Lapisan Es Puncak Jayawijaya Diprediksi Lenyap pada 2020

Perilaku masyarakat yang merasa punya hak ulayat mengancam keberadaan lapisan es di Puncak Jayawijaya, Papua.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jun 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2017, 09:30 WIB
Lapisan Es Puncak Jayawijaya Diprediksi Lenyap pada 2020
Puncak Carstenz, Jayawijaya, Papua. | via: adventurecarstensz.com

Liputan6.com, Wamena - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wamena, Provinsi Papua, mengimbau kepada masyarakat adat dan pelaku perekonomian agar ikut mencegah lapisan es di Puncak Jayawijaya lenyap.

Jika tidak ditangani dengan baik, pada 2020 lapisan es di Puncak Jayawijaya akan hilang. Kepala BMKG Wamena Benny Marlissa mengatakan penebangan hutan yang cukup tinggi berpeluang melenyapkan es di Puncak Jayawijaya.

"Kita lihat di Wamena penebangan di mana-mana tanpa kontrol, karena masyarakat merasa bahwa mereka punya hak ulayat," katanya di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Jumat (9/6/2017), dilansir Antara.

Benny menyadari penebangan hutan didasari pemenuhan kebutuhan ekonomi. Namun, ia mengharapkan adanya tindakan penanaman ulang pohon.

"Bukan hanya masyarakat adat, masyarakat pengelola ekonomi yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempedulikan lingkungan, sebaiknya jika ada penebangan ada juga penanaman ulang," katanya.

Ia mengatakan rata-rata wilayah pegunungan Papua memiliki lapisan tanah yang sedikit dibandingkan bebatuan sehingga memerlukan waktu yang lama untuk pertumbuhan pohon.

Sebelumnya, Kepala BMKG Pusat Andi Eka Sakya mengatakan jika tidak ditangani dengan baik maka lapisan es di Puncak Jayawijaya akan hilang pada 2020. Berdasarkan hasil observasi terakhir pada November 2016, es di puncak itu menyusut 1,42 meter sejak Mei 2016.

"Tebal es di Puncak Jayawijaya tersisa 20,54 meter. Sejak Mei 2016 es di puncak itu menyusut 4,26 meter dari November 2015 yang disebabkan el nino kuat pada 2015/2016," katanya.

Dia mengatakan perlu langkah strategis dari pemerintah dan masyarakat dunia guna menekan pencairan es di Puncak Jayawijaya yang menjadi salah satu dari tiga puncak bersalju di khatulistiwa selain di Benua Afrika dan di Peru.

Langkah dimaksud adalah menghindari perilaku yang memicu pemanasan global seperti penebangan hutan liar, tingginya produksi emisi karbon.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya