Keren, Atap Rumah Warga Bandung Jadi Arena Bermain Skate

Sekilas tidak ada yang aneh dari tampilan rumah tersebut. Tetapi, selain berfungsi sebagai tempat hunian, atap rumah tersebut merupakan arena bermain skate.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Apr 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2018, 07:00 WIB
Atap rumah di Jalan Kawali 3 Nomor 28 Antapani, Bandung, menjadi tempat bermain papan seluncur.
Atap rumah di Jalan Kawali 3 Nomor 28 Antapani, Bandung, menjadi tempat bermain papan seluncur.

Liputan6.com, Bandung - Sebagai salah satu kiblat skateboard atau papan seluncur di Indonesia, Bandung memang terkenal dengan skatepark-nya yang menjamur di berbagai sudut kota. Mulai dari skatepark yang bersifat outdoor maupun indoor ada di Kota Kembang.

Seiring bergulirnya waktu, tempat-tempat bermain skateboard banyak mengalami perkembangan. Terbaru adalah tempat bermain papan seluncur di Jalan Kawali 3 Nomor 28 Antapani, Bandung.

Sekilas tidak ada yang aneh dari tampilan rumah tersebut. Tetapi, selain berfungsi sebagai tempat hunian, atap rumah tersebut merupakan arena bermain skate.

Pemilik rumah adalah Eko Sulistyo (27), salah seorang pegawai PPAT. Ia yang memiliki hobi berpapan seluncur di atas empat roda itu bersama rekannya Fian Afandi (30) menggagas taman bermain mini tersebut.

"Mini ramp ini dibangun September 2017. Kebetulan saat saya lagi senang main skate lagi dan pas kebetulan membangun rumah. Lalu sama Fian kita bikin mini ramp ini," ujar Eko saat ditemui Liputan6.com, Minggu (8/4/2018).

Fian yang ahli ilustrasi mengerjakan perancangan mini ramp di atap rumah Eko. Hasil desain Fian kemudian diterapkan pada bidang bangunan seluas 84 meter persegi tersebut.

Hasilnya, jadilah sebuah mini ramp seluas 6 x 6 meter dengan tinggi 1-1,5 meter. Adapun proses pengerjaan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Setelah mini ramp rampung, bukan hanya Eko dan Fian yang keranjingan bermain skate. Rekanan maupun teman komunitas mulai menjajal fasilitas half bowl milik keduanya.

Selain teman dekat, ada pula dari luar kota yang khusus untuk menjajal keterampilan bermain skate di atap rumah ini. Hampir setiap akhir pekan terutama Sabtu dan Minggu

"Biasanya kita main dari pagi jam 8 sampai sore," ujarnya.

Keanggotaan Golosor Club mulai dari mereka yang masih duduk di bangku SD hingga yang berumur sekitar 30 tahunan.
Keanggotaan Golosor Club mulai dari mereka yang masih duduk di bangku SD hingga yang berumur sekitar 30 tahunan.

Komunitas Golosor Club

Fian yang sesekali tampak memberikan arahan pada anak-anak ikut bercerita soal pembelajaran skate bagi pemula.
Fian yang sesekali tampak memberikan arahan pada anak-anak ikut bercerita soal pembelajaran skate bagi pemula.

Karena semakin banyak yang belajar bermain skate, Eko dan Fian pun menamakan tempat bermain mereka menjadi Golosor Club. Sekaligus menjadi nama komunitas mereka.

Keanggotaan di komunitas ini sangat berangam. Mulai dari anggota termuda mereka yang masih duduk di bangku SD, sekitar umur 8 tahun hingga ada yang berumur sekitar 30 tahunan. Anggotanya juga tidak hanya laki-laki saja, tapi komunitas ini juga punya anggota perempuan.

Ada cerita menarik mengapa anak SD bisa sampai ikut main skate di sini. Awalnya, tetangga mereka yang masih tergolong anak-anak banyak yang penasaran dan menyaksikan langsung cara bermain skate.

"Karena tempat bermain mereka seperti lapangan voli sering dipakai tempat parkir ketimbang tempat bermain. Jadi, di sini mereka bermain sambil belajar skate," ucap Eko.

Fian yang sesekali tampak memberikan arahan pada anak-anak ikut bercerita soal pembelajaran skate bagi pemula.

Di bercerita, saat tempat bermain skate ini semakin ramai, anak kecil ikut datang menyaksikan. Namun, sebelum akhirnya mereka ikut bermain skate, khusus anak-anak diberikan teknik dasar.

“Mereka harus membiasakan berlatih di trek datar terlebih dulu. Kira-kira satu sampai dua hari,” ujarnya.

Di komunitas ini, kata Fian, siapa saja bisa berbagi dan tentunya ada pengawasan terhadap anak-anak yang secara khusus ikut bermain skate di sini.

"Siapa saja yang sudah bisa main skate ngajarin anak-anak sekalian. Karena pada dasarnya kita ingin memasyarakatkan skateboard,” ungkapnya.

Sebelum akhirnya mereka ikut bermain skate, khusus anak-anak diberikan teknik dasar.
Sebelum akhirnya mereka ikut bermain skate, khusus anak-anak diberikan teknik dasar.

Sensasi Seluncur di Atas Papan

Selain fasilitas ramp, ada papan skate yang disediakan tuan rumah.
Selain fasilitas ramp, ada papan skate yang disediakan tuan rumah.

Suasana taman skate Minggu pagi itu tidak seramai biasanya. Meskipun cuaca cerah dan matahari terik, sejumlah skater berusia 8-13 tahun tetap bermain bersama ditemani beberapa skater yang berusia lebih tua.

“Kalau main bisa sampai sore,” kata Rizky (9) yang baru sekitar satu bulan bermain skate.

M. Raga (13) mengaku tertarik bermain skate karena selain fasilitas ramp, ada papan skate yang disediakan tuan rumah. Terjatuh atau tergelincir saat meluncur pun sudah biasa baginya.

“Sakit tapi kalau ramai kaya gini jadi mau lagi. Om Fian dan Om Eko selalu ngajarin bermain skate,” tuturnya.

Hal serupa juga diungkapkan Syauki, siswa kelas 6 SD. “Saya enggak takut, kalau takut enggak akan bisa,” ujarnya.

Revina (12), perempuan yang ikut bermain skate kini semakin lihai melakukan pendulum. “Awalnya ngeliat doang lama-lama jadi tertarik,” kata Revina.

Salah seorang skater lainnya, Ikbal Arifin (27) termasuk yang rajin menyambangi mini ramp milik Eko. Pemuda yang berprofesi sebagai guru ini bersyukur karena ada tempat bermain skate yang tak jauh dari rumahnya. Dengan adanya tempat bermain skate ini ia bisa melatih sejumlah trik.

“Alasan saya bermain di sini karena memang sudah kenal sama orang-orangnya. Ini tempat main skate pertama di Antapani,” ungkap Ikbal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya