Menyusuri Teras Cihampelas, Menikmati Pagi Romantis di Bandung

Teras Cihampelas dibangun sepanjang 450 meter dengan lebar rata-rata 7,6 meter dan tinggi 4,6 meter.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 14 Apr 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2017, 06:00 WIB
Teras Cihampelas
Selain menjadi jalur pedestrian, Teras Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, dimanfaatkan pula sebagai ajang berbelanja. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Wajah Cihampelas di Kota Bandung, Jawa Barat, kini berbeda. Jalan searah yang dikenal sebagai kawasan wisata belanja pakaian itu sekarang memiliki sebuah "terowongan".

Terowongan yang dimaksud ialah jembatan layang yang disebut sebagai Teras Cihampelas. Pengunjung dapat pula menikmati suasana romantis Kota Bandung, terutama saat pagi maupun malam hari.

Teras Cihampelas itu tepat berada di atas jalan raya. Dibangun sepanjang 450 meter dengan lebar rata-rata 7,6 meter dan tinggi 4,6 meter.

Pembangunan teras yang digagas sebagai skywalk ini terhitung cukup cepat, kurang dari lima bulan dan sudah memasuki penyelesaian sejak Desember 2016. Proyek ini dikerjakan PT Likatama Graha Mandiri dan menghabiskan anggaran sebesar Rp 48 miliar.

Area Teras Cihampelas terdiri dari 12 teras yang berundak-undak. Terdapat tiga tangga yang masing-masing berada di sebelah utara depan Rumah Sakit Advent, depan Hotel Serela dan depan Hotel Promenade di bagian selatan. Selain itu disediakan satu lift di bagian tengah tepat di depan Fave Hotel.

Pengunjung teras tak perlu khawatir karena sudah terdapat pagar pengaman di bagian kiri dan kanan jembatan layang ini. Lantainya ada yang berwarna-warni dan sebagian berbahan kayu.

Tak hanya itu, terdapat pula kios-kios penjual kuliner yang menjajakan makanan dan minuman. Sementara bagi penggemar belanja bisa mendatangi kios penjual kaus dan suvenir.

Kehadiran Teras Cihampelas tersebut menarik kedatangan para wisatawan. Tak hanya dari Bandung, tapi juga dari luar kota. Satu di antaranya Andrita (35), warga asal Cimahi. Andrita mengajak sang istri, Yulia Yulianti (25) dan putrinya Mira Yuliani (4) berjalan-jalan di kawasan teras pada Senin, 10 April 2017.

"Baru nyobain untuk pertama kalinya, cukup menghibur," ucap Andrita. Ia mengaku senang karena selama berada di kawasan ini tidak khawatir akan kendaraan bermotor. Berbeda jika berada di area bawah Cihampelas yang dipadati lalu lalang kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Selain menjadi jalur pedestrian, Teras Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, dimanfaatkan pula sebagai ajang berbelanja. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

"Untuk parkir saya kira tidak terlalu sulit, begitu lihat ada parkiran langsung masuk saja. Mungkin saja karena bukan akhir pekan," ujar dia.

Pun demikian Putri Amelia (19). Pejalan kaki tersebut menyukai lokasi teras yang unik itu. Selain bisa berjalan di area jembatan, pemandangan alam dan pohon-pohon besar memunculkan hasrat baginya untuk berswafoto atau selfie.

"Saya sering lihat foto-foto Teras Cihampelas di media sosial. Karena penasaran, saya langsung datang ke sini, tempatnya asyik," kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Bandung tersebut.

Sedangkan Yulia berpendapat, keberadaan pedagang kaki lima di Teras Cihampelas, terutama kios makanan masih terbilang kurang ramah di kantong. "Biasanya jajanan Bandung kan murah-murah, di sini kayaknya masih agak mahal," sebut dia.

Arena Berbelanja

Teras Cihampelas
Selain menjadi jalur pedestrian, Teras Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, dimanfaatkan pula sebagai ajang berbelanja. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Selain menjadi jalur pedestrian, Teras Cihampelas dimanfaatkan pula sebagai ajang berbelanja. Berdasarkan pantauan Liputan6.com, kios-kios di teras ini sudah sebagian besar terisi. Para pedagang menjajakan baju, jeans atau celana jin, sandal hingga makanan.

Terdapat 192 kios bercat aneka warna, merah, cokelat, hijau dan biru. Masing-masing kios berukuran 1,5 x 1,2 meter. Kios-kios tersebut dihuni oleh pedagang yang dulunya berjualan di sepanjang jalan Cihampelas.

Ratusan kios tersebut dibagi ke dalam beberapa blok. Sebanyak 52 kios di antaranya khusus untuk pedagang kuliner. Sedangkan sisanya menawarkan aneka suvenir, pakaian sandal dan sepatu.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, skywalk ini merupakan sarana publik yang diperuntukan untuk pejalan kaki. Namun, pihaknya juga turut memfungsikan sarana tersebut sebagai ruang publik dan ruang komersial, sehingga PKL yang awalnya berjualan di trotoar dan bahu jalan dipindahkan ke atas.

"Suatu hari pejalan kaki di Kota Bandung bisa berjalan di atas, dikombinasi secara komersial. Dapat suasana yang nyaman bagi para pejalan kaki dan dapat suasana yang menguntungkan bagi PKL yang berjualan," ucap Ridwan, belum lama ini.

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, meresmikan Teras Cihampelas atau Skywalk Cihampelas. (Liputan6.com/Kukuh Saokani)

Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan alasannya memilih jalan Cihampelas karena kawasan sendiri sudah menjadi salah satu ikon Kota Bandung. Alhasil, hanya memerlukan sedikit publikasi untuk menyebarkannya kepada para turis.

Tak hanya itu, Emil berharap ke depannya bisa membuat konstruksi seperti ini di tempat lainnya di Kota Bandung.

"Saya ingin kota ini tertata, tetapi ekonomi PKL tidak terganggu. Kunci pelayanan publik adalah kepercayaan, makanya saya turun langsung untuk berkomunikasi langsung dengan para PKL yang terkenal imbas dari pembangunan ini," ia menjelaskan.

Menurut Emil, skywalk Cihampelas itu baru tahap awal. Rencananya, Pemerintah Kota Bandung akan menghubungkan tempat itu dengan sistem transportasi Light Rail Transit (LRT) atau cable car.

Selain itu, dia berharap tahun ini dibangun gedung parkir sebagai solusi masalah parkir mobil. "Gedung parkir baru mau dibangun tahun ini. Stasiun cable car yang sedang lelang semester ini juga akan menclok di sana."

Keluh Kesah PKL

Teras Cihampelas
Selain menjadi jalur pedestrian, Teras Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, dimanfaatkan pula sebagai ajang berbelanja. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Meski sudah diresmikan, Teras Cihampelas tidak serta-merta berdampak baik terutama bagi para pedagang kaki lima (PKL). Sebagian PKL mengeluh karena pendapatan mereka justru menurun.

Dessy (23), misalnya. Wajahnya murung karena seharian menunggu, pengunjung tak banyak mampir membeli baju anak dan dewasa dagangannya.

Di kios bercat cokelat itu, perempuan berbaju hitam dan celana jins itu menjual barang dagangannya seharga Rp 25 ribu. Sejak direlokasi ke Teras Cihampelas, pendapatan Dessy justru menurun. Jangankan hari kerja, pada akhir pekan pun omzet berjualan pakaian tidak sesignifikan dulu.

"Dapat Rp 500 ribu sehari juga sudah susah sekarang. Kebanyakan orang hanya selfie (swafoto)," ucap Dessy ditemui Senin, 11 April 2017.

Dessy mengatakan, sebelum direlokasi omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta, meski diakuinya, pengelola tidak membebankan uang sewa.

"Paling bayar uang kebersihan, listrik dan keamanan Rp 5.000 per hari. Kiosnya gratis," kata Dessy yang melanjutkan usaha mertuanya tersebut.

Ilan (28), pedagang sendal di Teras Cihampelas juga merasakan hal serupa. Menurut wanita berkerudung kuning iitu, pendapatannya menurun drastis.

Pembuatan Teras Cihampelas merupakan ide Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

"Kalau sekarang sehari bersihnya paling Rp 100 ribu-Rp 200 ribu. Dapat Rp 500 ribu itu susahnya minta ampun, kebanyakan nawar," tutur ibu dua anak ini.

Ilan mengaku sudah 10 tahun berjualan di Jalan Cihampelas. Biasanya, dia berjualan sejak pukul 11 siang dan tutup pukul 10 malam. Setelah pemerintah merelokasi, ia hanya bisa mematuhi aturan.

"Waktu ini dibangun, kan kita tidak punya tempat berjualan. Akhirnya pinjam uang ke sana sini buat makan," kata dia.

Warga yang tinggal di kawasan Cihampelas itu mengaku pasrah dengan kondisi saat ini. Dia berharap, Teras Cihampelas yang semakin ramai membuat para wisatawan tertarik membeli barang dagangannya.


Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya