Liputan6.com, Gunungkidul - Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki rekam jejak bunuh diri yang mencemaskan. Sepanjang tahun ini, angka kasus bunuh diri mencapai 31 kasus.
Panit Humas Polres Gunungkidul Iptu Ngadino mengatakan, angka kasus bunuh diri di Gunungkidul naik turun. Rata-rata 25 kasus per tahun. Kebanyakan kasus bunuh diri ini dengan gantung diri.
Angka kasus tertinggi ada di tahun 2012 dengan 39 orang. Tahun 2013 turun menjadi 29 kasus. Tahun 2014 kembali turun menjadi 19 kasus dan tahun 2015 naik lagi menjdi 31 kasus bunuh diri.
Advertisement
"Tahun ini ada 31 kasus bunuh diri, sebanyak 28 orang tewas, sedang tiga orang selamat,"katanya kepada Liputan6.com, Kamis (24/11/2016).
Baca Juga
Polisi sudah berusaha melakukan upaya pencegahan bertambahnya angka kasus bunuh diri di Gunungkidul. Sosialisasi di masyarakat terus dilakukan. Tidak hanya itu polisi juga menggandeng tokoh agama, spiritual, dan ahli kejiwaan.
"Semua pihak kita libatkan. Ini upaya kita terus melakukan upaya pencegahan," kata Ngadino.
Manager Divisi Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi Rifka Annisa Women Crisis Center, M Thontowi, mengatakan jumlah kasus di Gunungkidul termasuk tinggi. Maka itu, perlu keterlibatan pemerintah dalam menekan angka bunuh diri dengan menyediakan satu psikolog untuk setiap satu puskesmas di Gunungkidul.
Dengan begitu, masyarakat mudah mendapat akses kesehatan karena kebanyakan mereka mengalami frustasi, depresi, dengan rata-rata berusia 50 tahun ke atas.
"Perlu dilakukan penelitian secara menyeluruh, sehingga ditemukan formula yang pas untuk penanganan bunuh diri. Selain itu juga memunculkan program yang tepat dan menyasar warga rentan bunuh diri," katanya.
Mitos Cahaya Merah Pulung Gantung
Ada mitos yang berkembang di Gunungkidul terkait tren bunuh diri. Sebagian warga akrab dengan mitos pulung gantung, semacam isyarat dari langit akan datangnya kejadian gantung diri. Bagi yang percaya dengan mitos ini, jatuhnya pulung gantung bisa memicu tindakan bunuh diri.
Cerita yang berkembang di masyarakat menyebutkan, pulung gantung berwujud sebuah cahaya misterius berwarna merah dari atas langit dan jatuh ke sebuah rumah. Di rumah yang kejatuhan pulung gantung itu, dipercaya akan ada salah satu penghuninya yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Dari penelusuran Liputan6.com, mitos itu masih dipercaya sebagian masyarakat Gunungkidul. Menurut Dukuh Kayubimo, Desa Kemadang, Tanjungsari, Sutino, pulung gantung pernah mengenai rumah salah satu anak buahnya.
"Saya pernah diberitahu warga, dan kebetulan dia meninggalnya juga bunuh diri," katanya beberapa waktu lalu.
sempat sebagian warganya ketakutan dengan seringnya penampakan bola api di sekitar langit dusun. Akibatnya, suasana di dusunnya mencekam. Warga lalu menggelar ronda dan memukul kentongan untuk mengusir sesuatu yang diangggap sebagai pulung gantung itu.
Kebetulan, ada warganya meninggal bunuh diri pada 23 Oktober 2015 lalu yang ditengarai karena pulung gantung. Ia pun bersama warganya menggelar doa bersama selama 40 hari setelah ada yang meninggal karena bunuh diri itu.
Tak hanya itu, warga juga melakukan ruwatan dengan menggelar pertunjukan wayang pada siang hari. Pagelaran wayang siang hari ini dilakukan pada pertengahan bulan November lalu.
"Dalang yang dipilih pun harus dalang yang memang pilihan dan biasa melaksanakan ruwatan. Dalangnya Ki Simun dari Ngleri, Kecamatan Playen. Setelah itu warga akhirnya tenang, saat ini sebagian besar warga sudah tidak takut," ucap Sutino.
Sutino menambahkan, jika menemukan kasus dugaan adanya pulung gantung maka warga akan segera menggali tanah tepat di bawah jenazah yang meninggal. Jika memang karena pulung gantung, akan ditemukan tiga bongkahan bola tanah yang masih basah.
"Kalau bola tanah tersebut tidak segera diambil, dipercaya akan menular ke warga lainnya," ujar Sutino.
Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengatakan sebagian besar masyarakat Gunungkidul memang masih percaya dengan pulung gantung. Warga percaya jika pulung gantung benar adanya.
Bahkan jika ditemukan warga yang meninggal dengan cara bunuh diri saat itu mengarah ke timur, warga percaya selanjutnya akan terjadi di sebelah timur dari lokasi tersebut. "Fenomena ini sudah dipercaya masyarakat Gunungkidul turun temurun," kata Supriyanto.
Supriyanto menambahkan, jika fenomena bunuh diri di Gunungkidul tidak hanya karena faktor ekonomi. Tapi karena kepercayaan warga dengan pulung gantung. Kepercayaan ini memang tidak bisa dijelaskan secara agama maupun ilmu pengetahuan.
Karena kepercayaan inilah warga menggelar tolak bala dengan menggelar wayang di siang hari. "Pernah di daerah saya ada penyakit dan beberapa orang meninggal dunia, dan warga sepakat untuk melakukan ruwatan. Kebetulan setelah itu tidak ada yang sakit," ucap dia.