Gubernur Gelisah Pekerja Filipina Serbu Jatim

Pekerja dari Filipina dinilai yang paling siap bekerja ke Indonesia.

oleh Zainul Arifin diperbarui 03 Sep 2016, 13:07 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2016, 13:07 WIB
Jemaah Haji Indonesia
Gubernur Jawa Timur Soekarwo melepas jemaah calon haji kloter I Jatim di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Malang - Gelombang tenaga kerja asing dari negara negara-negara se-Asia Tenggara mulai menyerbu Jawa Timur. Sepanjang 2016 ini tercatat ada 12 ribu pekerja asing yang masuk ke Jatim. Mayoritas berasal dari Filipina.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyebut, selain Filipina, para pekerja asing itu berasal dari Kamboja dan Vietnam. Mereka bekerja di beragam sektor industri, seperti jasa, teknologi menengah, perawat, sopir dan sekaligus mekaniknya.

"Paling bagus itu yang dari Filipina, mereka rata–rata sudah lancar berbahasa Indonesia. Pekerja dari Filipina ini yang paling siap masuk ke negara kita," ujar Soekarwo di Malang, Jawa Timur, Jumat 2 September 2016.

Pria yang karib disapa Pakde Karwo itu menambahkan, sesuai aturan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pekerja asing yang masuk ke suatu negara harus memiliki keterampilan.

Karena itu keberadaan mereka, khususnya warga dari Filipina, menjadi ancaman tersendiri bagi tenaga kerja dalam negeri.

Sebagai antisipasi agar tenaga kerja dalam negeri benar–benar siap bersaing dengan pekerja asing, lanjut Pakde Karwo, maka harus ada perubahan di bidang pendidikan.

"Ini yang harus kita bongkar. Sekarang ini 70 persen sekolah vokasi dan 30 persen sekolah umum. Inilah yang harus kita siapkan, sekaligus melihat kebutuhan lulusan di pasar," ujar Pakde Karwo.

Sejauh ini, sambung dia, sudah ada 2.600 sekolah vokasi di Jatim atau masih sekitar 65 persen saja. Dari jumlah sekolah itu, baru 1.500 sekolah yang sudah terakreditasi.

Sekolah yang belum terakreditasi, sambung dia, harus dibantu mendapat peralatan pendidikan yang dibutuhkan. Salah satu yang paling banyak dicari adalah jurusan perikanan serta perawat.

"Ada sekolah vokasi perikanan di Puger, Jember yang selalu habis lulusannya diserap dunia industri. Beberapa saat lalu kita tak bisa memenuhi permintaan 150 perawat ke Australia karena tenaga perawat kita tak bisa menggunakan alat," ucap Pakde Karwo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya