Liputan6.com, Liputan6.com, Cilacap – Fitriyah (28), ibu bayi jumbo berbobot lahir 5,4 kilogram, terlihat kepayahan. Anaknya menangis keras hendak menetek. Sudah habis menetek pun, bayi ini masih terlihat merengek-rengek.
"Iya, memang begini. Kalau kakaknya ya kuat juga mimik-nya, tapi enggak sekuat adiknya ini," kata Fitriyah, ketika ditemui Liputan6.com, di rumahnya, Cilempuyang, Kecamatan Cimanggu, Cilacap, Kamis sore, 3 Agustus 2017.
Rupanya, abang si bayi, Ahmad Nur Fauzi (3,5), pun lahir dengan bobot tubuh besar. Fauzi lahir dengan berat 4,4 kilogram atau dua ons lebih berat di atas ambang batas bayi normal, yaitu 4,2 kilogram.
"Iya, kakak lahirnya juga gede, 4,2 kilogram," ujarnya.
Dalam tinjauan medis, bayi lahir bobot normal adalah rentang 2,5 kilogram hingga 4,2 kilogram. Fauzi, kakak sang bayi, persis berada di batas ambang normal itu.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini mengherankan lantaran postur tubuh Fitriyah terhitung mungil, hanya setinggi 148 sentimeter, dengan bobot tubuh kisaran 57-an kilogram usai melahirkan. Meski begitu, ibu mungil ini melahirkan bayi-bayi berukuran besar.
Cerita dua anak dengan bobot lahir di atas rata-rata itu ternyata merupakan keturunan. Ayah mereka, Muhammad Nurkholis (28), juga lahir dengan bobot 5 kilogram.
"Iya, bapaknya lahirnya juga gede. Lima kilogram," kata Kholidin (65), sang kakek.
Tak hanya Fitriyah, neneknya pun turut repot lantaran cucunya kerap menangis kelaparan. Maka, dia pun menggendongnya bolak-balik di dalam rumah.
"Penginnya sih diajak keluar, tapi pamali. Belum 40 hari," ujar sang nenek. Pamali adalah istilah untuk larangan dalam adat istiadat Sunda.
Namun, keluarga ini pun ternyata sudah menyadari bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Maka, sang bayi pun tak diberi susu tambahan maupun makanan tambahan meski sering menangis kelaparan.
"Ibunya suruh minum sayur bening katuk saja. Biar ASI-nya penuh," ujar sang nenek.
Baju yang Disiapkan Tak Muat
Tak hanya mengagetkan, kelahiran bayi jumbo itu juga ternyata membuat persiapan kelahiran jadi amburadul. Baju-baju baru yang dibeli tak ada yang muat.
Alhasil, bayi jumbo itu memakai baju bekas kakaknya. Itu termasuk kaus kaki, sarung tangan, gurita dan bedong yang kesempitan. Bahkan, bedong penutup bayi pun kurang panjang. Musababnya, bayi ini memiliki panjang tubuh 53 sentimeter.
"Cukup sih cukup, tapi sudah seret banget. Kasian. Akhirnya, pakai punya kakaknya saja," kata Fitriyah.
Sementara itu, dokter yang menangani persalinan Fitriyah, dr Yani Amaroh mengatakan kelahiran bayi-bayi jumbo memang kejadian yang langka. Akan tetapi, secara genetik, nenek moyang bayi juga memiliki kecenderungan serupa.
Selain itu, bayi raksasa juga mungkin dilkahirkan dari ibu pengidap diabetes. "Tapi kalau bayi yang kita tangani ibunya sehat ya. Bahkan, si ibu usai persalinan bisa menyusui anaknya," kata Yani.
Lantaran berbobot besar saat lahir, bayi-bayi raksasa tentu memerlukan kalori yang tinggi. Itu sebab bayi jumbo berkecenderungan memiliki nafsu makan yang lebih besar. Namun, dia memperingatkan bahwa hal itu bisa menyebabkan bayi obestitas.
"Kalau dituruti (makannya) ya bisa kecenderungan ke obesitas. Tapi, kalau pola makannya benar, maka bayi pun akan tumbuh normal," ujar dia.
Dia menyarankan agar bayi raksasa ini tetap diberi ASI eksklusif, setidaknya sampai berumur 6 bulan. Setelah itu, bayi sudah boleh diberi susu atau makanan tambahan.
"Tapi juga harus dikontrol agar tidak terlalu gemuk. Nanti malah jadi masalah baru," kata Yani mengingatkan.
Advertisement