Seduh Kopi Apa Pagi Ini? Coba Dulu Kopi Bengkulu

Banyak kopi enak dari berbagai daerah, salah satunya Bengkulu. Jangan lupa petik yang merah dan cermat mengolah.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 31 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2017, 06:00 WIB
Ilustrasi kopi
Mau makanan dan minuman gratis di Bandara? Tunjukkan transaksi tiket Anda

Liputan6.com, Bengkulu - Kopi sangat lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Bagi banyak orang, pagi hari kurang lengkap tanpa menyeruput kopi. Gaya hidup itu ditopang oleh banyaknya kopi sedap dari berbagai daerah, termasuk Bengkulu. 

Setiap wilayah penghasil kopi memiliki kisah tersendiri dalam mengolah hasil bumi yang satu ini. Di kabupaten Kepahiang, Bengkulu, kopi tumbuh di kebun kopi yang dikelola secara turun temurun. Banyak juga tanaman kopi yang tumbuh liar di tengah hutan belantara.

Kopi yang dipetik masyarakat secara acak biasanya dijemur sejak pagi hari di atas aspal jalan hingga mengering. Gilasan roda kendaraan yang melintas mampu menjadi pengganti mesin perontok kulit kopi hingga siap digongseng atau roasting. Pengolahan
sederhana dan tanpa aturan itu membuat harga jual kopi menjadi tidak maksimal.

Ketua Asosiasi Kopi Bengkulu Herry Supandi mengatakan, pola tradisional yang biasa dilakukan oleh masyarakat itu harus diubah. Selain menjatuhkan mutu kopi juga membuat kandungan nutrisi dan aroma kopi terbuang percuma.

"Kita mencoba memproduksi kopi Kepahiang yang memiliki aroma dan citarasa yang kuat menjadi kopi premium," ujar Herry di Bengkulu, Minggu 30 Juli 2017. 

Dia mengatakan melakukan pengawasan dan pendampingan para petani kopi dalam memilih biji kopi yang dipanen dengan hanya memetik buah masak berwarna merah saja. Setelah dipetik dilakukan penjemuran di tempat yang lebih tinggi dari tanah dan terkena matahari langsung. Disarankan dalam menjemur kopi ditutupi plastik bening yang dibuat seperti rumah kaca.

Setelah kering, biji kopi dipilah sebelum masuk mesin perontok kulit. Hasil terbaik akan digongseng atau di-roasting dengan suhu dan waktu pembakaran yang diatur secara ketat. Setelah dipastikan mengeluarkan aroma kopi yang khas, baru dilakukan
penggilingan hingga menjadi bubuk kopi siap hidang.

"Ada kepuasan tersendiri jika kita menyeruput kopi premium asal Kepahiang ini," lanjut Herry.Fauzi Ladesang, seorang produsen kopi premium asal Kepahiang Bengkulu tengah melakukan proses pembakaran atau roasting biji kopi (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)Salah seorang produsen kopi asal Kepahiang, Fauzi Ladesang, mengatakan, di wilayahnya memproduksi empat jenis biji kopi, diantaranya kopi jenis Robusta, Arabica, Kopi biji musang atau Luwak. 

Selain itu kopi yang dimakan oleh hewan lain seperti burung  dan beberapa hewan herbivora lain. Jenis terakhir ini biasanya disebut kopi Semang.

"Masing masing jenis kopi memiliki ciri khusus dan penggemar tersendiri," kata Fauzi. 

Saksikan video menarik di bawah ini:

Kopi Temanggung Kian Sedap

Nikmatnya Seruput Kopi Premium Asal Kepahiang Bengkulu
Dengan pengolahan biji kopi yang baik, diyakini akan menghasilkan kopi kualitas baik dan nikmat untuk diseruput (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Sementara itu kualitas pengolahan kopi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dinilai semakin baik seiring tingginya minat masyarakat terhadap kopi daerah ini. Jika dilihat dari hasil olahan biji kopi (oce) yang dihasilkan oleh petani, kualitasnya sudah semakin baik.

"Petani mulai tergugah untuk mengolah kopi yang berkualitas," kata Ipung, salah satu narasumber pada acara Apresiasi Kopi Temanggung, Minggu 30 Juli 2017, dilansir Antara.

Ia mengatakan, kualitas kopi sangat tergantung dari pengolahan, mulai dari perawatan tanaman kopi hingga perlakuan pascapanen. Dengan perawatan dan perlakuan pascapanen yang teliti bisa menghasilkan kualitas kopi yang sangat baik.

"Dari 37 sampel kopi sangrai yang ada, kualitasnya sudah cukup bagus," katanya.

Ia menuturkan meningkatnya kualitas kopi Temanggung ini tidak lepas dari regenerasi petani kopi. Di Temanggung anak-anak muda terjun langsung merawat tanaman kopi dan melakukan pengolahan pascapanen secara mandiri.

"Hal ini perlu dicontoh, di daerah lain petani kopi umurnya sudah lebih dari 50-an tahun. Anak-anak mudanya belum mau terjun, sehingga hasilnya masih kurang maksimal. Aceh, Toraja juga sudah seperti ini lebih dulu," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh The Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Kopi arabika Temanggung memiliki nilai antara tujuh sampai delapan. Nilai ini sudah menunjukkan bahwa kualitas kopi Temanggung tidak kalah dengan daerah penghasil kopi lainnya.

"Harus dipertahankan dan terus ditingkatkan. Kegiatan seperti ini sangat baik sehingga mulai dari petani hingga pelaku kopi bisa semakin meningkatkan kualitas kopinya," katanya.

Ketua panitia Apresisasi Kopi Temanggung Wendi mengatakan mulai dari hulu ke hilir atau dari petani hingga pelaku kopi harus saling mengedukasi sehingga kualitas kopi bisa semakin baik.

"Hal ini salah satu bentuk apresiasi terhadap petani kopi, saling edukasi tentang kopi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya