Liputan6.com, Yogyakarta - Sejumlah mobil antik berjajar di halaman depan sebuah rumah yang berlokasi di Kompleks TNI AU Blok O Banguntapan, Bantul. Kurang antik apa, jika kendaraan yang sebagian besar buatan Eropa itu keluaran 1940 sampai 1950-an.
Hampir semua orang yang melintasi kawasan itu akan menoleh dan memandangi mobil yang jarang ditemui di jalanan. Sebut saja Fiat 1100 b 1948 yang memiliki julukan Fiat konde, Morris Minor Cabriolet 1951, dan Ford Consul 1957. Ada pula mobil buatan Jepang, Toyota Publica 1967, dan kendaraan asal negeri Paman Sam, Dodge Pickup 1957.
"Biasa disewa untuk kendaraan pernikahan dan prewedding," ujar Muhammad Taufik, pemilik termpat persewaan mobil antik bernama Kee Clasics, kepada Liputan6.com, Rabu (17/1/2017).
Advertisement
Baca Juga
Laki-laki yang akrab disapa Topik itu belum lama mengkomersialkan mobil antik yang selama ini hanya jadi koleksinya. Itu pun sebenarnya tidak sengaja.
Sekitar dua tiga tahun lalu, ada seorang bapak yang mendatangi rumahnya. Lelaki paruh baya itu tertarik dengan Fiat konde milik Topik yang diparkir di halaman depan. Ia ingin menyewa mobil itu untuk melengkapi properti pernikahan sang anak yang mengusung tema klasik.
Topik sempat kebingungan karena ia memang tidak pernah berminat menyewakan mobil antik miliknya. Apalagi, ketika itu mobilnya belum jadi benar. Belum pasang AC karena mobil lawas memang tidak ada AC. Namun, orang itu setengah memaksa dan akhirnya Topik pun luluh.
Ia meminjamkan Fiat konde untuk kepentingan pernikahan, sekalipun tanpa AC. Ketika itu, ia belum mematok harga sewa dan memperoleh bayaran Rp 750.000.
Satu minggu kemudian, ada orang lain lagi yang mendatanginya. Kepentingan orang itu sama dengan bapak yang menikahkan anaknya.
“Mungkin dia lihat waktu itu ada yang pakai mobil antik dari tempat saya untuk pernikahan,” ucap Topik.
Harga Sewa Miring
Dua kejadian yang tidak disengaja itu akhirnya membuat laki-laki berusia 38 tahun ini memiliki ide untuk menyewakan koleksinya sebagai properti pernikahan dan prewedding. Topik berkonsultasi dengan temannya yang lebih paham soal harga sewa mobil untuk pernikahan di Yogyakarta supaya bisa mematok harga sewa yang pas.
Mobil antik koleksinya dibanderol harga sewa Rp 1-Rp 1,5 juta per acara, tergantung jauh dekat jarak tempuh. Harga itu sudah termasuk sopir dan hiasan untuk mobil pernikahan.
Harga sewa mobil antik untuk prewedding lebih murah, yakni Rp 500.000. Tarif sewa mobil antik yang dipatoknya memang relatif miring ketimbang harga pasaran. Topik mengakuinya.
"Iya, saya perhatikan untuk mobil pernikahan biasanya sekitar Rp 2,5 juta," kata bapak dari satu anak ini. Kebanyakan konsumennya adalah pasangan yang menjalankan pemberkatan nikah di gereja. Dia bilang hampir 75 persen.
Biasanya, Topik bertindak sebagai sopir ketika mobil antiknya disewa orang. Ia berpendapat mobil antik atau kuno butuh perlakuan khusus dan tidak semua orang terbiasa mengendarai mobil seperti itu. Contohnya, persneling Ford Consul 1957 terletak di atas dan bukan di dekat jok.
Advertisement
Bukan Hanya Kepuasan Pasangan Pengantin
Ada peristiwa mengejutkan ketika ia menjadi sopir mobil antik untuk pernikahan. Ia membawa pasangan pengantin ke arah Imogiri. Tiba-tiba mobilnya dihentikan sebuah mobil lain di pertigaan. Topik mengerem kendaraannya. Orang di mobil itu memotret mobil antik itu. Setelah itu, dia tancap gas dan pergi menjauh.
Dari kejadian itu, Topik menyadari, memilih mobil antik sebagai kendaraan pernikahan ternyata tidak hanya memberi kesenangan kepada pengantin, melainkan juga pengguna jalan yang lain.
“Sebenarnya ini mobil biasa, tetapi jarang orang melihatnya sekarang jadi dianggap unik,” tuturnya.
Ia merasa senang hobi yang sudah lama ditekuninya ternyata bisa menghasilkan rezeki tambahan untuk keluarga. Jika musim kawin pada bulan-bulan tertentu, ia bisa menerima sewa delapan kali dalam sebulan. Namun, rata-rata dalam sebulan sekitar dua sampai tiga kali mobil disewa.
Bikin Aksesoris Mobil Antik Sendiri
Topik menggemari mobil antik sejak masih kecil. Lelaki asal Sumedang yang sudah 18 tahun berdomisili di Yogyakarta ini menyukai barang yang tidak biasa. Koleksinya diperoleh dari komunitas mobil tua di Yogyakarta dan Bogor.
Sebelum bermain mobil antik, ia lebih dulu menekuni motor klasik. Ketika uang hasil jual beli koleksinya bertambah, ia beralih ke roda empat.
Selain mengelola sewa mobil antik, Topik juga terbiasa membuat suku cadang atau aksesoris mobil dan motor. Ia menerima pesanan orang-orang yang membutuhkan bagian dari kendaraan yang sulit ditemui di pasaran.
Memelihara mobil antik juga bukan hal sulit bagi Topik. Menurutnya, perawatan tidak sulit karena mesinnya sederhana dan kebanyakan tidak elektrik. Servis rutin dilakukan setiap bulan. Ada temannya yang terbiasa mengurusi mobil antik.
“Kadang saya yang ke bengkel, tetapi juga bisa teman saya itu dipanggil ke rumah,” kata Topik.
Dilihat dari jumlah koleksinya yang kebanyakan mobil Eropa, Topik punya alasan sendiri. Mobil Eropa cenderung berukuran kecil, desain bagus, dan harga lebih terjangkau ketimbang mobil buatan Amerika yang lebih mahal dan memakan tempat karena ukurannya besar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement