Indikator: PDIP Bisa Kawal Calonnya di Pilkada dengan Gotong Royong

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai PDIP merupakan partai politik yang berbeda dengan yang lainnya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Agu 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 22:00 WIB
Megawati Ajak Kader dan Simpatisan Tidak Golput
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani saat menghadiri kampanye rapat umum di Solo, Jawa Tengah, Minggu (31/3). Kampanye yang dihadiri ribuan kader PDIP Se-Jawa Tengah untuk membuktikan kader dan simpatisan bersatu. (Liputan6.com/HO/Iwan)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai PDIP merupakan partai politik yang berbeda dengan yang lainnya.

Menurut dia, semangat gotong royong politik PDIP dianggap sebagai modal dasar dan identitas partai untuk memenangkan kontestasi di mana pun berada.

Hal ini disampaikan Burhanuddin saat menjadi pemateri dalam Sekolah Partai Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah gelombang pertama melalui virtual, Sabtu (22/8/2020). Hadir Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Bambang 'Pacul' Wuryanto sebagai pemateri.

"Jadi umumnya partai, setelah memberikan rekomendasi, kemudian perannya hilang tenggelam. Tetapi tadi Mas Bambang Pacul sudah sangat terang benderang menjelaskan komitmen PDI Perjuangan yang bukan sekadar meminang tetapi juga meyakinkan bahwa calon yang diusung itu menang dan dikawal proses pemenangannya hingga sampai pada proses cover endingnya," kata Burhanuddin.

"Jadi apresiasi tentu saja buat PDIP di bawah Ibu Megawati dan Mas Bambang Pacul sebagai Ketua Bappilu agar calon tidak kehilangan arah," tambah dia.

Dia mencontohkan banyak kepala daerah yang dimenangkan justru oleh sistem PDIP. Contoh-contoh itu banyak menonjol di Jawa Tengah di mana basis massa PDIP sangat kuat dan tegak lurus.

Untuk di konstestasi daerah paling rumit seperti Jakarta, kata Burhanuddin, PDIP telah membuktikannya di Pilgub DKI 2012. Saat itu, PDI Perjuangan mendukung pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.

"Saya ingat betul waktu Pak Jokowi diusung sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2012. Waktu itu modal pertama kali Pak Jokowi maju disurvei itu 3,8 persen, bisa cek data saya. Kemudian 6 bulan sebelum pilkada elektabilitas 8 persen, yang kenal cuma 15 persen, tetapikan PDI Perjuangan luar biasa melakukan gotong royong politik ini semua infrastruktur partai dikerahkan," kata Burhanuddin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Semakin Dewasa

Burhanuddin memandang PDIP juga mengerahkan gerakannya ke pinggiran Jakarta. Bahkan, PDI Perjuangan mengganggap kemenangan Jokowi bukan urusan personal, melainkan pertaruhan atau ujian martabat.

"Akhirnya setiap bulan ada kenaikan dan Pak Jokowi, saya ingat tidak pernah menyalahkan survei, kalaupun toh surveinya itu tidak memberikan kabar baik, dia terima dan bekerja untuk merubah hasil survei itu menjadi kemenangan. Mental semacam ini harus ditiru oleh semua calon yang diusung PDIP," kata dia.

Kontestasi politik yang terjadi pada 2017 dan 2018 yang lalu juga membuat PDI Perjuangan semakin dewasa. Bagaimanapun, kata dia, hanya PDIP partai politik satu-satunya yang memenangkan pemilu dua kali berturut-turut di Indonesia.

"Sebelumnya tidak pernah ada preseden di mana partai bisa mengulang kemenangan. Baru kali ini, 2019 kemarin. Nah kalau misalnya Pilkada ini terutama 2020 bisa dimenangkan secara telak, itu bisa menjadi modal buat PDI Perjuangan mencetak hattrick kemenangan pada 2024," dia memungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya