Pangsa Properti Diproyeksikan 'Sehat' di Q3-2017

Ada sejumlah pihak yang mengaku menyayangkan terjadinya pilkada putaran kedua, terutama mereka yang bergelut di bidang propeperti

oleh Fathia Azkia diperbarui 24 Feb 2017, 15:09 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2017, 15:09 WIB
pasar properti jakarta
Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Pemilihan kepala daerah alias Pilkada DKI Jakarta yang telah berlangsung pada 15 Februari kemarin menyisakan kisah baru nan seru.

Pasalnya, dari ketiga kandidat yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, sama-sama tidak ada yang berhasil menggaet kemenangan 50%+1.

Agus-Sylvi harus cukup puas dengan perolehan suara 16,7%, Ahok-Djarot 43,2%, dan Anies-Sandi 40,1%.

Baca juga: Tawarkan DP 0 Persen, Begini Penjelasan Pengembang Properti

Berdasarkan ketentuan Komisi Pemilihan Umum (KPU), apabila dalam pilkada tidak ada satupun kandidat yang meraih suara minimal 50% lebih satu suara, maka pasangan calon yang meraih posisi pertama dan kedua akan diikuti lagi dalam pemungutan suara putaran kedua.

Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan digelar pada Rabu, 19 April 2017, dan kemudian rekapitulasi suara dilangsungkan tanggal 20 April sampai 1 Mei 2017.

Ada sejumlah pihak yang mengaku menyayangkan terjadinya pilkada putaran kedua, terutama mereka yang bergelut di bidang investasi, termasuk properti. Bukan rahasia umum lagi jika situasi politik kerap menahan laju investasi, termasuk di sektor properti.

Margo Khusiono, agen properti dari Century 21 Prioritas, mengungkap bahwa pergerakan pasar sebenarnya sudah berangsur membaik di kuartal empat tahun lalu. Akan tetapi penurunan berpotensi terjadi kembali baik pra maupun pasca pilkada berlangsung.

“Di kuartal IV-2016 indikasi perbaikan pasar properti sangat jelas terlihat. Hanya saja ada sejumlah kerikil-kerikil kecil seperti demonstrasi dan isu keamanan, yang ternyata berefek terhadap minat konsumen terutama kalangan investor terhadap belanja properti,” katanya saat diwawancarai Rumah.com.

Menurutnya, beberapa kondisi yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli rumah baru atau apartemen baru di antaranya adalah aman, nyaman, plus situasi politik yang bagus.

“Jika ketiganya itu sudah terpenuhi, saya yakin market bisa meroket ke arah positif. Tetapi kalau mencermati situasi sekarang, seharusnya pangsa pasar baru bisa kondusif pada Juli atau awal kuartal tiga 2017,” Margo menguraikan.

“Sebab, isu-isu pilkada putaran kedua diperkirakan baru berakhir pada awal Mei. Sementara Mei sudah masuk ke bulan Ramadhan, lalu Juni nya lebaran. Ya, proyeksi saya Juli baru mulai bagus mestinya,” tukasnya.

Baca juga: Properti Komersial Lesu Sepanjang Kuartal Akhir 2016

End-user Tetap Stabil

Senada dengan Margo, agen properti dari ERA Griya Selaras, Ossy Agusta, juga mengakui adanya perlambatan penjualan dari pasar investor.

“Tahun ini masih bisa dikatakan sebagai masa pemulihan properti. Lalu ditambah lagi dengan musim Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang biasanya memancing sikap investor untuk cenderung wait and see karena ada rasa kekhawatiran dengan kebijakan baru yang dicetuskan gubernur mendatang,” terangnya.

Tanpa menutup-tutupi, menurut Agusta, penjualan properti sepanjang tahun 2016 lalu pun mengalami penurunan meski tidak terlampau signifikan.

“Siklusnya memang terbaca begitu. Satu investor seperti ‘latah’ mengekor investor lain untuk menunggu kondisi properti stabil lagi. Mereka biasanya lebih cemas akan perubahan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang sering dinilai sebagai penghambat utama,” katanya.

Kendati demikian, penjualan properti masih laris saja dari sisi konsumen kategori end-user (membeli untuk ditempati).

(Apartemen se-Jawa Barat cocok untuk investasi ada di sini)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya