Liputan6.com, Surabaya - Kisah menarik dari Gunung Argopuro juga diwarnai dengan adanya batu merah yang konon setinggi rumah. Setiap hari Jumat Legi di bulan tertentu.
Batu ini konon kabaranya akan mengeluarkan sinar berwarna merah. Namun, di hari-hari biasa, batu merah ini seperti batu pada umumnya, berwarna abu kehitaman.
Keberadaan batu merah ini bisa dilihat jika pendaki naik dari Desa Bremi, Kabupaten Probolinggo. Jalurnya sendiri melewati Gunung Jambangan, Alun-alun kecil lalu ke arah kanan menuju Gunung Pandu yang juga terdapat kuburan Juknore.
Perjalanan dilanjutkan ke Gunung Semen lalu, Alun-Alun Lonceng dan Gunung Slongi di atas ketinggian 2.929 Mdpl.
"Batunya memang ada dan akan berwarna merah pada Jumat Legi di bulan tertentu. Di dekat Batu Merah tersebut ada makam tua juga," ucap Arifin, warga Desa Bremi, Kabupaten Probolinggo, Jatim, yang juga bekerja di BKSDA Jatim.
Baca Juga
Lain lagi kisah Batu Merah yang dialami oleh Mbah Darto (80) yang menjadi sesepuh di Desa Baderan, Kabupaten Situbondo, Jatim. Beberapa puluh tahun lalu, Mbah Darto pernah bermimpi tentang keberadaan Batu Merah tersebut.
"Saya yang bermimpi tentang lokasi Batu Merah tersebut dan itu letaknya jauh dari Kerajaan Rengganis. Saat saya cari, ternyata memang ada wujud Batu Merahnya. Namun, Dewi Rengganis sangat membenci Batu Merah tersebut," kata Mbah Darto menggunakan bahasa Madura asli.
Ada sesepuh Desa Baderan yang pernah bermimpi jika Dewi Rengganis membawa sebilah pedang dan akan menghancurkan Batu Merah tersebut.
Namun, saat Dewi Rengganis akan menghancurkan Batu Merah tersebut, datanglah Kyai Pandito dan menghalangi niat Dewi Rengganis tersebut.
Mimpi tersebut dialaminya sekitar tahun 1960-an dan hingga kini Mbah Darto bersama para warga Desa Baderan lainnya masih percaya terhadap cerita tersebut.
Menurut dia, ada orang-orang tertentu yang akan didatangi oleh Dewi Rengganis di dalam mimpi. Wujud Dewi Rengganis memang perempuan cantik bergaun merah, tapi dia tidak pernah menampakkan bentuk wajahnya secara jelas.
"Setelah bermimpi, kami langsung naik ke atas puncak Rengganis, membawakan sesajen dan mengadakan ritual syukur atau permohonan," lanjut Mbah Darto.