Liputan6.com, Tegal - Duka mendalam dirasakan keluarga mengiringi kepergian Wahid Zaenanda, pemuda Tegal berusia 19 tahun yang berbobot 180 kg. Lelaki itu meninggal dalam tidur akibat dampak obesitas yang dialaminya pada Senin, 26 September 2016.
Sebelum dimakamkan, proses pemindahan jenazah Wahid mengalami kesulitan. Dengan berat badan di atas rata-rata itu, perlu 20 orang untuk memindahkan jenazah ke dalam peti. Besar ukuran peti jenazah Wahid juga tak biasa, yakni panjang 2 meter dan tinggi kurang lebih 50 cm.
Dengan ukuran peti jenazah tersebut, keluarga tidak menurunkan jenazah Wahid saat disalatkan. Keluarga dan kerabat yang melayat langsung melakukan salat jenazah di depan rumah duka dengan posisi menghadap ke mobil ambulans yang di dalamnya ada jenazah Wahid yang sudah dimasukkan ke dalam peti.
Usai disalatkan, jenazah Wahid kemudian dibawa ke TPU Clerek di Kelurahan Randugunting, Kecamatan Selatan, Kota Tegal. Sesampainya di pemakaman, butuh 20 orang lagi untuk memindahkan jenazah Wahid ke liang lahat dibantu dengan tali tambang.
Baca Juga
Wahid Zaenanda (19), warga RT 4, RW 1, Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, yang memiliki berat badan hingga 180 kg, mengembuskan napas terakhirnya pada Senin, 26 September 2016, sekitar pukul 05.30 WIB pagi.
Sebelum meninggal dunia, Wahid sempat menjalani perawatan medis selama tiga hari di RSUD Kardinah Kota Tegal. Selama dirawat intensif, tim dokter mengatakan jika kondisi Wahid sudah stabil.
Namun, Winarni (46), ibunda Wahid mengatakan, beberapa jam sebelum putranya meninggal dunia, ia sempat mengeluhkan sakit di bagian perut bawah dan sempat meminta infus dilepas.
"Beberapa jam sebelum meninggalnya Wahid, saat itu, ia minta selang infus yang terpasang di kakinya untuk dilepas karena sakit dan tidak nyaman," ucap Winarni di kediamannya.