Liputan6.com, Jakarta Strategi open house umum dilakukan agen properti demi menciptakan kepercayaan dari konsumen. Open house merupakan agenda di mana agen properti akan mengajak beberapa calon konsumennya untuk melihat dengan jelas detail properti yang tengah dipasarkannya.
Latar belakang strategi ini didasari kecenderungan konsumen yang lebih tertarik mengunjungi langsung lokasi hunian yang ditawarkan, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli produk tersebut.
Lazimnya, kegiatan ini diadakan pada akhir pekan mengingat di hari kerja calon konsumen tentu tidak dapat menghadiri.
Advertisement
Saat jam open house yang dijadwalkan berlangsung, yang perlu diingat dan ditanamkan dalam benak Anda selaku agen properti adalah “tidak semua konsumen yang datang merupakan calon pembeli potensial”.
Dikutip dari Rumah.com inilah empat tipe konsumen properti yang hadir ketika open house.
1. Pembeli sebenarnya
Konsumen dengan tipe ini akan memberi sejuta pertanyaan yang harus siap Anda jawab. Jangan dianggap sebagai sesuatu yang mengesalkan, karena di momen inilah mereka tengah meyakinkan niatnya bahkan segera mengambil tindakan setelah mendapat jawaban memuaskan.
Maka dari itu, layani pembeli tipe ini dengan perlakuan yang baik dan santun. Persilahkan mereka apabila ingin melakukan kunjungan kedua atau ketiga selain acara open house.
2. Tetangga sebelah
Kejutan! Anda takkan pernah tahu siapa yang mendatangi open house yang Anda adakan. Bisa jadi ia adalah tetangga sebelah yang hanya penasaran dengan isi rumah yang Anda promosikan, atau mungkin ia memang benar-benar tertarik untuk pindah.
Bila menjurus ke rasa penasaran, konsumen tipe ini pasti akan langsung bertanya harga jual yang dibandrol. Tujuannya adalah untuk membandingkan harga rumah tersebut dengan rumahnya, apakah ia memasang harga terlalu tinggi atau justru terlalu rendah.
Setelahnya, ia hanya melihat-lihat kondisi rumah sebentar dan langsung pergi.
3. Agen pesaing
3. Agen pesaing
Pengunjung open house tipe ini sepertinya cukup perlu diwaspadai. Mereka biasanya hadir untuk mengetahui cara Anda berjualan saat open house, bahkan khawatirnya mencuri listing Anda.
Dalam banyak kasus, penjual terlebih dahulu akan mewawancarai beberapa agen sebelum akhirnya memutuskan salah satu dari mereka.
Agen terpilih pasti akan berusaha keras mengorbankan waktu dan biaya untuk mengamankan listing yang telah didapatnya.
Sayangnya, Anda mungkin kurang menyadari ada agen lain yang tidak terpilih saat itu, turut memasarkan properti yang dijual tanpa diminta klien. Inilah yang akhirnya disebut dengan duplikat listing.
4. Pemilik sebelumnya
Sebuah rumah bisa jadi telah berganti kepemilikan hingga dua atau tiga kali. Tak pelak, mungkin salah satu dari tamu open house Anda merupakan pemilik sebelumnya atau kerabat dari pemilik terdahulu tersebut.
Kedatangan mereka jangan dianggap sebagai pembawa masalah, karena mungkin mereka hanya ingin bernostalgia atas kenangan selama menghuni rumah. Jika Anda berani, ajak ia untuk menceritakan betapa bagusnya rumah itu kepada tamu yang lain.
Alih-alih hanya sekedar sharing semata, Anda malah menemukan pembeli potensial yang percaya akan pengalaman tinggal pemilik sebelumnya.
Foto: Pixabay
Advertisement