Lagi, Wabah Campak dan Gizi Buruk Menyerang Pegunungan Bintang

Campak dan gizi buruk mengakibatkan 27 orang meninggal dunia sejak Desember 2017, sebanyak 23 di antaranya adalah balita dan anak.

oleh Katharina Janur diperbarui 21 Jan 2018, 21:05 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2018, 21:05 WIB
Papua
Masyarakat adat Pegunungan Bintang. (Liputan6.com / Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Wabah campak dan gizi buruk dikabarkan juga terjadi di Kampung Pedam, Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Wabah ini mengakibatkan 27 orang meninggal dunia sejak Desember 2017, sebanyak 23 di antaranya adalah balita dan anak.

Kampung Pedam, Distrik Okbab, yang berjarak 25 menit penerbangan dengan pesawat berbadan kecil dari Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang atau dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama tiga hari.

Wabah campak disertai kematian, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Yermias Tapyor, diterima melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua dari seorang mahasiswa yang sedang berlibur di Kampung Pedam.

"Saya juga kaget saat mendapat laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua terkait kematian di Kampung Pedam," ucap Yermias, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (21/1/2018).

Saat ini, tim kesehatan yang dipimpin Hubertus Uropmabin dari Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang membawa serta dua dokter dari RSUD Oksibil, empat perawat, dua anggota tim gizi, dan tiga personel Koramil Oksibil, akan berada di Kampung Pedam hingga 26 Januari 2018.

Tim kesehatan akan melakukan pengobatan, memberikan vaksin, mendata ulang warga yang meninggal dunia, serta penyuluhan kesehatan. "Tim ini gabungan prajurit TNI dan Dinkes Pegunungan Bintang. Tim kesehatan yang turun ke lapangan, akan mencari penyebab kematian warga,’" jelasnya.

Yermias mengakui wabah campak dan gizi buruk yang menyerang warga begitu cepat menyebar, karena tidak adanya tenaga kesehatan di kampung. Apalagi kejadiannya di bulan Desember, di saat petugas kesehatan kontrak berakhir masa tugasnya.

"Tahun 2017, kami merekrut 150 tenaga kesehatan yang disebar ke semua kampung di Kabupaten Pegunungan Bintang," ujarnya.

 

Papua
Ilustrasi anak Papua. (Liputan6.com / Katharina Janur)

Cakupan Imunisasi Rendah

Wabah campak dan guzu buruk di Kabupaten Pegunungan Bintang diakui Dinas Kesehatan setempat karena, tingkat imunisasi balita sangat rendah.

"Kami masih kesulitan tempat penyimpanan vaksin di kampung-kampung sangat. Biasanya tempat penyimpanan vaksin harus dibawa dari Oksibil," Yermias menambahkan.

Sementara untuk sampai ke kampung-kampung hanya bisa dicapai dengan pesawat. "Itulah kondisi yang kami alami di Pegunungan Bintang," jelasnya.

Data dari Dinas Kesehatan Papua, cakupan imunisasi yang rendah juga mengakibatkan kasus campak sepanjang 2017 meningkat di Papua. Sebut saja pada 9 Januari 2017, terjadi 108 kasus campak di Kabupaten Jayapura.

Selanjutnya, pada 2 Februari 2017, sebanyak 261 kasus campak di Kabupaten Mimika. Bergeser ke 9 April 2017, 29 kasus campak terjadi di Kabupaten Biak Numfor.

Menyusul di Kota Jayapura, terjadi 166 kasus campak pada 8 Mei 2017. Kabupaten Merauke juga terkena wabah campak pada 1 Juli 2017 sebanyak 46 kasus dengan satu kematian.

Kemudian di Keerom, pada 10 Agustus 2017, sebanyak 22 kasus. Hingga ke Kabupaten Boven Digul, terjadi wabah campak sebanyak 30 kasus pada 1 Oktober 2017 dan Puncak Jaya, 233 kasus pada 9 Desember 2017.

 

Papua
Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat memberikan imunisasi. (Liputan6.com / Katharina Janur / Kodam Cenderawasih)

Kodam Cenderawasih Gerak Cepat

Sementara itu, Kodam XVII/Cenderawasih segera mengambil langkah cepat membentuk Posko di Oksibil serta mengirim anggotanya bersama tim ke Kampung Pedam. Kodam Cenderawasih telah menerima informasi kematian dengan dugaan wabah campak di Pegunungan Bintang, sejak 16 Januari 2018.

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George Elnadus Supit, langsung memerintahkan Danrem 172/ PWY, Kol Inf Boni Pardede untuk mengambil langkah cepat segera membentuk tim bersama Pemkab Pegunungan Bintang. Serta, membuat posko untuk memantau upaya penanggulangan yang dilakukan.

Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menuturkan, Panglima Kodam Cenderawasih tak ingin lagi ada warga di kampung pedalaman Papua terus-menerus menjadi korban akibat wabah yang tidak segera ditanggulangi.

"Kodam siap membantu Pemerintah Pegunungan Bintang untuk penanggulangan wabah campak dan memerintahkan sembilan anggota Koramil Okbibab untuk bergabung dengan tim," ujarnya.

Menurut Aidi, tim yang bergerak sejak 20 Januari 2018, sekitar pukul 09.00 WIT dengan pesawat berbadan kecil, mendarat di Bandara Okbab. Dilanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyusuri jalan setapak dan naik gunung menuruni lembah. Tim akhirnya tiba pukul 22.00 WIT pada 20 Januari 2018 di Kampung Pedam.

"Informasi yang kami dapatkan melalui komunikasi Radio SSB dari Gereja GIDI Kampung Pedam yang dilaporkan dokter Lina, jumlah warga yang meninggal sebanyak 25 orang," jelas Aidi.

Namun, menurut dia, tim kesehatan belum bisa melakukan pendataan terkait penyebab kematian, waktu kematian dan lokasi kematian. Sebab, terkendala cuaca buruk.

Rata-rata pasien anak dan balita yang ditemui di kampung itu menderita diare, dehidrasi berat, dan komplikasi serta kekurangan cairan sampai dengan gizi buruk.

"Kami juga mendapatkan laporan, vaksin yang dibawa tim kesehatan tak dapat digunakan karena telah rusak. Saat ini, kebutuhan yang sangat mendesak adalah vaksin, MP Asi, cairan RL, hingga bahan makanan," kata Aidi.

Untuk gerak cepat lanjutan, Kodam Cenderawasih akan diberangkatkan Helikopter Mi-17 milik TNI AD langsung ke Distrik Okbab mengangkut obat-obatan, vaksin, dan bama serta personel tambahan.

"Tim kesehatan dari Mabes TNI akan segera tiba di Jayapura, dan siap memberikan bantuan di Distrik Okbab," Aidi menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya