Liputan6.com, Cirebon - Debit air Waduk Setupatok di Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus menyusut. Kondisi ini menyusul kemarau berkepanjangan di kawasan pantura Cirebon.
Hingga saat ini, air di waduk yang menjadi tempat berburu matahari terbit dan terbenam tersebut menyusut 3-4 sentimeter per hari. Bahkan, volume air di waduk tersebut terus berkurang hingga delapan juta meter kubik.
"Karena cuaca angin juga menyebabkan air menyusut. Sudah lebih dari empat bulan kemarau di Cirebon," ucap salah satu petugas lapangan Waduk Setupatok, Cirebon, Muhammad Suherman, Rabu (23/8/2017).
Dari luas sekitar 8 hektare, Waduk Setupatok mampu menampung volume air maksimal 13 juta meter kubik. Kemarau yang cukup panjang membuat volume air saat ini menjadi delapan juta meter kubik.
Baca Juga
Dari jumlah maksimal volume air tersebut, Waduk Setupatok mengaliri sekitar 1.600 hektare sawah masyarakat. Air waduk mengaliri sawah di tiga kecamatan dan 23 desa di Cirebon. "Sekarang sulit dah kita sebenarnya sudah tidak bisa mengaliri sawah masyarakat lagi karena rentan dengan kondisi waduk," sebut dia.
Namun demikian, di tengah musim kemarau ini, petugas lapangan mengaku kerap kebingungan. Sebab, sisa volume air dalam waduk tersebut dianggap sudah tidak bisa dialirkan lagi ke sawah masyarakat.
Sementara itu, masyarakat hanya melihat dengan kasatmata di dalam bendungan masih menampung air. Mau tidak mau, petugas pun terpaksa mengaliri air ke sawah masyarakat. "Ada sekitar 720 meter kubik per harinya terpaksa kita aliri ke sawah masyarakat daripada risiko," kata Suherman.
Advertisement
Dia menjelaskan, jika air di waduk semakin surut bahkan mengering, hal itu akan berdampak kepada rusaknya bangunan waduk di daerah pinggiran. Sebab, sisa air yang ada di Waduk Setupatok ini sebenarnya hanya sebagai daya tampung untuk menahan keamanan bangunan.
"Jadi kalau dialiri terus setiap hari, maka volume akan terus berkurang dan waduk terancam kering," ujar dia.
Lokasi Favorit Menikmati Pagi dan Senja
Terlepas dari ancaman kekeringan, Waduk Setupatok merupakan salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi warga saat pagi ataupun sore hari. Saat pagi hari, misalnya, waduk tersebut menjadi salah satu tempat favorit penduduk yang ingin menikmati pemandangan, terutama matahari ketika mulai memancarkan cahayanya.
"Biasanya pagi-pagi banyak yang olahraga," tutur pedagang serabi Cirebon, Tini, kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Suasana pagi mulai pecah. Sayup-sayup suara mulai meramaikan suasana waduk kala itu. Suara manusia yang siap "mengadang" cahaya matahari.
Pun demikian suasana saat menjelang senja di waduk yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 20 menit dari Kota Cirebon. Beragam aktivitas warga Cirebon, mulai dari ngopi sore, pacaran, sampai mencuci kendaraan di area pinggir danau.
"Biasanya warga selepas kerja cuci motor di waduk ini sambil nunggu matahari terbenam baru pulang ke rumah," kata seorang warga sekitar waduk, Fajar, pekan terakhir Maret lalu.
Para pengunjung saat itu mengabadikan momen senja mereka di Waduk Setupatok ini. Terlebih, saat matahari mulai beringsut, pelan-pelan menelusup di antara dua bukit yang berdiri di tengah danau.
Dalam menikmati senja di danau ini, pengunjung juga bisa mengekplorasi lewat kamera. Foto siluet menjadi salah satu teknik memotret yang cukup banyak disukai.
"Asyik banget, tempatnya tenteram," kata salah satu pengunjung, Sinta, awal Juni 2017.
Matahari perlahan mulai turun dan meredupkan sinarnya. Dibalut awan senja, pancaran sinar matahari terlihat memendar di atas permukaan air waduk. Suasana ini makin indah dengan latar Gunung Ciremai yang tampak kokoh di kejauhan sana.
Dia mengakui, Waduk Setupatok menjadi salah satu destinasi wisata yang berpotensi. Apalagi pada momen menunggu waktu berbuka puasa saat Ramadan. Namun demikian, persoalan sampah menjadi polemik yang tak kunjung selesai di setiap objek wisata.
"Ini airnya lagi naik kalau waduknya kering kita juga bisa ke gunung api purba," ujar Sinta.
Memang, banyak pengunjung tak menyangka bahwa Waduk Setu Patok yang merupakan kerucut scoria ataupun kerucut cinder yang di tengahnya merupakan bekas letusan gunung api purba atau disebut pula Gunung Api Maar. Maar merujuk pada arti genangan air atau danau.
Adapun contoh lain dari Gunung Api Maar adalah ranu atau danau di sekitar lereng Gunung Lamongan, Jawa Timur, misalnya Ranu Bedali dan Ranu Pakis. Selain itu, terdapat pula Maar Bambang, Gembong, dan Gunungrowo di sekitar lereng bawah Gunung Muria. Selanjutnya di kaki Gunung Gamalama, Ternate, terdapat Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil.
Advertisement