Saat Anak Autis Belajar Mengenal Lingkungan Luar

Kebanyakan anak autis tidak nyaman berada di lingkungan yang terlalu bising.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 20 Nov 2015, 09:58 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2015, 09:58 WIB
Saat Anak Autis Belajar Mengenali Lingkungan Luar
Kebanyakan anak autis tidak nyaman berada di lingkungan yang terlalu bising. (Ahmad Yusran/Liputan6.com)

Liputan6.com, Makassar - Teriknya matahari pada Jumat (20/11/2015) pagi tidak menghentikan langkah rombongan dari Sentral Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Pelita Mandiri, Makassar. 16 anak berusia 5-12 tahun pengidap autis didampingi 3 guru dan 2 terapisnya berjalan beriringan dengan berpegangan pada tali atau tangan teman sebelahnya.

Menyusuri Jalan Onta Lama, Kecamatan Mamajang, Makassar, rombongan itu sedang mempraktikkan kelas pengenalan lingkungan luar. Kelas tersebut diadakan selain untuk meningkatkan kesehatan para siswa, juga untuk mengasah kepekaan indra dan motorik halus mereka.

Kegiatan dimulai pukul 08.00 WITA. Durasinya hanya 30 menit agar murid tidak kecapaian. Para guru mengatur rombongan dalam 2 baris sebelum mereka memulai kegiatan. Sedangkan, para terapis yang mendampingi memosisikan diri di samping barisan paling belakang.

Seutas tali sengaja direntangkan di sisi rombongan sebelah kanan. Guru yang bertanggung jawab menerangkan tali itu sebagai batas jalan aman bagi mereka. Jika dilewati, mereka bisa tertabrak kendaraan yang melintas. Kondisi jalan yang akan dilintasi mereka memang cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor.

Belum lama berjalan, Ardy (5) tiba-tiba melepaskan pegangannya dan berlari menjauhi rombongan. Terapis dengan sigap mengejarnya agar terhindar dari kecelakaan. Perempuan yang bernama Vivi itu berusaha menarik tangannya sambil membujuk agar anak itu kembali dalam rombongan. Ia juga mengelus pundak Ardy demi menenangkannya.

"Tidak boleh ke luar dari lintasan. Itu berbahaya karena di situ ada motor, ada mobil," ujar Vivi dalam nada pelan.

Bujukan itu berhasil tidak lebih dari 3 menit. Ardy kembali tenang dan masuk dalam barisan.
Acara jalan sehat itu akhirnya berakhir di halaman sekolah. Selanjutnya, mereka melanjutkan pelajaran di dalam kelas.

"Yang kami takutkan dari siswa penderita autis ini ialah keluar dari lintasan tali yang kita buat saat jalan sehat. Sebelumnya, belum lama juga pernah ada siswa kami yang merontak dan mengamuk keluar dari lintasan dan nyaris ditabrak kendaraan," terang Vivi kepada Liputan6.com.

Sikap berontak Ardy, kata dia, sebenarnya sudah bisa diprediksi. Anak autis umumnya tidak nyaman berada di lingkungan yang terlalu bising. Namun, mereka harus belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar demi masa depan mereka sendiri. Pembiasaan itu menjadi cara belajar yang baik bagi mereka. Tetapi, pelajaran tersebut akan jauh lebih efektif jika orangtua terlibat dalam proses pembelajaran.

"Kalau baru 1-2 kali belum bisa memberi perubahan. 4-6 kali sudah mulai ada perubahan dari belajar di luar. Mereka biasanya jadi lebih tenang kalau diajak ke luar. Tapi, ayah dan ibunya harus juga rajin mengajari mereka saat di rumah," imbuh Vivi. (Din/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya