Pesan Karuhun, Kearifan Lokal Suku Baduy Jaga Kelestarian Alam

Gubernur Banten Rano Karno pun berjanji menjaga kelestarian alam Banten dari kerusakan.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 15 Mei 2016, 18:51 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2016, 18:51 WIB
Seba Baduy
Acara Seba Baduy di pendopo lama Gubernur Banten, Jalan KH Brigjen Syam'un, Kota Serang. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Serang - Gunung nteu meunang dilebur. Lebak nteu meunang diruksak. Lojor nteu meunang dipotong. Pendek nteu meunang disambung. Artinya, gunung tak boleh dihancurkan. Lembah tak boleh dirusak. Panjang tak boleh dipotong. Pendek tak boleh disambung.

Itu merupakan peribahasa dari Suku Baduy yang hingga kini terus berusaha menjaga kelestarian alam dan adat sejak mereka lahir di Bumi Banten.

"Kami melaksanakan, titipan karuhun (nenek moyang) kami, kalau di Baduy, itu yang (disebut) puun (kepala adat tertinggi). Kalau yang nomor siji (satu) itu Bapak Haji Rano Karno. Seterusna (seterusnya), kami melaksanakan tugas mendatangi Gunung Karang, Gunung Pulosari, Ujung Kulon Shang Hyang Sirah, itu yang kami lakukan setahun sekali," ucap Jaro Saijah, selaku Kepala Adat bagian Pemerintahan Suku Baduy di lokasi Seba Baduy, pendopo lama Gubernur Banten, Jalan KH Brigjen Syam'un, Kota Serang, Sabtu 14 Mei 2016.

Menurut Jaro, Seba Baduy tahun 2016 ini termasuk Seba Leutik (kecil) yang diikuti sebanyak 1.317 orang Baduy. Berdasarkan data sebelumnya ada 1.760 yang dijadwalkan mengikuti Seba Baduy.

  Acara Seba Baduy di pendopo lama Gubernur Banten, Jalan KH Brigjen Syam'un, Kota Serang. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Terkait pesan karuhun tersebut, Gubernur Banten Rano Karno berjanji menjaga kelestarian alam Banten dari kerusakan.

"Orang Baduy merupakan salah satu ujung tombak pembangunan di Banten. Kami akan sekuat tenaga menjaga tanah ulayat di sana, agar bisa meningkatkan kesejahteraan dan kedamaiannya," ujar Gubernur Rano Karno.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya