Top 3: Adakah Kutukan Sepak Bola Indonesia?

Masyarakat Baduy ternyata juga punya kepercayaan sendiri tentang sepak bola di Tanah Air.

oleh Eka HakimHarun MahbubBangun Santoso diperbarui 20 Des 2016, 21:30 WIB
Diterbitkan 20 Des 2016, 21:30 WIB
Bocah Baduy Dalam
Anak-anak Baduy Dalam (Liputan6.com / Harun Mahbub)

Liputan6.com, Jakarta Sepak bola Indonesia hingga kini belum 'berbicara' di tingkat internasional. Proses pembinaannya masih dirundung beragam kendala dan masalah. 

Apakah ini berarti sebuah kutukan untuk sepak bola Indonesia? Ternyata ada cerita yang berkembang di suku Baduy menunjukkan kepercayaan itu. 

Ada cerita rakyat terkait. Syahdan, saat zaman nabi-nabi, seorang sahabat nabi dibunuh dan kepalanya dipenggal untuk bermain bola.

Orang-orang yang bermain bola tersebut ada yang jadi nenek moyang orang-orang Indonesia, bahkan orang suku Baduy. Dari sinilah kutukan bermula. 

Hingga malam ini cerita tersebut paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional.

Selain itu, ada pula penyanderaan yang dilakukan oknum pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) terhadap dua wartawan setempat. Kabar ini juga tak kalah menjadi sorotan, pada Selasa (20/12/2016).

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Kutukan Sepak Bola Indonesia Versi Baduy

Baduy FC (Liputan6.com / Yandhi Deslatama)

Sebagai komunitas yang menggenggam nilai dan sistem budaya sendiri, masyarakat adat suku Baduy di Banten menilai fenomena atau realitas dengan sudut pandang tersendiri. Kadang kepercayaan Baduy terkesan unik bagi khalayak umum.

Masyarakat Baduy ternyata punya kepercayaan sendiri tentang sepak bola di Tanah Air. Kepercayaan ini tercermin dalam cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

"Di zaman dahulu saat perang kekuasaan di zamannya para sahabat nabi, ada seorang sahabat nabi yang dibunuh, dan kepalanya dipenggal untuk bermain bola dari timur hingga barat, selatan hingga utara," kata Mulyono (26), seorang tokoh pemuda Baduy.

"Kepala sahabat nabi itu pun terus di tendang-tendang dan pihak keluarganya pun tak senang, sehingga dikutuklah orang-orang yang menendang tersebut oleh keluarga yang dibunuh tersebut."

Selengkapnya...

2. Dua Pegawai BPN Dilaporkan Sandera Wartawan

Puluhan wartawan menggelar aksi solidaritas dugaan perampasan dan penyanderaan oleh oknum pegawai BPN Kota Jambi. (Bangun Santoso/Liputan6.com)

Wartawan dari berbagai media di Kota Jambi mendesak agar dua oknum pegawai BPN diberi sanksi tegas karena telah menyandera dua orang wartawan saat bertugas.

Berdasarkan laporan bernomor LP/B-357/XII/2016/Jambi/SPKT, diduga telah terjadi tindak pidana merampas kemerdekaan dan UU nomor 40 tahun 1999 tentang pers dan Pasal 333 KUHP.

Dari laporan itu, dugaan penyanderaan bermula saat dua orang wartawan Jambi Independent ED dan RPZ diminta mengonfirmasi pemberitaan ke Kantor BPN Kota Jambi.

Namun, saat bertemu dengan Kabag Kepegawaian BPN Kota Jambi, ED dan RPZ justru menerima perlakukan yang tidak baik.

Selengkapnya...

3. Polisi Buka Kembali Penyidikan Dugaan Korupsi Bandara Toraja

Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Polda Sulsel yang kini dipimpin oleh Kapolda Sulsel baru, Irjen Pol Muktiono melalui Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dir Reskrimsus) Polda Sulsel, Kombes Pol. Yudhiawan kembali menggenjot penyidikan dugaan korupsi pembebasan lahan bandara yang menjadi impian warga Toraja, Bandar Udara Mengkendek.

"Penyidik saat ini menunggu validitas perhitungan BPKP Sulsel," terang dia.

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan supervisi atas kasus yang menjerat 8 orang tersangka dari unsur tim pengadaan lahan atau tim sembilan dari mega proyek tersebut.

Kepolisian menilai para tersangka yang bertindak selaku panitia pembebasan lahan atau tim sembilan telah menyelewengkan anggaran. Mereka melakukan pembayaran kepada warga yang sama sekali tidak memiliki hak atas lahan tersebut.

Selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya