Liputan6.com, Surabaya - Demi meningkatkan ekonomi keluarga, Pemkab Banyuwangi mendorong ibu-ibu rumah tangga (IRT) agar berwirausaha. Salah satu fasilitas yang disediakan adalah pembukaan klinik bernama Rumah Belajar Usaha (RBU).
Di tempat itu, ibu-ibu rumah tangga dilatih berbagai keterampilan, mulai dari memasak, mengemas produk, penyajian makanan, hingga belajar manajemen keuangan seperti mengelola keuangan rumah tangga, tabungan dan modal usaha.
"Keterampilan yang didapatkan dari sini harus mereka terapkan untuk membuka usaha sendiri di rumahnya. Lumayan, daripada menganggur di rumah tidak mendapat apa-apa," ujar Camat Srono Gatot Suryono dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari humas Pemkab Banyuwangi, Selasa, 28 Februari 2017.
Sebanyak 48 ibu rumah tangga mengikuti pelatihan yang digelar di halaman Kantor Kecamatan Srono. Mereka dilatih menyangrai kopi yang tepat, membuat kue cucur gula merah, singkong krispi, dan pisang goreng spesial.
Para IRT itu terlihat asyik menyimak dan mempraktikkan setiap resep yang diberikan para pelatih. Salah satu peserta, Yayuk Herdianti (40), warga Desa Bagorejo, mengaku menikmati pelatihan yang diikutinya dari awal hingga selesai.
"Senang sekali ada pelatihan seperti ini. Saya dapat ilmu baru memasak dan membuat kue yang higienis dan sehat. Bisa saya terapkan untuk buka usaha di rumah. Itung-itung membantu suami," ujar istri pedagang pakan ternak ini.
Baca Juga
Advertisement
Pelatihan itu melibatkan Tim Penggerak PKK Kecamatan dan sejumlah SMK boga di wilayah tersebut. Ibu-ibu PKK berperan sebagai pelatih, sedangkan tim SMK sebagai pencipta kreasi menu.
Setelah mendapatkan pelatihan, ibu-ibu diberi kesempatan untuk praktik berdagang di RBU. Di warung sederhana berarsitektur rumah khas Suku Osing ini, mereka bisa menjajakan produk makanan/minuman yang mereka buat dari resep yang didapatkan saat pelatihan, maupun makanan hasil kreasinya sendiri. Syaratnya, harus higienis dan bergizi.
"Mereka magang satu bulan penuh dari pukul 07.00 -21.00 WIB. Sekali magang, ada empat orang," kata Gatot.
Menurut Gatot, kecamatan menanggung seluruh biaya operasional yang dibutuhkan peserta selama satu bulan magang. Keuntungannya seluruhnya bagi IRT peserta.
Magang Dulu, Buka Usaha Kemudian
Dia mencontohkan, dalam empat hari setelah diluncurkan pada 22 Februari lalu, keuntungan yang bisa diraup sebesar Rp 250 ribu. Jika dirata-rata, warung ini berpotensi mendapat keuntungan Rp 3 juta per bulan.
Setelah satu bulan, empat ibu rumah tangga akan digantikan oleh empat orang berikutnya dari desa yang lain. Dengan demikian dalam setahun, terdapat 48 ibu RTM yang terlibat.
"Untuk permulaan, target kami dalam setahun bisa mengentaskan 48 rumah tangga miskin," ujar Gatot.
IRT yang telah menyelesaikan pelatihan dan magang di RBU akan diberikan modal untuk memulai usaha di rumahnya. Modal ini berasal dari Dana Desa (DD) untuk program pemberdayaan masyarakat.
"Kami akan berikan Rp 1 juta untuk tambahan modal usaha. Kami dorong agar semuanya bisa mandiri dan membuka usaha baru dengan dana ini. Untuk memastikan hal tersebut, kami tugaskan petugas khusus yang memantau perkembangan di lapangan," ucap mantan Kabag Pembangunan ini.
Setelah berjalan, apabila ibu RTM membutuhkan modal tambahan, pihak kecamatan akan mendorong Kredit Usaha Rakyat (KUR), untuk masuk membantu usaha mereka. Dengan program itu, Gatot berharap desa juga melakukan hal serupa di kantor-kantor desa masing-masing.
"Menurut saya, implementasi program smart kampung tidak hanya pelayanan publik yang prima, tapi di dalamnya juga ada aktivitas ekonomi di desa. Ini adalah salah satu aktivitasnya," kata Gatot.
Saat ini, ada empat desa dari 10 desa di Srono yang akan meniru jejak Kecamatan Srono. Apabila seluruhnya melakukan hal serupa, berarti terdapat 480 ibu rumah tangga yang bisa dilatih untuk membantu perekonomian keluarga.
"Tidak harus membuka warung, bisa jenis usaha lainnya. Apalagi di Srono ini terdapat banyak UMKM seperti olahan limbah kayu, kulit, marmer, dan banyak lainnya," ujar Gatot.
Advertisement