Liputan6.com, Yogyakarta - Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, berbeda dengan candi-candi di di Jawa Timur, seperti Penataran, Singosari, dan Jawi. Perbedaannya bukan hanya pada tujuan dari bangunan itu didirikan, melainkan juga teknik pembuatannya.
"Borobudur adalah Candi Budha yang dibangun untuk tempat peribadatan dan menjadi objek pemujaan, sedangkan candi di Jawa Timur yang merupakan candi Hindu biasanya untuk pendarmaan raja yang sudah mangkat," tutur Ririn Darini, Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kepada Liputan6.com, Selasa 20 September 2016.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia tidak ada literatur kuno berupa prasasti atau enkripsi yang menceritakan secara pasti soal teknik pembangunan Borobudur. Akan tetapi, berdasarkan penelitian sejarah dipercaya Borobudur dibangun dengan teknik kunci batu melalui lubang yang saling berkaitan.
Proses pembangunan Borobudur membutuhkan waktu setengah abad, mulai dikerjakan saat masa pemerintahan raja Mataram Kuno, Samaratungga, dan selesai saat Pramudyawardani, anaknya, bertahta.
Â
Borobudur merupakan candi yang tersusun dari dua juta balok andesit. Untuk pengerjaannya diperkirakan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Pasalnya, untuk mengangkat satu batu setidaknya butuh tenaga empat orang.
"Kemungkinan korban jiwa dalam pembangunan candi itu juga banyak," ukata Ririn.
Metode itu berbeda dengan teknik pembangunan candi-candi di Jawa Timur. Di Jawa timur, batu yang digunakan adalah batu bata dan teknik pelekatan antar batu menggunakan adonan yang disebut wajralepa. Adonan itu berasal dari getah, akar-akaran, dan putih telur.