Liputan6.com, Bandung - Di tengah masa menuju senja kala, baik pemerintah maupun warga ternyata sepakat untuk mempertahankan keberadaan angkot di Kota Bandung. Beragam jurus dikerahkan demi memoles angkot agar kembali menarik bagi warga.
Pada Agustus 2016, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan (Dishub) meluncurkan program Jumat Ngangkot. Program tersebut merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan daya tarik warga Bandung untuk kembali menggunakan angkot.
"Kenapa ada Jumat Ngangkot? Supaya masyarakat tertarik naik angkot," ujar Didi Riswandi, Senin, 3 April 2017.
Program tersebut sudah terlaksana dengan baik. Hanya saja, Didi menerangkan aksi kriminalitas yang menimpa lima penumpang yang merupakan pelajar SMP di dalam angkot pada November lalu menjadi polemik di masyarakat.
"Tetapi memang terhenti untuk sementara (Jumat Ngangkot) karena sempat ada kasus perampokan di dalam angkot," kata Didi.
Didi mengaku, sejak peristiwa tersebut program Jumat Ngangkot mendapat sorotan. "Seharusnya bukan programnya yang dibully, tetapi pelaku kejahatannya," keluh dia.
Untuk itu, pihaknya membenahi program itu dengan membuat tombol bahaya bekerja sama dengan kepolisian. Penumpang yang merasa dalam bahaya, sambung dia, bisa memencet tombol bahaya di dalam angkot untuk kemudian ditangani pihak keamanan.
Selepas program Jumat Ngangkot, Didi mengatakan pihaknya kini merintis beragam program lain seperti Angkot Pintar, Angkot Eksekutif hingga angkot berbasis aplikasi Hayu Ngangkot.
Angkot Pintar sampai Eksklusif
Angkot Pintar adalah angkot yang menyediakan fasilitas perpustakaan sehingga penumpang bisa mengisi waktu dengan membaca buku selama berada di angkot. Selain itu, angkot itu nantinya akan dilengkapi fasilitas layanan seperti Wi-Fi, free charger hingga air minum gratis dan lainnya.
Tarif Angkot Pintar sama seperti angkot reguler. Namun, setiap unitnya dilengkapi dengan identitas pengemudi dan nomor telepon hotline pengaduan laporan masyarakat.
"Permohonan untuk Angkot Pintar ini sudah banyak karena tidak pakai APBD, tetapi berdasarkan donasi dari masyarakat. Untuk program ini, kita menggandeng komunitas Gerakan Rindu Menanti. Kita adakan donasi buku lalu mereka yang membuatkan perpustakaan tersebut," tutur Didi.
Inovasi lainnya ialah dengan meluncurkan Angklung (Angkutan Kota Keliling Bandung) pada 1 Maret 2017 lalu. Fasilitas Angklung di antaranya Wi-Fi, AC dan layar tv. Jika dibandingkan dengan angkot konvensional, tarif Angklung memang lebih mahal yakni Rp 5.000 sampai Rp 12.000 untuk sekali jalan.
"Mudah-mudahan, minggu depan (Angklung) sudah bisa beroperasi walaupun baru berjalan di dua trayek Cijerah-Ciwastra," ujar Didi.
Tidak cukup sampai di situ, inovasi juga dilakukan dengan membuat aplikasi Hayu Ngangkot yang telah diuji coba secara internal oleh Dishub. Dengan adanya aplikasi itu, penumpang nantinya hanya mengklik saja angkot yang akan ditumpangi.
"Kita akan launching pada minggu ini kalau Pak Wali Kota ada waktunya. Beberapa sudah menyatakan minatnya seperti dari Kopamas sebanyak 20 unit dan Kobanter ada 15 unit," kata dia.
Advertisement
Belum Tepat Sasaran?
Beragam jurus yang dikerahkan Pemkot melalui beragam program tidak serta merta ditanggapi positif. Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung, Folmer Siswanto M. Silalahi melihat upaya Dishub kota Bandung dalam membenahi angkot di Kota Bandung masih belum tepat sasaran.
Folmer mengatakan pihaknya selalu mendukung upaya dari Dishub untuk meningkatkan fungsi dari pelayanan transportasi publik, terutama menyangkut persoalan tepat waktu, keamanan dan kenyamanan.
"Belum semua angkot di Bandung memberikan pelayanan yang maksimal dari sisi keamanan, kenyamanan dan ketepatan waktu. Bila itu sudah dibenahi dulu, baru ditingkatkan ke tingkatan tambahan, seperti adanya Wi-Fi atau perpustakaan, dan silakan saja tapi jangan meninggalkan fungsi utamanya," ujar Folmer saat dihubungi terpisah.
Folmer menilai masyarakat beralih atau tidak terlalu suka angkutan umum karena ketiga fungsi tersebut belum terpenuhi. Pembenahan juga sebaiknya dilakukan dalam menyiapkan angkot yang layak jalan, sopir yang terampil dan sebagainya.
"Angkot juga tidak boleh menurunkan penumpang sembarangan dan penumpang juga harus diajari di titik-titik yang sudah ditentukan. Kalau ini sudah dibenahi semua, jadi baik apalagi jika ditambah dengan fasilitas tambahan tadi," ujar anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan itu.
Selain itu, Folmer juga menilai rute angkot di Bandung sudah cukup lama tidak mengalami perubahan. Sebaiknya, trayek angkot diubah rute dan pola perhentiannya.
"Karena kita tahu rute yang ada di Bandung sudah puluhan tahun tidak berubah. Coba bayangkan, pertumbuhan kota yang sudah begitu pesat tapi rute angkotnya masih sama dengan 10-15 tahun yang lalu," kata Folmer. (Huyogo Simbolon)