Saat Jokowi Teringat Curhat Presiden Afghanistan

Saya pernah bertemu dengan Presiden Afganistan Ashraf Gani dan beliau tampak sedih. Ia katakan dahulunya Afghanistan sama dengan Indonesia yakni negara yang besar dan damai.

oleh Eka Hakim diperbarui 22 Des 2018, 15:03 WIB
Diterbitkan 22 Des 2018, 15:03 WIB
Presiden Jokowi hadiri kegiatan jambore desa yang berlangsung di Makassar (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Presiden Jokowi hadiri kegiatan jambore desa yang berlangsung di Makassar (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga keutuhan bangsa dan tidak terpecah belah karena perbedaan dalam kepentingan politik.

"Kita harus sadar, Indonesia ini negara besar dan terdiri dari keragaman suku, agama, dan budaya. Itu merupakan sebuah karunia yang diberikan Allah kepada Indonesia. Sehingga mari kita jaga kerukunan ini," kata Jokowi sapaan akrab Joko Widodo di Wisma Negara Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar, Sabtu (22/12/2018).

Di lokasi Jokowi membuka kegiatan jambore desa evaluasi kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa tahun 2018 yang dihadiri seluruh Kepala Desa dan pendamping desa serta Forkopimda Sulsel.

Ia menceritakan, keadaan Indonesia yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain di antaranya negara Afganistan yang hingga 40 tahun masih berada dalam kondisi miris. Dan itu disebabkan konflik kepentingan politik yang terus berkepanjangan.

"Saya pernah bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Gani dan beliau tampak sedih. Ia katakan dahulunya Afghanistan sama dengan Indonesia yakni negara yang besar dan damai. Tapi semuanya hancur karena konflik kepentingan politik yang berkepanjangan," terang Jokowi.

Ia berharap kondisi yang terjadi di Afghanistan, dapat menjadi contoh untuk jadi bahan memotivasi dan mengunggah kesadaran masyarakat Indonesia untuk sadar dan terus menjaga kerukunan umat yang telah terbangun dengan baik dalam negara Indonesia.

"Jadi saya tak henti-henti mengingatkan agar kita selalu menjaga keutuhan dan kerukunan yang telah ada. Kita ini ada 267 juta jiwa, 763 suku, beragam agama dan budaya dan semuanya hidup rukun, dan damai. Jangan kita hancurkan karena adanya perbedaan politik yang sifatnya hanya 5 tahun sekali," ungkap Jokowi.

Perbedaan politik itu, kata Jokowi, merupakan hal yang biasa dan hanya muncul di saat momen pemilihan Bupati, Wali Kota, Gubernur dan pemilihan Presiden.

"Setelah momen tersebut sudah lewat, maka mari kembali bersama dan tak lagi berbicara tentang perbedaan pandangan politik. Mari kembali bersatu untuk membangun bangsa Indonesia yang jauh lebih kedepannya," Jokowi menandaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya