Ketika Anak-Anak Pengungsi Gunung Agung Merindukan Sekolah

Satu di antaranya Ardana yang bersama orangtuanya harus mengungsi lantaran wilayahnya masuk dalam zona merah Gunung Agung.

oleh Dewi Divianta diperbarui 25 Sep 2017, 02:01 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2017, 02:01 WIB
Pengungsi Gunung Agung
Anak-anak pengungsi dari wilayah zona merah Gunung Agung yang berada di posko pengungsian GOR Suwecapura, Klungkung, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Klungkung - Wajahnya tetap riang meski harus berdesakkan dengan orang dewasa. Khas anak kecil, ia tetap berlari ke sana ke mari di posko pengungsian warga sekitar Gunung Agung di Gelanggang Olahraga (GOR) Suwecapura, Kabupaten Klungkung, Bali.Tak tampak rasa kekalutan di wajahnya seperti yang tersirat di wajah orangtuanya. Bagi dia, bermain merupakan porsi yang mewarnai hidupnya sehari-hari. Dia adalah I Wayan Putu Ardana, siswa kelas IV SDN 2 Jumutan Pangi, Kabupaten Karangasem, Bali.Ardana bersama orangtuanya harus mengungsi lantaran wilayahnya masuk dalam zona merah Gunung Agung. Dengan terpaksa, Ardana tak masuk ke sekolah sejak beberapa hari lalu ketika mengungsi. Sebab, sekolah-sekolah terdampak bencana Gunung Agung memang diliburkan.

"Tidak masuk sekolah karena mengungsi," ucap Ardana kepada Liputan6.com di GOR Swecapura, Kabupaten Klungkung, Minggu, 24 September 2017.Dengan polos, Ardana mengaku jika ia rindu suasana sekolah nan riang gembira. Ia bisa berkumpul belajar dan bermain bersama teman-teman di sekolah."Kangen main sama teman-teman. Kepengin cepat-cepat sekolah lagi," ujarnya.Di sudut lain GOR Swecapura, segerombolan anak tengah berkumpul membaca buku. Meski telah lusuh, mereka khidmat membaca dengan baik buku pelajaran sekolah yang dibawanya dari rumah, sebelum mengungsi dari zona merah Gunung Agung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tetap Mengerjakan PR

Pengungsi Gunung Agung
Anak-anak pengungsi dari wilayah zona merah Gunung Agung yang berada di posko pengungsian GOR Suwecapura, Klungkung, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Mereka adalah Kadek Suri (kelas 2 SD), Putu Nadiarta (kelas 1 SD), dan Putu Diana (SD 1), siswa SDN 3 Sebudi, Karangasem. Ketiga adalah saudara sepupu yang tengah asyik mengisi pekerjaan rumah bekal gurunya sebelum status awas Gunung Agung membuat mereka harus berpisah dari sekolah."Aku kalau sudah besar mau bekerja di kapal pesiar," tutur Putu Nadiarta.Ia dan kedua saudaranya itu mengaku senang meski tinggal di pengungsian. Dengan polosnya, ia berujar jika pada pagi hari dirinya sudah makan dengan ayam goreng dan selalu diberikan camilan.Bocah kecil yang aktif itu bercerita bahwa dirinya tidak rindu dengan rumahnya. Ia hanya kangen dengan tempatnya menuntut ilmu."Kangen sama sekolah, sama rumah tidak. Di sekolah banyak teman," katanya.Orangtua Putu Nadiarta, Nyoman Ada mengaku bersyukur kendati harus tinggal di pengungsian anak-anaknya tidak terlalu larut dalam kesedihan. Nyoman sengaja membawa perlengkapan sekolah anak-anaknya agar mereka tetap bisa belajar walaupun tinggal di dalam tenda pengungsian."Kebetulan tadi sudah didata. Besok saya akan pindahkan sekolah anak saya di sini," ujar dia.Apalagi, anak-anak sedang semangat untuk belajar. "Sengaja buku-buku dan alat lukis mereka saya bawa mengungsi. Jadi bisa dipakai mereka mengisi waktu luang," ia menambahkan.Ia berharap, Gunung Agung bisa kembali normal agar dirinya memboyong keluarganya pulang dan melakukan aktivitas di rumah mereka.Sebelumnya, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, menjamin anak-anak pengungsi bencana Gunung Agung yang berada di Kabupaten Klungkung akan tetap mendapat kesempatan belajar. Meski mereka mengungsi dan sekolah diliburkan, Suwirta menjamin mereka tetap sekolah sekalipun di pengungsian.Data sementara, untuk TK sebanyak 6.366 siswa, SD sebanyak 1.081 siswa, SMP 549 siswa, dan SMA 468 siswa. Untuk jumlah pengungsi di wilayah Kabupaten Klungkung, hingga Minggu, 24 September 2017 pukul 15.30 Wita, sebanyak 13.468 jiwa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya