Liputan6.com, Pekanbaru - Beragam cara dilakukan orang untuk memperingati hari kemerdekaan pada 17 Agustus. Salah satunya dengan mengunjungi monumen bersejarah untuk mengingat jasa para pahlawan. Namun sayang, di Riau, khususnya di Kota Pekanbaru, monumen perjuangan kemerdekaan sulit ditemukan.
Dulunya, ada dua monumen pengingat perjuangan kemerdekaan. Salah satunya monumen di Jalan Ahmad Yani ujung atau persimpangan Jalan Juanda. Yang kedua adalah tugu proklamasi di jalan yang sama. Kini, keduanya sudah tidak ada lagi.
Untuk monumen pertama, dulunya dibangun oleh Gubernur Riau HR Soebrantas pada awal tahun 1980-an. Monumen ini dibangun karena di situlah Merah Putih berdiri kokoh dikibarkan setelah kabar Indonesia merdeka sampai ke Riau.
Advertisement
Kini, monumen ini hanya bisa disaksikan melalui dokumentasi berupa foto serta video. Monumen itu telah tergusur alat berat. Sementara, di atasnya didirikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tunjuk Ajar. Sebuah ruang berkumpulnya warga untuk bermain sembari menunggu matahari terbenam.
Di atasnya juga didirikan tugu integritas yang katanya sebagai simbol perlawanan terhadap korupsi. Mirisnya, beberapa bulan diresmikan oleh pemerintah setempat dengan mengundang pimpinan KPK, pembangunan RTH ini diusut Kejaksaan Tinggi Riau. Dari kasus itu, 18 orang diseret penyidik untuk diadili di meja hijau.
Adanya pembangunan RTH ini sempat membuat geram sejarawan Riau, Suwardi. Apalagi, Pemerintah Provinsi Riau disebutnya tidak pernah berkonsultasi mengenai pembangunan RTH di atas lahan sebuah monumen bersejarah.
"Kami yang terhimpun dalam Masyarakat Sejarawan Indonesia di Riau tak pernah diajak konsultasi. Memberitahukan pun tidak," ujar Suwardi di rumahnya di Jalan Pattimura, Kota Pekanbaru, Rabu (15/8/2018).
Menurut pria kelahiran 23 Juli 1939 ini, monumen itu punya arti penting bagi Riau yang saat pendudukan Jepang sudah diakui sebagai provinsi di bawah komando Jenderal Makino Susabaru.
"Dulu namanya Riau Syu Tjo Kan atau sekarang disebut provinsi. Di sinilah bendera Indonesia dikibarkan oleh pemuda," kata Suwardi.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Sejarah Pengibaran Bendera
Suwardi bercerita, saat itu kabar kemerdekaan Indonesia pertama kali sampai ke Riau setelah pegawai di PTT (Pos, Telepon, dan Telegram) menerima telegram dari Bukittinggi, Sumatera Barat, beberapa hari setelah 17 Agustus 1945.
"Penerima telegram itu Sya'ari dan Azwar Apin, lalu diteruskan ke R Slamat di PTT," ungkap Suwardi.
Kabar ini lalu diterima pemuda lainnya di Pekanbaru yang waktu itu masih dikenal dengan Senapelan. Beberapa pemuda, termasuk yang di PTT, lalu membuat pamflet atau selebaran yang disebarkan ke penjuru kota.
Para pemuda ini sewaktu menyebarkan pamflet memakai seragam merah putih. Hanya saja pengibaran belum dilakukan karena saat itu pejuang di Pekanbaru harus berjuang melawan Sekutu yang ingin menggagalkan kemerdekaan.
Beberapa kali bendera Indonesia memang sempat berkibar, tapi diturunkan lagi oleh sekutu ataupun Jepang yang saat itu di bawah kepemimpinan Belanda. Perjuangan akhirnya berpihak pada kemenangan sejumlah pemuda karena saat itu sekutu memfokuskan mengambil alih Jakarta dan Jawa.
"Akhirnya pada 15 September 1945, bendera Merah Putih berkibar tanpa diturunkan penjajah lagi. Tempatnya di RTH itu, monumen yang sudah tidak ada lagi," ucap Suwardi.
Menurut Suwardi, sebelum RTH berdiri dengan tugu antikorupsinya, Gubernur Riau Annas Maamun sempat ingin menjaga dan mempercantik monumen pengibaran bendera di Riau itu. Sayangnya, Annas keburu ditangkap KPK sebelum merealisasikan janjinya.
Bergantinya Annas oleh penerusnya Arsyadjuliandi Rachman membuat monumen itu tak diperhatikan lagi. Sama seperti gubernur-gubernur sebelumnya karena lokasi monumen tak pernah dirawat.
"Mudah-mudahan pemimpin Riau berikutnya lebih memperhatikan tempat-tempat bersejarah karena ini penting untuk generasi berikutnya," harap Suwardi.
Advertisement