Hari-Hari Tanpa Hujan di Sepanjang Pantura Jabar

Kalaupun ada hujan turun di sepanjang Pantura Jabar selama masa hari-hari tanpa hujan, itu disebabkan sirkulasi Eddy.

oleh Panji Prayitno diperbarui 31 Agu 2017, 16:32 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2017, 16:32 WIB
Hari-Hari Tanpa Hujan di Sepanjang Pantura Jabar
Kemarau yang cukup panjang di pantura Cirebon, membuat debit air Waduk Setupatok terancam mengering. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Majalengka - Memasuki akhir Agustus, suhu udara di wilayah Cirebon, Inddramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) yang termasuk wilayah pantura semakin meningkat.

Prakirawan Badan Meterologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka Ahmad Faiziyn menjelaskan saat ini suhu udara maksimum di wilayah Ciayumajakuning mencapai 35 derajat Celcius. Seminggu sebelumnya, suhu udara maksimum masih 34 derajat Celcius atau lebih rendah 1 derajat.

"Masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan tubuh dalam menghadapi kondisi cuaca kemarau panjang," kata dia, Kamis (31/8/2017).

Pria yang akrab disapa Faiz itu memperkirakan suhu udara akan semakin tinggi saat puncak musim kemarau. Dia menyebutkan, saat puncak musim kemarau bisa mencapai 37 derajat Celcius atau 38 derajat Celcius.

Dalam kondisi normal, kata dia, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada akhir September hingga awal Oktober. Dari hasil monitoring terbaru pada 20 Agustus 2017, musim kemarau di sebagian besar Wilayah Ciayumajakuning mengalami hari tanpa hujan dengan kategori panjang dan sebagaian lainnya ada yang sangat panjang.

"Perkiraan pada September nanti, daerah yang mengalami musim kemarau dengan hari tanpa hujan kategori sangat panjang akan bertambah," sebut dia.

Faiz mengakui, saat musim kemarau, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Menurutnya, hujan masih bisa turun meski jarang dan intensitasnya rendah, di bawah 50 mm per bulan. Salah satu contohnya adalah hujan yang turun di Kota/Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka sebelum insiden gardu induk terbakar kemarin.

Faiz menjelaskan, hujan tersebut karena adanya sirkulasi 'Eddy' di wilayah Kalimantan sehingga mengakibatkan terjadinya perlambatan kecepatan angin lapisan atas. Selain itu, kata dia, kelembaban udara di lapisan atas juga cukup tinggi sehingga awan menjadi jenuh dan turun hujan.

"Tapi mulai hari ini (Rabu) sudah kembali normal. Tidak potensi hujan," kata Faiz.

Di wilayah Kabupaten Indramayu, suhu udara dalam dua pekan terakhir terasa sangat terik sejak pagi hingga sore hari. Panasnya cuaca itu diperparah dengan angin kering yang bertiup kencang sehingga menerbangkan debu-debu kecil yang dapat mengganggu kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara menyatakan, dalam menghadapi hari-hari tanpa hujan seperti sekarang, masyarakat diimbau melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Adapun langkah yang dilakukan dalam Germas adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan tidur cukup dan olah raga teratur. Selain itu, menjaga kesehatan dengan memperbanyak minum dan makanan yang bergizi, hindari minum es/air dingin dan memakai masker saat keluar untuk mengurangi polutan yang masuk ke tubuh.

"Lakukan perilaku hidup bersih dan hidup sehat di masing-masing keluarga," tutur Deden.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya