Liputan6.com, Jayapura - Sebanyak 12 profesor berbagai perguruan tinggi di Amerika bersedia membantu pendidikan di tanah Papua. Para profesor asal Indonesia yang berganti kewarganegaraan Amerika Serikat itu bergerak dalam bidang teknik, pertanian, kesehatan, sains, keuangan dan kewirausahaan.
Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan dalam tatap muka dengan tokoh agama, masyarakat dan pemuda di Kantor Gubernur Papua, memperkenalkan sejumlah profesor yang menjadi dosen pada sejumlah universitas di Amerika. Di antaranya New York University dan Louisiana State University (LSU) ikut serta dalam kunjungannya tersebut.
Â
"Mereka ini ada yang sampai 12 tahun di Amerika dan telah menjadi warga negara Amerika. Tetapi karena cintanya kepada Indonesia, para profesor mau membantu pendidikan di Papua," kata Luhut, Kamis, 11 Agustus 2016. Â
Namun, niat baik para profesor tersebut tidak diterima baik pihak Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura. Kedatangan mereka ditolak kampus hingga membuat Luhut kesal.
"Mereka kan hanya ingin membantu pendidikan di Papua, tak ada pesan politik apapun. Sekarang ini, kalau mau membantu, tanpa bayar dan datang jauh-jauh hampir 30 jam terbang Amerika ke Papua, lalu ditolak, Papua maunya apa? Mau ke mana kita ini?" kata Luhut kesal.
Ia meminta agar tokoh agama dan masyarakat di Papua untuk fokus membangun Papua dan tak ribut dengan masalah HAM. "Pemerintah Indonesia sudah bicara tentang masalah HAM Papua secara terbuka. Sudah ada tim terpadu HAM yang sedang menyelidiki pelanggaran HAM di Papua," ucap dia.
Perhatian pendidikan Pemerintah Indonesia untuk Papua tak hanya sampai di situ. Presiden Joko Widodo telah membuat beasiswa khusus yang diprioritaskan bagi Papua. Setiap tahunnya akan dikirim 20-30 orang asli Papua untuk sekolah ke perguruan tinggi terbaik, baik dalam dan luar negeri
Mau Bantu Pendidikan Papua, 12 Profesor Tak Dibukakan Pintu
Ke-12 profesor asli Indonesia itu sudah berkewarganegaraan Amerika Serikat.
diperbarui 12 Agu 2016, 23:23 WIBDiterbitkan 12 Agu 2016, 23:23 WIB
Citizen6, Jawa Tengah: Pendidikan layanan khusus (PLK) anak-anak korban konflik di Timika, Papua, di PLK Bima Sakti, Desa Cangkring, Kec. Karanganyar, Kab. Demak, setelah delapan bulan mengikuti pendidikan, siap kembali ke Papua. (Pengirim: Sadi)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Komisaris dan Direksi Pertamina PN Keliling Tinjau Kondisi BBM hingga LPG di Regional JBB
Isi Libur Natal 2024 di Jakarta, 19 Ribu Wisatawan Padati Monas
Promo Jenius 2024-2025, Simak Panduan Lengkap Dapatkan Cashback dan Diskon Menarik!
Link Live Streaming Liga Inggris Liverpool vs Leicester City, Jumat 27 Desember 2024 Pukul 03.00 WIB di Vidio
67 Napi di Lampung Dapat Remisi Khusus Natal 2024, Tak Ada yang Langsung Bebas
Ciri-Ciri Orang Tidak Ikhlas Diungkap Buya Yahya, Bisa Dikenali dengan Cara Ini
Polisi Gerebek Indekos di Pesanggrahan Jaksel, Diduga Jadi Tempat Prostitusi
Badan Gizi Nasional Sebut Tak Ada Mandat untuk Ormas di Program Makan Bergizi Gratis
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Piala AFF 2024: Siapa Jadi Raja Asia Tenggara?
Hasil Piala AFF 2024 Singapura vs Vietnam: 2 Gol Telat Menangkan The Golden Star
Kerap Tak Akur dengan Rekan, RSUD Pirngadi Medan Pulangkan Dokter Koas Fladiniyah ke Kampus
Viral Pengakuan Perempuan Dianiaya Pacar Polisi Sampai Dirawat 2 Minggu di Rumah Sakit