Cerita di Balik Keputusan Pengunduran Diri Rektor UII

Rektor UII Harsoyo membantah ada tekanan luar di balik pengunduran dirinya. Namun, ia mengakui ada pihak lain yang hendak turun tangan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Jan 2017, 08:34 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2017, 08:34 WIB
UII
UII

Liputan6.com, Yogyakarta - Rektor UII Harsoyo blakblakan bercerita tentang keputusannya mengundurkan diri dari jabatan struktural tertinggi di perguruan tinggi Islam ternama Indonesia. Ia mencurahkan isi hatinya selama 45 menit di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen UII pada Minggu siang, 29 Januari 2017.

Hujan yang mengguyur lapangan sepak bola D3 Ekonomi UII Jalan Kaliurang Km 14 Yogyakarta tidak menghentikan para sivitas akademika untuk mendengarkan dan memperhatikan penuturan Harsoyo secara runtut.

Harsoyo yang diangkat menjadi Rektor UII pada 2 Juni 2014 berharap semua pihak bisa memahami sikap yang diambilnya. Ia mengaku bimbang kala mengetahui tiga mahasiswa yang mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) Mapala Unisi UII meninggal seusai kegiatan.

"Ini mungkin kesalahan rektor. Saya istigfar dan istijab," ujar Harsoyo.

Menurut dia, kematian satu orang saja sudah terlalu banyak, apalagi sampai tiga orang. Orangtua korban yang tidak terima pun semakin menambah kekhawatirannya. Ia memaklumi orangtua korban yang bercerita ke media massa, sekali pun tahu bahwa itu menghancurkan nama baik UII. 

"Kami berkomitmen mendukung terselesaikannya kasus ini, termasuk memfasilitasi keluarga korban dengan mobil dan sopir untuk melaporkan kejadian ini ke polisi di Karanganyar," kata Harsoyo. 

Setelah kematian mahasiswa yang ketiga, ia berbincang lewat telepon dengan ketua yayasan. Saat itu Harsoyo sudah mengutarakan niat untuk mengundurkan diri. Namun oleh pihak yayasan hanya dijawab supaya tetap sabar dan tawakal. 

Perasaan kalutnya pun menjadi-jadi. Sampai-sampai, Harsoyo enggan melihat berita di televisi dan membaca berita di surat kabar yang isinya dianggap penuh hujatan terhadap UII. 

Malam sebelum Menristekdikti datang ke Yogyakarta, ia mengetik surat pengunduran diri. Tidak ada satu pun yang diberitahu olehnya soal ini. 

"Itu kejelekan saya mungkin, jarang bercerita ke orang. Ini pekerjaan saya, saya tidak ingin membebani keluarga, biar jadi tanggung jawab saya saja," tutur dia.

Surat Pengunduran Diri

UII
UII

Namun, saat sedang mengetik surat pengunduran diri, anaknya mendekati dan membaca tulisan di layar komputer. Sang anak bertanya apakah bapak mau mundur.

Harsoyo memakai bahasa mengembalikan amanah karena merasa amanah yang ditanggungnya teramat berat. Visi UII yang rahmatan lil alamin atau kasih sayang untuk semua makhluk tercoreng dengan kejadian ini. 

"Hal ini yang membuat saya memutuskan mundur. Saat menteri datang itu saya sampaikan niat saya untuk mundur, lalu disambut baik oleh beliau," ucap Harsoyo. 

Ia juga menampik soal isu yang mengatakan dia dihadapkan pada tiga pilihan, yakni mundur dari jabatan rektor, akreditasi universitas turun, atau larangan menerima mahasiswa baru pada tahun ini.

"Sama sekali tidak benar, tidak ada tekanan. Sebelum menteri datang saya sudah niat mundur," Harsoyo menegaskan. 

Meski sudah teguh pada keputusannya, Harsoyo mengakui pengunduran diri itu tidak mudah. Ia tahu betul Nabi Muhammad tidak pernah mengundurkan diri sebab dosa yang sangat besar adalah meninggalkan gelanggang perang. Setelah proses merenung yang dilalui, Harsoyo mengambil keputusan untuk tetap mengundurkan diri. 

"Saya mengambil kesimpulan mengundurkan diri bukan perbuatan pengecut, melainkan tanggung jawab moral dan saya tidak meninggalkan gelanggang perang. Saya hanya ingin UII tetap maju," ujar dia.

Ia juga mengungkapkan setelah pengunduran dirinya, seorang teman bercerita ada rencana Ombudsman menyelidiki yang terjadi di UII. Lalu Komnas HAM akan memeriksa dan membentuk tim independen untuk mendalami kasus ini. Namun karena rektor sudah turun, rencana Komnas HAM urung dilakukan. 

"Saya mencintai UII dan tidak ingin UII jatuh," kata Harsoyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya