Gerakan Massal Imunisasi Satu Juta Anak Papua

Imunisasi Measles Rubella dan Polio (MRP) akan menyisir 1 juta anak di 29 kabupaten/kota di Papua.

oleh Katharina Janur diperbarui 23 Jul 2018, 10:29 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 10:29 WIB
Papua
Anak-anak di Distrik Mamit, Kabupaten Tolikara. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Asmat - Bidan Reski Bunga masih belia. Umurnya baru 25 tahun. Namun, jangan ditanya soal pengalamannya bertugas di daerah terpencil di Papua.

Bidan Reski sudah tiga tahun bertugas di Puskesmas Kolofbrasa, Distrik Kolofbrasa, Kabupaten Asmat. Wilayah Kolofbrasa hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal motor cepat selama 6-8 jam dari Agats, ibu kota Kabupaten Asmat.

Puskesmas Kolofbrasa melayani 14 kampung. Dalam tugasnya, bidan Reski dibantu empat perawat dan satu kepala puskesmas.

Tak mudah melayani warga di 14 kampung, jalan dari satu kampung ke kampung lainnya, hanya bisa ditempuh dengan kapal motor cepat. Bahkan, ada dua-tiga kampung di Distrik Kolofbrasa, usai ditempuh dengan kapal motor cepat, harus ditambah dengan berjalan kaki 2-3 jam ke kampung itu.Jalur sungai di Asmat, menjadi transportasi utama dalam aktivitas warga ataupun petugas kesehatan. (Liputan6.com/Katharina Janur)Bidan Reski berkisah pengalamannya yang tak pernah bisa dilupakan. Sebagai seorang bidan yang harus siaga 24 jam, bidan Reski pernah merujuk pasien ibu hamil ke RSUD Asmat pada pukul 02.00 WIT. Hanya doa dan harapan yang muncul di benaknya kala itu. Si ibu hamil harus selamat bersama dengan bayinya di RSUD Asmat.

"Pukul 02.00 WIT, perjalanan pasien rujukan harus dilakukan. Selama dalam perjalanan, kami hanya berbekal lampu senter yang saya pegang, untuk menerangi sepanjang kali di Distrik Kolofbrasa ke Agats. Beruntung, hingga saat ini si ibu dan anaknya sehat," jelas bidan Reski ditemui Liputan6.com, pekan lalu di Kota Jayapura, saat sedang cuti kerja.

Bidan Reski mengakui butuh kerja ekstra dalam memahami kebutuhan kesehatan masyarakat di pedalaman Asmat. Kebanyakan pemahaman masyarakat setempat untuk kesehatan diri sendiri pun sangat minim.

Termasuk, saat adanya pemberian imunisasi kepada anak yang baru lahir. Sebab, biasanya setelah imunisasi, suhu badan anak panas.

"Pemahaman dari masyarakat Papua, justru dengan diberikan suntik imunisasi, anak malahan sakit, sehingga banyak orangtua yang tak mau lagi datang ke puskesmas untuk anaknya diberikan imunisasi. Padahal, pemberian imunisasi dasar hingga usia 9 bulan," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dukungan Semua Pihak

Papua
Wakil Wali Kota, Rustan Saru dalam pencanangan imunisasi MRP di Kota Jayapura. (Dok. Humas Pemkot Jayapura untuk Katharina Janur/Liputan6.com)

Bidan Reski tak sendiri. Biasanya untuk membujuk warga soal pentingnya imunisasi, Puskesmas Kolofbrasa menggandeng kepala kampung hingga tokoh agama. Pemahaman imunisasi yang disampaikan para tokoh di kampung setempat membuat sosialisasi imunisasi menjadi mudah.

"Untuk gerakan imunisasi massal Measles Rubella dan Polio (MRP), kami juga dibantu puskesmas pembantu (pustu), bahkan petugas hingga mendatangi warga dari rumah ke rumah, agar anaknya diperbolehkan untuk dilakukan imunisasi," jelas bidan Reski.

Dinas Kesehatan Papua bahkan menggelar pertemuan khusus dengan pimpinan agama, adat dan mitra strategis di Jayapura, untuk mendukung gerakan imunisasi di Tanah Papua.

Pastor Aventius Jenaru dari Keuskupan Jayapura mengaku akan menggerakkan setiap pastor atau petugas di gereja yang ada di 29 kabupaten/kota, untuk mengajak masyarakat setempat dalam gerakan imunisasi massal.

"Setiap anak di Papua harus mendapatkan kesehatan fisik dan rohani. Setiap anak mendapatkan haknya untuk hidup sehat. Kami akan melakukan imbauan kepada umat, untuk mengikuti imunisasi MRP,’" kata Pastor Aventius.Dokter di RSUD Asmat.  (Liputan6.com/Katharina Janur)Ketua NU Papua, Haji Toni Wanggai, mengaku sebagian besar wilayah Papua terletak pada wilayah yang terpencil dan akses yang terbatas. Ia yakin, jika tokoh masyarakat, agama dan adatnya bersatu untuk mengajak warganya imunisasi MRP, maka pelaksanaan imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan.

Ketua I Dewan Adat Papua, Weynand Watori, bahkan menyerukan kepada seluruh lapisan adat di Papua untuk berperan aktif menyosialisasikan imunisasi MRP untuk penyelamatan manusia Papua.

"’Setiap masyarakat adat di Papua memiliki kedekatan emosional dengan tokohnya. Kami akan aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mengikuti program imuniasi massal MRP," ucapnya.

Hingga pertengahan Juli 2018, Dinas Kesehatan Papua telah melakukan sosialisasi pada 25 kabupaten/kota di Papua. Tersisa empat kabupaten di Papua, yakni Kabupaten Yahukimo, Paniai, Puncak, dan Mamberamo Tengah.

"Kami mendapatkan anggaran dari Kementerian Kesehatan Rp 2 miliar - Rp 3 miliar untuk sosialisasi. Lalu, mendapatkan tambahan dana Otsus Rp 2,5 miliar untuk pendistribusian vaksin di 29 kabupaten/kota,” jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dokter Aaron Rumainum.

 

Gerakan Imunisasi Massal

Papua
Salah satu petugas sedang memeriksa kelengkapan pengiriman vaksin untuk 29 kabupaten/kota di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Dinas Kesehatan Papua mencanangkan 1 Agustus–31 September 2018 adalah imunisasi massal Measles Rubella dan Polio (MRP). Pada imunisasi ini akan menyisir 1 juta anak di 29 kabupaten/kota. Hingga tahun ini, cakupan imunisasi di Papua belum mencapai 100 persen. Gerakan imunisasi ini pun cakupannya melambat.

Pada 2012, cakupan imunisasi di Papua hanya mencapai 60,1 persen, lalu pada 2013 hanya mencapai 53 persen. Imunisasi di Papua pada 2014 justru menurun dari tahun sebelumnya, yakni 49,8 persen.

Kenaikan imunisasi, yakni pada 2015 mencapai 54,6 persen dan pada 2016 gerakan imunisasi mencapai 64,4 persen. Angka tertinggi terjadi pada 2017 dengan capaian 75 persen.

Dinas Kesehatan setempat berharap dengan gerakan massal imunisasi MRP, kekebalan imunisasi pada tiap kabupaten/kota di Papua bisa mencapai 95 persen. Pengiriman vaksin MRP ke Kabupaten Jayapura. (Liputan6.com/Katharina Janur)Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dokter Aaron Rumainum menyebutkan penyertaan imunisasi polio berdasarkan rekomendasi dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Imunization). Selain itu juga karena terjadi kejadian luar biasa (KLB) Polio di negara tetangga, Papua Nugini.

"Arus lalu lintas warga Papua Nugini ke Papua sangat tinggi, baik lewat darat atau lewat perairan laut. Ini yang harus dicegah untuk penularan polio, walau di Indonesia telah dinyatakan bebas polio," ucapnya.

Imunisasi MRP tahap kedua untuk di Papua, sepanjang Agustus 2018 akan menyasar anak sekolah. Mulai dari tingkat PAUD sampai ke anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun.

Lalu pada September 2018, akan dilakukan di semua fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas pembantu, posyandu, dan puskesmas.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua akan melaksanakan pemberian imunisasi ini pada 380 puskesmas dan seluruh posyandu, 2.547 SD/MI, 672 SMP/MTs, dan 13 Sekolah Luar Biasa, serta TK/PAUD.

Saat ini, 20 ribu vaksin tahap pertama sudah berada di tempat penyimpanan vaksin dan mulai didistribusikan ke kabupaten/kota. Kota dan Kabupaten Jayapura sudah mulai didistribusikan vaksinnya. Menyusul kota besar lainnya seperti Biak, Timika, dan Jayawijaya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya