Liputan6.com, Cirebon - Durian merupakan salah satu jenis buah yang banyak dicari belakangan ini. Tidak sedikit masyarakat menemukan penjual durian di sepanjang jalan, termasuk Pantura Cirebon.
Berbagai jenis dan ciri khas durian banyak ditemukan di sejumlah kawasan Pantura Jawa Barat, termasuk Durian Sinapeul khas Kabupaten Majalengka.
Durian Sinapeul tersebut belakangan tengah naik daun setelah ramai menjadi perbincangan warganet. Apalagi daerah Sinapeul pernah mencuat setelah gelaran acara bertajuk pesta durian.
Advertisement
Baca Juga
Nama Durian Sinapeul tidak lepas dari asal muasal buah tersebut tumbuh yaitu Desa Ujungberung Blok Sinapeul, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.
Namun demikian, eksistensi Durian Sinapeul Majalengka tidak terbilang masih baru. Selama bertahun-tahun, warga Blok Sinapeul sudah akrab dengan durian.
Bahkan, dari pantauan Liputan6.com di lokasi, hampir setiap halaman rumah di sini ditanami pohon durian. Dari ratusan pohon durian yang ada di halaman warga, satu diantaranya diklaim berusia 250 tahun atau 2,5 abad.
Pohon tersebut tampak paling besar tumbuh di halaman depan rumah salah seorang warga Heri Saptanto (52) dan Titin Susilawati (48). Warga Blok Sinapeul ini merupakan keturunan generasi keempat salah satu pionir Durian Sinapeul.
"Itu pohon induk tunggal Durian Perwira nama asli dari Durian Sinapeul yang cuma ada satu se-Jawa Barat dan sudah tercatat di kementerian pertanian," kata Heri, Minggu (11/2/2019).
Menurut Heri, pohon induk tersebut telah dimanfaatkan oleh banyak warga se-Kecamatan Sindangwangi. Pemanfaatan pohon induk tersebut untuk pembibitan tanaman durian di Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka.
Dia menjelaskan, penamaan pohon Durian Perwira karena salah satu penikmatnya adalah seorang perwira TNI. Perwira tersebut, sebut Heri, bernama Kuntoro dan kini menetap di Cirebon.
Kuntoro, kata Heri, termasuk penikmat Durian Sinapeul yang rutin berkunjung pada 1990-an.
"Sudah disertifikasi Kementerian Pertanian pada 1992," sebut Heri.
Desa Wisata
Eksistensi sebuah pohon Perwira di Blok Sinapeul ini seolah menandakan eksistensi Durian Sinapeul selama puluhan tahun. Bahkan, sebelum teknologi datang, kelezatan Durian Sinapeul telah dikenal banyak orang.
Setiap musim hujan tiba atau sekitar September sampai April, Blok Sinapeul ini tak pernah sepi pengunjung tiap tahunnya. Secara fisik, Durian Sinapeul rata-rata memiliki berat 2-3 kilogram.
Namun, dari segi rasa, Durian Sinapeul mampu membuat orang yang menikmatinya ketagihan. Selain manis, daging buah Durian Sinapeul tergolong tebal dengan biji yang kecil.
Heri mengatakan, Blok Sinapeul ini seakan sudah dikenal sebagai desa wisata durian. Beberapa warga memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat wisatawan menikmati durian yang dipanen dari pohon-pohon mereka sendiri.
Tak hanya menikmati Durian, penikmat buah berduri ini juga dapat menikmati sejuknya bukit hijau di belakang pemukiman. Penikmat durian bisa pula merasakan sensasi relaksasi.
"Bahkan kami berfikir akan membuat semacam paket wisata desa durian ya cikal bakal agrowisata durian. Jadi bukan hanya makan durian tapi menikmati suasana desa bahkan paket menginap," ujar dia.
Dia mengaku, sejak nama Durian Sinapeul viral, banyak pelanggan baru yang datang ke desa ini. Bahkan, kata Heri, tiap akhir pekan, Blok Sinapeul menjadi ramai oleh wisatawan penikmat durian.
Heri mengaku, terbukanya akses Tol Cipali, membuat penjualan Durian meningkat. Konsumen Durian Sinapeul khususnya asal Jakarta tidak pernah bosan datang dan pergi hanya untuk menikmati Durian Sinapeul.
"Alhamdulillah makin terjalin silaturahmi dengan orang baru juga," kata Heri.
Â
Advertisement
Kiprah Sang Pionir
Pasangan Heri dan istrinya Titin merupakan salah satu warga yang berpengaruh di desa Durian ini. Pasutri tersebut merupakan salah satu keturunan sang pionir Durian Sinapeul yakni Utori Sidiq.
"Utori itu kakek saya dan memang dari buyut saya juga sudah jualan durian," kata Titin yang merupakan generasi keempat penyaji Durian Sinapeul Majalengka.
Dia menuturkan, dalam perjalanannya, eksistensi Durian Sinapeul naik turun. Namun, sekitar tahun 1970an, Utori Sidiq mencoba mengharumkan kembali nama Durian Sinapeul di luar.
"Kakek mencoba menjual durian yang dipanennya dari kebun rumah ke Pasar Mambo di Majalengka," imbuh Titin.
Pembeli, kata dia, saat itu menilai durian yang dijual Utori tergolong enak. Respon masyarakat yang positif membuat Utori akhirnya kembali menjual durian hasil panennya hingga dikenal lebih banyak orang.
Saat ini, buah durian tersaji di kediaman Heri dan Titin di Blok Sinapeul. Sedikitnya 500 pohon durian memenuhi kebun rumah Heri dan Titin.
"Harga relatif terjangkau mas tapi kebanyakan orang nyaman karena suasananya makan di desa dan dekat pohon durian yang tua ini," ujar dia.
Limbah Durian Diolah Kembali
Tidak ada satu pun durian yang terbuang sia-sia setelah dinikmati. Setiap biji durian oleh warga setempat disemai untuk meniadi tanaman baru. Sedangkan, kata Titin, kulitnya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
"Untuk buahnya, yang manis kami sajikan kepada pembeli. Sementara yang kurang manis kami jual kepada produsen sebagai perasa durian," kata Titin seraya menambahkan.
Titin, kata dia, juga menyediakan durian kemasan siap makan yang dibekukan dalam mesin pendingin. Sayangnya, dari potensi tersebut, Pemkab Majalengka dianggap belum optimal mengembangkan Desa Wisata Durian ini.
Heri mengaku, sejauh ini, masyarakat di Blok Sinapeul belum pernah memperoleh penyuluhan dan pembinaan dari instansi terkait. Dia mengku, penjualan Durian Sinapeul tergolong lama, kondisi tersebut menjadi kendala warga dalam mengembangkan potensi yang ada di desanya itu.
"Padahal, kami butuh pengarahan dari pemda karena yang kami lakukan selama ini masih bersifat tradisional. Kami juga butuh akses infrastruktur yang lebih memadai agar Durian Sinapeul lebih mendunia," timpal Heri seraya berharap.
Saksikan vidio pilihan berikut ini:
Advertisement