Liputan6.com, Banyumas - Sebagaimana umat muslim lainnya, Rabu, 22 Agustus 2018 ini, masyarakat di Pekuncen Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah sedang berbahagia menyambut hari raya Idul Adha 1439 Hijriyah.
Pun dengan kelompok kejawen, Komunitas Banokeling, yang berada di Desa Pekuncen. Mereka pun turut merayakan dan membantu penyembelihan hewan kurban, serta membagikannya ke masyarakat.
Namun sebagai kelompok masyarakat adat Kejawen, mereka memiliki ritual Idul Adha sendiri. Ritual Idul Adha oleh komunitas Banokeling disebut sebagai Perlon atau Bada Besar atau lebaran Besar, menunjukkan perbedaan dengan lebaran Idul Fitri yang tiba di bulan Syawal.
Advertisement
Baca Juga
Besar adalah sebutan penanggalan Jawa untuk bulan Haji atau Aji. Hampir sama dengan perayaan Idul Adha umat muslim lainnya, komunitas Kejawen ini pun memotong hewan kurban, yang disebut sebagai Perlon.
Juru Bicara Tetua Komunitas Banokeling, Sumitro menerangkan, dalam tradisi Banokeling, anggota komunitas Banokeling, yang biasa disebut Anak Putu Banokeling, baru akan menggelar tradisi Perlon pada Kamis pasaran Pahing. Kamis Pahing tiba pada Kamis pekan depan, 30 Agustus 2018.
Dalam penanggalan yang dipakai komunitas Kejawen, tahun ini adalah tahun Dal. Maka Idul Adha atau Perlon tiba pada hari Kamis Pahing. Adapun tanggalnya mengikuti hari yang menjadi dasar perhitungan, tanggal 17 bulan Besar.
"Banokeling sendiri kegiatan tradisinya kan Kamis depan. Di sini kan pakainya bukan tanggal, melainkan hari terus," Sumitro menerangkan kepada Liputan6.com.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Saksikan video menarik berikut ini:
Sekilas Kalender Aboge
Dia menjelaskan, Komunitas Banokeling memiliki kalender Alif Rebo Wage atau (Aboge). Perhitungan kalender Aboge tak mempertimbangkan tanggal, melainkan hari.
Tujuh hari dalam sepekan penanggalan Aboge sama dengan kalender-kalender lain, Masehi maupun Hijriyah. Jumlah bulannya pun sama, 12. Namun, Aboge memiliki hari pasaran yang berjumlah lima.
Hari pasaran tersebut yakni, Pon, Pahing, Kliwon, Legi atau Manis, dan Wage. Aboge juga menerapkan kalender sewindu, yakni kalender delapan tahunan.
"Makanya, kalau pas puasa, lebaran, pakainya juga hari, tanggal tinggal mengikuti saja," dia menerangkan.
Meski baru merayakan Perlon pada Kamis depan, pada Rabu, 22 Agustus 2018, anak putu Banokeling juga bergabung dengan masyarakat Islam lain yang merayakan Idul Adha. Mereka juga turut membagikan daging hewan kurban yang dipotong hari ini.
Adapun pekan depan, komunitas Banokeling bakal menggelar ritual yang diikuti secara terbatas oleh anak putu atau keturunan Panembahan Banokeling.
"Ritual adatnya, Kamis pahing. Berarti pekan depan," dia menambahkan.
Advertisement
Puluhan Kambing dan Sapi untuk Perlon
Sebelum menggelar ritual Perlon Kamis Pahing pekan depan, Kamis pekan ini (23/8/2018), atau Kamis Kliwon, komunitasnya akan menggelar ritual Rikat. Ritual rikat adalah tradisi bekten atau ziarah di Panembahan Banokeling.
Selanjutnya, pada hari Perlon pekan depan, komunitas Banokeling akan menjalankan ritual yang sama. Bedanya, tempatnya di makam Kiai Gunung.
Sama seperti umat muslim lainnya, mereka juga akan memotong hewan perlon atau kurban. Tahun ini, sudah ada sejumlah anak putu yang mendaftarkan kambing untuk Perlon. Biasanya mendekati hari H, jumlah pendaftar akan semakin bertambah.
Pada Perlon tahun lalu, sebanyak 23 ekor kambing dipotong untuk dibagikan kepada masyarakat. Pada tahun sebelumnya atau pada 2016, jumlah kambing Perlon 26 ekor ditambah dua ekor sapi.
Dalam kalender Alif Rebo Wage (Aboge), pada 2018 ini adalah tahun Dal. Rumus perhitungan tahun Dal adalah Daltugi.
Karenanya, tahun baru 1 Sura tiba pada Sabtu pasaran Manis. Dari perhitungan Sabtu pasaran Manis itu lah perhitungan untuk bulan-bulan lainnya didasarkan.