memiliki nilai plus tersendiri," ujarnya.
Kehadiran Ma'ruf Amin
Ketiga, sambung, bagong, sebagai partai yang identik dengan figur Bung Karno, PDIP memiliki konstituen loyal, bahkan fanatik.Â
"Terakhir, dalam menghadapi Pilpres 2019, strategi Jokowi menggandeng Ma’ruf Amin adalah amunisi tambahan bagi PDIP dan partai koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin untuk makin memperluas basis dukungannya,' ujangkapnya.
Kehadiran Ma’ruf Amin, jelas dia, akan menjadi nilai plus tersendiri untuk menambah dukungan suara dari kelompok santri NU dan umat Islam lain.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement