Liputan6.com, Ternate - Di kalangan orang Inggris, Sultan Nuku disapa Lord of Fortune. Adapun masyarakat setempat mengenalnya sebagai Jou Barakati atau yang diberkati. Demikian tulis Adnan Amal dalam bukunya Kepulauan Rempah-Rempah.
Sejarawan Maluku Utara ini menceritakan, pahlawan bernama lengkap Muhammad Amirudin Syah di masanya terkenal akan keberanian dan kekuatan batinnya. Ia berhasil mentransformasikan masa lalu Maluku yang kelam ke dalam era baru.
Upaya itu, disebutkan telah memberikan kepadanya kebangkitan dan melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan, ketidakadilan dan penindasan Belanda kala itu.
Ekspansi wilayah kekuasaan Sultan Nuku seperti disebut dalam bukunya Adnal Amal, sampai Raja Ampat dan daratan Papua. Sebagiannya sampai Seram, Maluku.
Spirit perjuangan Sultan Nuku ini kembali diperingati oleh Pengurus Garda Nuku Maluku Utara. Mereka membuat kegiatan Nuku Word Festival dalam rangka memaknai semangat Sultan Nuku dalam mengusir penjajah.
Baca Juga
Ketua Panitia Nuku Word Festival Imanullah Muhammad mengatakan, serangkaian kegiatan festifal tersebut sudah disiapkan panitia. Kegiatan itu di antaranya menandatangani agreement cultural-history Maluku Kie Raha yang akan dilaksanakan pada 14 November 2016.
Imanullah menjelaskan, testimoni komitmen implementasi agreement atau persetujuan tersebut akan dihadiri beberapa kedutaan besar seperti Inggris, Belanda, dan Portugal.
"Kegiatan ini melibatkan para sultan, bobato, gubernur, bupati/wali kota se Maluku Utara, bupati dan sekda Raja Ampat, Seram Timur, Mamuju Tengah, Gubernur Maluku dan Wali Kota Ambon," ucap dia saat jumpa pers di Ternate, Kamis, 10 November 2016.
Dia mengatakan undangan untuk kedutaan luar negeri tersebut karena dalam sejarah memiliki benang merah dengan penjajahan Maluku-Maluku Utara.
"Jadi selain fokus pada penandatanganan agreement yang mengundang para tamu dari luar daerah, panitia juga membahas terkait dengan persiapan pengukuhan pengurus besar Garda Nuku pada 12 November setelah bakda subuh. Pengurus Garda Nuku akan dilantik oleh Sultan Tidore di Kedaton Tidore," ia menambahkan.
Dia mengatakan setelah penandatanganan dan testimoni agreement dilaksanakan akan dilanjutkan dengan acara sakral, yakni taji besi atau debus massal Kie Raha.
Advertisement
Sekjen Garda Nuku Budi Janglaha menjelaskan, pada 14 November nanti adalah hari bersejarah. Selain penandatanganan dan testimoni agreement, juga di hari tersebut pihaknya memperingati Haul Sultan Nuku Muhammad Amirudin.
Festival itu tidak hanya sebagai acara serimoni belaka. Namun lebih pada bagaimana masyarakat dapat memaknai spirit Sultan Nuku dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. "Di hari Pahlawan ini, mari mengenang jasa para pahlawan kita dan mewujudkan spirit mereka untuk masa depan kita," Budi memungkasi.​
Muhamad Amiruddin, kelahiran Soasiu, Tidore, 1738 dan wafat di Tidore, 14 November 1805 adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Pena sejarah mencatat, Nuku merupakan sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada 13 April 1779, dengan gelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan.
Nuku adalah putra Sultan Jamaluddin (1757-1779) dari Kesultanan Tidore. Nuku juga dijuluki sebagai Jou Barakati artinya Panglima Perang. Sejarah mencatat pula, hampir 25 tahun, Nuku bergumul dengan peperangan untuk mempertahankan tanah airnya dan membela kebenaran.
Dari satu daerah, Sultan Nuku berpindah ke daerah lain, dari perairan yang satu menerobos ke perairan yang lain, berdiplomasi dengan Belanda maupun dengan Inggris, mengatur strategi dan taktik serta terjun ke medan perang.