Liputan6.com, Banyumas - Gempa bumi dan Tsunami yang mengoyak Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah barangkali akan menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa Indonesia bereda di jalur cincin api. Gunung api dan patahan adalah bumi yang dipijak saat ini.
Gempa disusul Smong, dalam istilah Aceh itu, menerjang tak berapa lama usai masyarakat terhenyak oleh gempa yang memporakporandakan Lombok. Gempa Lombok, juga terjadi tak lama usai gempa menggoncang Banjarnegara, Jawa Tengah.
Gempa-gempa berdampak besar itu secara berturut-turut terjadi dari pulau ke pulau. Ini menandakan bahwa seluruh pelosok nusantara, tak lepas dari risiko bencana gempa bumi. Ini termasuk di Banyumas, Jawa Tengah.
Advertisement
Gempa bumi dan Tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah juga memicu keprihatinan banyak pihak. Salah satunya, siswa sekolah.
Baca Juga
Di Banyumas, Jumat (5/10/2018) ini, secara bersamaan SD Negeri Kracak dan SMP Negeri 5 Purwokerto menggalang dana dan aksi keprihatinan di hari yang sama.
Kepala SD Negeri Kracak Kecamatan Ajibarang, Wanto Tirta mengatakan, penggalangan dana yang dilakukan siswanya didahului dengan upacara di halaman sekolah untuk mengheningkan cipta.
Lantas, guru mengingatkan siswa menganai empati. Mereka dianjurkan untuk berbuat sesuai dengan kemampuannya untuk membantu penderitaan saudara-saudara sebangsa yang tengah tertimpa musibah.
Terselip pula nasehat agar siswa selalu waspada akan risiko gempa bumi yang mungkin terjadi di Banyumas, seperti pernah mengguncang sekitar setahun lampau.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Melatih Empati Sekaligus Kewaspadaan Gempa Bumi
Lantas acara dilanjutkan dengan doa bersama dan pembacaan puisi mengenai bencana dan keprihatinan untuk bencana Palu-Donggala serta bencana lainnya. Selanjutnya, siswa menyisihkan uang sakunya untuk dikumpulkan dan bakal dikirimkan ke Palu-Donggala lewat PMI Banyumas.
"Ini adalah untuk aksi keprihatinan sekaligus untuk mencari dana untuk korban bencana dan juga tsunami di Sulawesi," katanya.
Aksi keprihatinan ini dilakukan untuk melatih siswa agar peka dan memiliki empati yang tinggi saat terjadi musibah. Menurut dia, sejak dini anak-anak perlu dilatih agar peka terhadap penderitaan saudaranya.
Siswa SD Negeri Kracak selama ini memang selalu menggelar penggalangan dana. Contoh terakhir adalah Gempa Lombok. Sebelumnya, siswa SD Negeri Kracak juga menggalang dana untuk tragedi kemanusiaan Rohingya.
"Istilahnya sangunya dikurangi sedikit untuk acara itu. Dan juga dari dewan guru," dia menjelaskan.
Di hari yang sama, penggalangan dana juga dilakukan di SMP Negeri 5 Purwokerto. Guru SMP N Purwokerto, Cipto Pratomo mengatakan penggalangan dana ini dilakukan bersamaan dengan pemilihan Ketua OSIS di sekolah tersebut.
"Kegiatan ini yang digagas oleh OSIS dan pengajar sekolah ini bertujuan untuk mengasah empati dan kepedulian siswa," kata Cipto.
Dari koin demi koin yang dikumpulkan siswi, guru, dan karyawan, terkumpul sebanyak Rp 6.490.000. Dana ini lantas diserahkan Kepala SMP Negeri 5, Sugeng Kahana kepada Ketua PMI Banyumas Dibyo Yuwono untuk disalurkan kepada korban bencana di Sulawesi Tengah.
Seorang siswa kelas 9 A, Rionaldo Radzinski senang lantaran bisa ikut menyumbang dengan cara menyisihkan uang saku. Dia pun berharap, dari uang yang tak seberapa ini mampu meringankan penderitaan korban gempa dan tsunami.
Di Banyumas, penggalangan dana untuk korban gempa dan Tsunami Palu dan Donggala juga digelar oleh berbagai elemen masyarakat, baik mahasiswa, Ormas, maupun kelompok masyarakat lainnya.
Mereka menggalang dana dengan berbagai cara, mulai dari pentas musik hingga mengedarkan selebaran dan kotak amal di lampu merah. Ada pula yang menyalurkannya lewat lembaga kemanusiaan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement