Jakarta Masih Ungguli Pasar Properti 2016

Daerah Jakarta Pusat, khususnya Kemayoran dan Menteng diindikasikan menjadi wilayah pilihan utama konsumen dalam membeli hunian sekunder.

oleh Fathia Azkia diperbarui 02 Des 2016, 19:45 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 19:45 WIB
pasar properti
Kota Jakarta

Liputan6.com, Jakarta Sepanjang tahun 2016, Rumah.com mencoba mengamati pergerakan pasar dalam sektor properti se-Jakarta yang hasilnya memunculkan nama Jakarta Selatan sebagai area favorit. Perolehan persentasenya mencapai 11,81%.

Kota administrasi ini bahkan sukses menggeser Jakarta Timur yang memiliki persentase 6,80% dan Jakarta Barat dengan 6,10%.

Tidak hanya dari sisi pencarian saja, rupanya Jakarta Selatan turut digandrungi para pengembang yang skala pembangunan rata-ratanya adalah rumah tapak kelas atas maupun apartemen bergengsi. Sulit memang mencari rumah baru harga di bawah Rp1 Miliar di sini.

Achmad Setiadi, Direktur Utama PT Pardika Wisti Sarana menuturkan beberapa alasan mengapa Jakarta Selatan hingga kini masih menjadi primadona properti. Menurutnya, komposisi yang ideal dari wajah Jakarta Selatan merupakan salah satu penyebabnya.

“Dulunya kan selatan ini didominasi oleh hunian saja. Namun seiring waku bisa dilihat sendiri bagaimana kondisi Jakarta Selatan saat ini. Komposisi antara tempat tinggal, perkantoran, dan area komersial yang berkembang secara seimbang, membuat wilayah ini memang layak huni,” katanya.

Senada dengan Achmad, Country Manager Rumah.com, Wasudewan mengatakan, “Area Jakarta Selatan memang ideal bagi para pekerja maupun pebisnis, karena dekat dengan dua kawasan bisnis utama, yaitu Sudirman-Thamrin dan TB Simatupang.”

(Simak juga: Sepuluh Faktor Pemicu ‘Manisnya’ Sektor Properti di 2017)

Pusat Sekunder, Timur Premier

Meski demikian, pasar properti di area lain seperti Jakarta Timur sebenarnya tidak kalah menarik. Belum sebagus tetangganya, Selatan, namun perkembangannya sudah mulai terasa. Di wilayah ini masih tersedia land bank yang memadai, sehingga rentang harganya pun variatif.

Aris Syamsul, Direktur Operasional Apartemen Titanium-Aston Cijantung, memaparkan persentase pasokan properti di sektor apartemen dan kondotel di kelima wilayah Jakarta.

  • Jakarta Selatan 24,1
  • Jakarta Utara 18,3%
  • Jakarta Barat 14,9%
  • Jakarta Pusat 13,8%
  • Jakarta Timur 5,8%

“Selatan saat ini sudah diramaikan oleh residensial rumah tapak maupun hunian vertikal di sekujur TB Simatupang. Nah, saat lokasi incaran ini telah penuh, mau tidak mau pencari properti harus bergeser sedikit ke kawasan lain yang lokasinya berdempetan dengan Jakarta Selatan, seperti Jakarta Timur.”

Supply yang tidak seimbang dengan demand, menyebabkan harga properti di suatu wilayah menjadi tinggi. Di lain sisi, Jakarta Timur saat ini telah menyediakan pilihan sementara permintaan belum terlalu tinggi. Inilah yang memicu harga properti di sini masih sangat terjangkau,” menurutnya.

Dari hasil riset yang dilakukan Rumah.com untuk kategori 10 lokasi favorit pencari properti, nama Jakarta Pusat dan Jakarta Utara tidak masuk kedalam daftar.

Bisa jadi penyebabnya adalah karena stok lahan di sana yang sangat terbatas, sehingga harga jual pun melonjak.

Daerah Jakarta Pusat, khususnya Kemayoran dan Menteng diindikasikan menjadi wilayah pilihan utama konsumen dalam membeli hunian sekunder. Pasalnya, penjualan kembali tercepat (sales velocity) terjadi di kedua wilayah ini.

Sedangkan prime area property di Jakarta Utara sendiri masih berada di Pluit (Penjaringan), Kelapa Gading, dan Sunter.

“Pergerakan harga lahan di Pluit dan Kelapa Gading relatif mulai melambat dan beberapa titik terjadi koreksi harga, kendati masih dalam batas wajar,” jelas CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda.

Sementara mengutip data yang dirilis Colliers International Research Indonesia kuartal 3 2016, area Jakarta Barat masih didominasi suplai ‘hunian jangkung’ baru hingga tahun 2017.

Berbagai alasan dikemukakan tentang mengapa apartemen dengan mudah diserap pasar Jakarta Barat. Selain pangsa pasar yang telah terbentuk, kawasan ini juga tengah dicanangkan Pemerintah untuk menjadi SPBB (Sentra Pembangunan Bisnis Barat).

Kendati pengembangan hunian difokuskan ke arah vertikal, namun proyek landed house masih tetap ada demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Porsinya bahkan seimbang dengan suplai apartemen.

“Pasar yang paling besar sekitar 70-80% mengincar hunian dengan harga jual Rp1 sampai Rp2 miliar. Sementara rumah Rp3 miliaran lebih disukai oleh konsumen high-end,” kata Principal Boss Property, Irwan Young.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya