'Gurihnya' Bisnis Kondotel di Bali

Di Bali, para pelaku investor condotel sudah bisa mendapatkan titik ini dalam jangka waktu 2 tahun saja.

oleh Fathia Azkia diperbarui 01 Nov 2016, 19:11 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 19:11 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kondotel, atau yang biasa disebut kondo saja, merupakan singkatan dari kondominium-hotel. Dasarnya, kondotel merupakan hotel yang unitnya dimiliki oleh beberapa orang berbeda.

Sebagaimana layaknya hotel, kondotel memiliki beragam pilihan unit, mulai dari studio hingga suite. Disebut kondotel karena pemilik unit memiliki hak untuk menggunakan unit tersebut secara gratis, dengan jumlah hari yang telah ditetapkan per tahunnya.

Biasanya di akhir tahun, atau setiap periode yang disepakati, pemilik unit akan mendapatkan pembagian hasil keuntungan sewa unit tersebut. Sistemnya pun berbeda-beda: ada yang dihitung berdasarkan frekuensi unit disewa, ada pula yang dibagi rata (sesuai persentase/tipe unit), terlepas dari unit mana yang laku disewa setiap tahunnya.

Namun pergeseran tren membuat kondotel kini bukan hanya berupa bangunan vertikal saja, melainkan lebih mengarah ke rumah tapak dengan konsep sentuhan villa.

Biasanya lokasi kondotel terletak tak jauh dari pusat pariwisata, seperti di Bali, Bandung, Bogor, bahkan Belitung yang kini tengah dijadikan sasaran berlibur para turis mancanegara dan lokal.

Fasilitas yang disediakan pun beragam, mulai dari kolam renang, spa, restoran, ruang meeting, pusat kebugaran, taman bermain, yang jika dilihat hampir tak ada beda dengan hotel berbintang.

Menurut vice principle Century 21 Metro dan Century Metro 1 Kota Harapan Indah, properti jenis kondotel muncul karena pertumbuhan hotel yang semakin marak.

Umumnya, kondotel hanya bisa digunakan oleh pemiilik tujuh kali dalam setahun. Itu artinya, pemilik tidak bebas menghuninya setiap saat karena statusnya yang harus disewakan ke wisatawan.

Keuntungan kondotel pun harus dibagi dengan operator yang mengelola. Umumnya, sharing profit adalah 70% untuk investor dan 30% untuk operator. Namun jika mengamati titik impas (Break Even Point/BEP), kondotel lebih menjanjikan hasil yang cepat.

Di Bali, para pelaku investor kondotel sudah bisa mencapai BEP ini dalam jangka waktu 2 tahun saja.

“Maksimalnya tujuh tahun baru dapat titik impas. Tapi kalau lokasinya strategis dan berada di dekat objek wisata menarik, tidak menutup kemungkinan 2 sampai 3 tahun sudah bisa raih BEP,” ucap Yohan.

Sisi menarik lain yang dimiliki kondotel adalah pemberian jaminan ROI (Return of Investment) senilai 8% per tahun, dalam jangka waktu tiga tahun pertama. Jadi, misalkan investor membeli sebuah kondotel seharga Rp800 Juta, maka ROI yang didapat tiap tahunnya adalah Rp64 juta.

(Simak juga: Momen Terbaik Berinvestasi Villa di Bali)

Salah satu kamar menghadap langsung ke kolam renang. Ini adalah kamar di kondotel yang ada di Bali Harmoni Tibubeneng Villas.

Kondotel di Bali

Isny Betty, General Manager Springhill Condotel at Jimbaran Hijau dari Springhills Group mengutarakan, kondotel ini menawarkan harga sewa per malam sekitar USD150 hingga USD260. Jika dirupiahkan, setara dengan Rp1,97 Juta sampai Rp3,41 Juta.

Menurutnya, beberapa turis mancanegara seperti Tiongkok dan Jepang sangat menyukai Bali, bahkan mereka tidak tanggung-tanggung untuk berlibur di Bali dalam jangka waktu yang sedikit lama. Inilah yang menyebabkan investor bisa meraup untung besar dalam waktu singkat.

Mengenai sharing profit, Isny mengungkapkan bahwa pemilik akan mendapat keuntungan 70%, sedangkan pengelola sebesar 30%.

Alternatif bisnis kondotel lain bisa disalurkan di resor The Ocean Views. Lokasi kondotel terpaut 8,6km dari Pantai Nunggalan, sebuah pantai tersembunyi yang punya pesona menawan.

Resor ini memiliki 16 unit villa dan 85 unit apartemen, yang terdiri dari satu, dua dan tiga kamar tidur. Untuk memanjakan wisatawan maupun pemilik yang hendak menginap di sini, tersedia kolam renang pribadi (opsional) dengan konsidi ruang yang sudah fully furnish.

Sementara fasilitas bersama meliputi restoran, kolam renang, area gym, spa dan salon, serta minimarket.

(Simak juga: Ini Bukti Bisnis Properti Bali Masih Seksi!)

Ada lagi satu kondotel yang layak dipertimbangkan. Meski secara konsep Bali Harmoni – Tibubeneng Villas terlihat seperti townhouse eksklusif, namun proyek properti ini disewakan serupa kondotel. Karena itu, pengembang mempromosikannya sebagai ‘villatel’ alias villa kondotel.

Pengembang telah menunjuk Aksata Vila untuk mengelola Bali Harmoni secara profesional. Jadi, layaknya hotel, Bali Harmoni juga memiliki fasilitas house keeping, room service, maintenance, dan lainnya.

Jadi, pemilik tidak bisa serta-merta tinggal di properti tersebut berdasarkan keinginannya. Namun, pemilik akan mendapatkan voucher menginap 21 hari setiap tahunnya.

Jika voucher menginap telah habis, pemilik tetap bisa tinggal dengan kompensasi pemotongan sejumlah tertentu dari hasil pembagian keuntungan.

Menariknya, pihak manajemen kondotel tidak menawarkan sharing profit 70:30, tetapi berdasarkan Nett Operating Profit (Keuntungan Bersih Pengoperasian Villa) bukan dari Gross Revenue. Persentasenya adalah 80:20 yang akan dibagi tiap tahunnya.

Untuk harganya sendiri, pengembang menghadirkan tiga tipe yakni dua kamar tidur (LB 124m2) seharga Rp3,1438 Miliar, dua kamar tidur luas 122m2 Rp3,3264 Miliar, dan tiga kamar tidur dibandrol Rp4,3 Miliar.

Foto utama: The Ocean Views

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya