Perkenalkan Taman Gandrung Terakota, Ikon Wisata Baru Banyuwangi

Banyuwangi baru saja menambahkan satu lagi ikon wisata yang bakal hits di kalangan traveler muda.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 24 Sep 2018, 01:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2018, 01:00 WIB
Taman Gandrung Terakota
Foto: Pemkab Banyuwangi

Liputan6.com, Jakarta Banyuwangi baru saja menambahkan satu lagi ikon wisata yang bakal hits di kalangan traveler muda. Sabtu, 22 September 2018, Pemkab Banyuwangi baru saja meresmikan Taman Gandrung Terakota (TGT). Taman yang berisi ratusan patung penari gandrung ini menjadi spesial lantaran dibangun di lahan persawahan terasering di kaki Gunung Ijen, tepatnya kawasan Jiwa Jawa Ijen Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

Sigit Pramono, penggagas Taman Gandrung Terakota menurut informasi resmi yang diterima Liputan6.com, Minggu (23/9/2018) mengatakan, ini adalah situs untuk merawat sekaligus meruwat Tari Gandrung sebagai salah satu identitas budaya Banyuwangi.

Lebih jauh Sigit mengatakan, upaya merawat dan meruwat budaya tersebut sengaja dilakukan dengan pendekatan kawasan, di mana situs budaya ini terhampar di puluhan hektar lahan persawahan yang dibiarkan tetap alami.

“Pada intinya, kesenian Gandrung memang berasal dari tradisi rakyat, yang awalnya adalah wujud syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Karena itu, situs rawat-ruwat Tari Gandrung ini pun kita hamparkan berdampingan dengan aktivitas rakyat, yaitu petani yang tetap membajak sawah dengan kerbau, menanam dan memanen padi,” ujar Sigit.

 

Keunikan Taman Gandrung Terakota

Berada di taman tersebut, pengunjung bisa menikmati keindahan Gunung Ijen yang memiliki tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl) di sisi barat. Di Ijen itulah terdapat kawah yang memancarkan api biru (blue flame) yang mendunia. Menengok ke timur, akan terlihat birunya Selat Bali. Sigit mengatakan, pihaknya sengaja memilih bahan tanah liat yang lebih rentan. Namun, dari kerentanan itulah, ada nilai tersendiri yang akan diusung dalam galeri raksasa terbuka ini.

 “Justru itulah makna dan nilai yang kita tawarkan, kesenian dan ketidakabadian. Karena, yang abadi adalah proses, makna dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya,” ungkap Sigit.

Taman Gandrung Terakota terinspirasi dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataannya melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr Suwarno Wisetrotomo.Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung. Memasuki kawasan ini, pengunjung dipertontonkan bukit hijau dan hamparan sawah, para petani membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat. Di tengah hamparan tersebut ditemukan amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jazz.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sangat antusias dengan tumbuhnya destinasi baru di Banyuwangi itu.

 "Kami sangat bangga dengan antusiasme berbagai pihak untuk terus mengembangkan Banyuwangi. Ini dibangun tanpa APBD, melainkan oleh swasta yang punya kepedulian terhadap seni-budaya Banyuwangi," kata Anas.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya