Liputan6.com, Indramayu - Suasana pagi bagi para pencinta kopi belum afdal bila tak menikmati minuman kental berwarna hitam pekat kecokelatan tersebut. Namun, menikmati segelas kopi anti-mainstream seperti kopi biji mangrove atau bakau, tentu menjadi sensasi tersendiri.
Bentuk kopi biji mangrove sama berwarna hitam, seperti umumnya kopi yang selalu menjadi teman setia dalam setiap aktivitas para penikmatnya. Jenis kopi anti-mainstream itu jelas menambah kekayaan kopi Nusantara yang selama ini didominasi varietas robusta maupun arabika.
Seiring dengan perkembangan budi daya kopi di Indonesia, sejumlah coffee shop alias kedai kopi juga hadir di tengah aktivitas masyarakat. Beragam jenis kopi dengan sejumlah menu dari bahan dasar kopi pun disajikan para barista.
Namun, dalam perkembangannya, seduhan kopi tidak selamanya berasal dari biji kopi yang ditanam petani. Kelompok Jaka Kencana di Jalan Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengembangkan kopi yang terbuat dari biji mangrove.
Baca Juga
"Awalnya tahun 2014, kami mencoba membuat kedelai karena waktu itu di televisi sedang terjadi kelangkaan kedelai. Dari olahan biji kopi yang kami kembangkan, saya kepikiran sepertinya ini bisa dibikin kopi. Setelah saya coba ternyata bisa," ucap Ketua Kelompok Jaka Kencana, Abdul Latief, di Indramayu, Minggu, 30 Juli 2017.
Dia menjelaskan, biji mangrove yang digunakan merupakan jenis kacang kerandang (Pueraria phaseoloides). Biji mangrove jenis ini, menurut Latief, merupakan biji yang bisa menjadi makanan olahan mangrove, termasuk kopi.
Advertisement
Saksikan video menarik di bawah ini:
Resep Pengolahan
Percobaan mengolah biji mangrove menjadi kopi tersebut dikerjakan Latief selama empat bulan. Dia menuturkan, sebelum diolah menjadi bubuk kopi, biji mangrove yang sudah diambil direbus terlebih dahulu selama 30 menit sampai satu jam.
Setelah direbus, biji tersebut direndam air biasa selama tiga sampai empat hari. Namun, dalam proses perendaman tersebut, air biji mangrove harus rutin diganti selama 12 jam sekali.
"Biji yang diambil biji tua pada akhir Agustus sampai September. Air diganti 12 jam sekali untuk menghilangkan sumber racun dari mangrove. Setelah itu, bisa diolah menjadi makanan, termasuk kopi," ia membuka rahasia resep membuat kopi biji mangrove.
Setelah menghilangkan racun, biji mangrove kemudian disangrai selama satu sampai 1,5 jam secara manual. Dalam proses menyangrai harus pas alias tidak boleh kurang atau lebih.
"Kalau tidak pas, maka rasanya akan berubah bisa jadi moka. Kita juga pernah masukkan kopi, ternyata tidak pas formulanya," tutur dia.
Setelah disangrai, biji mangrove tersebut kemudian ditumbuk atau menggunakan mesin penggiling kopi, lalu diseduh. Latief mengatakan pula, kopi biji mangrove tersebut masih dipasarkan di sejumlah daerah Kabupaten Indramayu.
Namun, seiring perkembangannya, kopi biji mangrove juga sudah banyak mendapat respons positif dari berbagai kalangan pencinta kopi. Bahkan, beberapa rekan Latief dari Papua, Italia, Taiwan, dan Thailand, mengaku pernah mencoba kopi biji mangrove ini.
"Menurut mereka, rasa kopi mangrove ini unik. Kalau saya tidak bisa komentar banyak soal rasa karena pencinta kopi lebih tahu bagaimana rasanya," ucap dia.
Kopi biji mangrove ini, imbuh dia, belum diproduksi massal oleh kelompok Jaka Kencana. Dia mengaku, seiring dengan pengembangan olahan mangrove, kopi tersebut masih dalam proses meneliti kandungan gizi. "Kalau sudah keluar, kami bisa saja produksi massal," kata Latief.
Adapun salah seorang pencinta kopi, Dedes, mengakui kopi biji mangrove tersebut memiliki rasa yang unik. Kopi tersebut, imbuh dia, menjadi bisa sensasinya baru para penikmat kopi. "Karena aroma dan rasa beda. Ketika dicium aromanya seperti bukan kopi, tapi kalau diminum seperti kopi," sebut dia.
Dedes menilai, inovasi Latief mengembangkan biji mangrove menjadi kopi terbilang menarik. Sebab, dia pun tidak pernah berpikir pembuatan kopi dari bahan selain tanaman biji kopi.
Bagaimana, tertarik menikmati kopi biji mangrove?
Advertisement