Liputan6.com, Kuningan - Pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) masih mencari penyebab utama kebakaran yang terjadi di kawasan lereng gunung tertinggi di Jawa Barat tersebut, pada 17-22 September lalu.
Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Wiratno, dan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Herman Khaeron, meninjau langsung kawasan lereng Gunung Ciremai atau Gunung Ceremai yang terbakar. Ratusan hektare lahan mulai dari daun kering hingga pepohonan hangus terbakar.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, kebakaran yang berlangsung sekitar lima hari tersebut menghanguskan 112,98 hektare lahan di kawasan konservasi tersebut. Dari total lahan yang terbakar, sebanyak 105 hektare masuk wilayah Kabupaten Kuningan dan 7,62 hektare berada di Kabupaten Majalengka.
"Di daerah dekat Telaga Remis, saja hampir 80 hektare. Saya kurang tahu kawasan yang lain. Tapi, sepertinya lebih dari 80 hektare lahan yang terbakar," ucap salah seorang petugas National Expert Sumitomo Foresty, Darsono, Sabtu, 24 September 2017.
Baca Juga
Adapun titik kebakaran berada di kawasan Bukit Pajaten, Batu Saheng, Cikalahang, Gunung Rangkong, dan kawasan Telaga Remis. Api membakar lahan Ciremai sejak 17 September lalu. Petugas dibantu masyarakat sekitar berupaya memadamkan api.
Hubungan Masyarakat (Humas) TNGC, Agus Yudhantara, menjelaskan untuk kebakaran yang terjadi pada 17 September 2017, yaitu di blok Gunung Rengkong seluas 2,35 hektare. Sedangkan pada 21 September 2017 terjadi di Blok Telaga Remis, Pajaten, Cirendang, dan Batu Saheng seluas 83,15 hektare.
Sementara kejadian kebakaran di lereng Gunung Ciremai, pada 22 September 2017, menurut Agus, melanda di Blok Telaga Remis dan Batuluhur yang mengakibatkan lahan seluas 16,24 hektare terbakar.
"Sampai saat ini untuk penyebab kebakaran masih di selidiki," tuturnya.
Advertisement
Saksikan video pilihan berikut ini:
3 Kali Kebakaran
Pada September ini, kawasan TNGC sudah tiga kali terjadi kebakaran. Namun, penyebab terjadinya kebakaran belum diketahui. Kebakaran terakhir terjadi pada Jumat, 22 September 2017.
Dirjen KSDAE Kementerian LHK, Wiratno mengatakan, saat ini masih fokus mencari titik api yang belum padam total. Biasanya, api masih bersembunyi di balik bebatuan.
Ia pun mengapresiasi peran warga yang senantiasa membantu dengan sepenuh hati bersama memadamkan api yang membakar lahan di gunung api setinggi 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
"Kami juga sedang menyusun roll mode inisiatif inovasi baru yang melibatkan masyarakat menjaga taman nasional harus selesai tahun 2018," ujar dia.
Berkaca dari TNGC, dia memastikan, sebanyak 54 taman nasional di Indonesia akan dibuat berbasis masyarakat.
"Seperti di Ciremai ini masyarakatnya turut membantu dan menjaga kawasan hutannya. Kalau ada apa-apa dikerjakan bersama hasilnya dinikmati bersama," kata dia, saat meninjau lokasi usai kebakaran.
Dalam model kerja sama tersebut, Dirjen KSDAE juga akan membantu mengembangkan sektor wisata bersama masyarakat kawasan pegunungan. Namun, pengembangan tersebut merupakan hasil, bukan kayu. "Seperti bebatuan jadi penghasilan juga untuk masyarakat," Wiratno memungkasi.
Advertisement