Jalan Terjal Penataan Situ Bagendit Menuju Destinasi Wisata Dunia

Meskipun memiliki alam yang elok dan indah, namun minimnya anggaran optimalisasi perbaikan, menyebabkan potensi wisata situ Bagendit, Garut, Jawa Barat belum bisa dioptimalkan hingga kini.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 22 Feb 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2019, 18:00 WIB
Keindahan dan kemolekan situ Bagendit, Garut, Jawa Barat yang pernah disinggahi Charlie Chaplin dan PM Thailand
Keindahan dan kemolekan situ Bagendit, Garut, Jawa Barat yang pernah disinggahi Charlie Chaplin dan PM Thailand (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Rencana penataan kawasan situ Bagendit, Garut, Jawa Barat menjadi tujuan baru destinasi wisata alam di Jawa Barat menemui jalan terjal. Suntikan anggaran Rp 30 miliar yang diberikan Pemprov Jawa Barat tahun ini dinilai belum memadai.

Bupat Rudy Gunawan mengatakan usai kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang didampingi Gubernur Jawa Barat pertengahan bulan lalu, pemerintah pusat mengintruksikan agar situ Bagendit ditata menjadi kawasan wisata unggulan nasional.

Keelokan alam serta sejarah panjang yang mengiringi situ menjadi salah satu daya tarik kawasan wisata untuk dikembangkan. Namun minimnya anggaran yang digelontorkan menyebabkan rencana itu tersendat.

“Dana sebesar itu ternyata tidak termasuk dengan anggaran normalisasi airnya," kata Rudy Gunawan Focus Grup Discusion (FGD) Penataan Situ Bagendit, kemarin.

Menurutnya, anggaran sebesar itu hanya terfokus pada perbaikan infrastruktur, sementara mengenai penataan situ seluas 100 hektar tersebut, seperti pengerukan dan normalisasi penyediaan air mengairi situ tidak diperhatikan. “Kalau musim kemarau situ bisa berubah menjadi lapangan sepakbola,” kata dia.

Saat ini sumber utama mata air Situ Bagendit berasal dari Sungai Cikabuyutan dan Ciojar, dengan debit air yang fluktuatif. Sementara keberadaan bendungan Copong yang menelan biaya hingga Rp 1 triliun lebih, belum sepenuhnya optimal akibat belum tersedianya fasilitas penyambung. “Seharusnya masalah ketersediaan air harus yang paling utama,” ujarnya.

Dengan kondisi itu, Rudy berharap agar rencana penataan dilakukan secara menyeluruh, sehingga menghasilkan fasilitas kawasan wisata yang memadai. “Pembangunan infrastruktur memang perlu, namun normalisasi air, seperti pengerukan jauh lebih penting,” kata dia.

Ia pun nampak bingung, sebab rencana optimalisasi situ Bagendirt, sebab seluruh pengerjaan bakal dilakukan Pemprov Jabar, termasuk ihwal detail engineering design (DED) rencana pembangunan situ.

Yudi, salah satu pengunjung asal Tarogong, Garut menyambut baik rencana optimalisasi situ Bagendit, namun ia meminta agar ketesediaan air menjadi poin pertama yang harus diperhatikan pemerintah. “Kalau hujan memang bagus, tetapi jika musim kemarau bagian sisi situ bisa menjadi lapangan sepak bola,” kata dia.

Untuk itu, selain pembangunan infrastruktur seperti area bermain, taman hiburan dan fasilitas lainnya, ketersediaan air sepenjang tahun yang memadai, bisa menjadi kesuksesan optimalisasi. “Sayang kalau fasilitas bagus, tapi airnya berkurang,” ujar dia menambahkan.

 

 

 

Perbaikan Secara Menyeluruh

Sejumlah fasilitas permainan di kawasan situ Bagendit, Garut, Jawa Barat
Sejumlah fasilitas permainan di kawasan situ Bagendit, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Supriyanto menambahkan, penataan situ Bagendit harus dilakukan secara holistik atau menyeluruh dari hulu hingga hilir.

Menurutnya, rencana optimalisasi situ Bagendit yang disampaikan pemerintah memang berasalasan. Dalam catatan sejarah, situ Bagendit pernah didatangi beberapa tokoh dunia seperti pesohor Charlie Chaplin, PM Thailand. “Kan unikness tuh, kalau soal eceng gondoknya nanti dihilangkan,” kata dia.

Selain itu, Garut ujar dia, memiliki prasyarat untuk diubah menjadi destinasi wisata dunia, mulai panorama alam Garut yang terkenal sejuk, potensi wisata alam yang melimpah seperti air panas dan lainnya. “Dan ingat, ada gak yang Brandid yang membuat orang tertarik ke Garut,” ujar dia bertanya mengenai potensi lainnya yang harus diperhatikan.

Untuk itu, dibutuhan upaya terobosan sehingga potensi wisata Garut lebih optimal. Bambang kemudian mencontohkan wisata alam pegunungan yang bisa dikolaburasikan dengan potensi kopi Garut saat ini yang cukup melimpah.

“Pengunjung bisa diajak bagaimana pengalaman dia memetik kopi, merosting kopi itu kan sudah atraksi,“ ujarnya.

Ada empat syarat utama yang harus ditempuh Pemda Garut agar potensi wisatanya bisa menjadi destinasi wisata dunia. Pertama, tampikan atraksi hiburan yang menarik dan berkelanjutan. “Kan bisa ditampikan yang menarik di Garut yang menjadi ciri khas,” ujarnya.

Kedua, akses dan konektifitas yang memudahkan pengunjung bisa berlama-lama berwisata di Garut. “Misalnya panorama Gunung Papandayan, di sini apa lagi keunggulannya,” kata dia.

Ketiga kemudahan akomodasi pengunjung, mulai ketersediaan tempat penginapan, transportasi hingga persoalan keamanan. Keempat, keterlibatan masyarakat sekitar untuk mendukung dan saling memajukan lokasi kawasan wisata.

“Masyarakat jangan membuang sampah sembarangan, harus saling menjaga,” kata dia. 

Hal yang sama disampaikan Ato Hermanto, salah satu pelaku wisata di Garut mengapresiasi rencana optimalisasi situ Bagendir tersebut. “Situ Bagendit kan sudah legenda, barangnya sudah ada tinggal bagaimana menjualnya (promosi),” ujar dia.

Menurutnya, optimalisasi situ Bagendit dapat memberikan dampak signifikan bagi wisata Garut, sehingga banyak potensi lokal yang bisa dijual ke pengunjung. “Ada dodol, beras, kopi, domba, kulit, banyak tinggal ada sinergi semua pihak,” ujar pemilik Dodol Picnik tersebut.

Sejumlah Proyek Terancam Mangkrak

Nampak dua pengunjung lokal Garut menikmari panorama situ Bagendit di atas rakit bambu
Nampak dua pengunjung lokal Garut menikmari panorama situ Bagendit di atas rakit bambu (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Rudy menambahkan, selain minimnya anggaran optimalisasi situ Bagendit, faktor lain yang akan menghambat rencana optimalisasi situ Bagendit yakni minimnya pengalokasian untuk pembangunan sejumlah infrastruktur di Garut.

Ia mencontohkan pembangunan jalan lingkar Kadungora yang dimulai dari Kecamatan Kadungora hingga Tarogong Kaler sepanjang 39 kilometer yang terancam mangkrak akibat tidak adanya anggaran. “Masuk ke garut sabtu minggu macet, makanya kami bangun itu, kini gak tahu bagaimana kelanjutannya,” ujar dia.

Rudy menyatakan saat ini salah satu akses jalan utama masuk ke Garut terdekat via jalur Kadungora-Tarogong, namun kondisi jalan yang sempit, menyebabkan kemacetan terutama akhir pekan tidak terelakan.

"Makanya kami bangun jalur lingkar Kadungora, agar masyarakat nyaman saat ke Garut tidak lagi diributkan macet," ungkapnya.

Ia mengakui bantuan keuangan yang diberikan provinsi Jawa Barat dalam tiga tahun terakhir menunjukan peningkatan signfikan hingga Rp 1,9 triliun, namun dari jumlah itu peruntukan untuk pembangunan infrastruktur utama seperti jalan raya, jembatan hanya Rp 60 miliar.

“Kebanyakannya kan yang kecil Rp 200 jutaan, bagaimana jabar juara lahir batin,” kata dia.

Tahun ini lembaganya mengajukan Rp 1,3 triliun kepada pemprov Jabar, perinciannya Rp 700 miliar pembangunan teknokratik atau infrastruktur, dan Rp 600 miliar non teknokratik, namun dalam kenyataannya sekitar 80 persen ajuan diakomodir, diarahkan ke pembangunan non teknokratik.

“Nanti bagaimana orang mau ke Garut jadi malas, jalan kecil dan macet,” ungkapnya. 

Dengan kondisi itu, Rudy berharap pemrov Jabar lebih bijak dengan memberikan anggaran lebih besar untuk pembangunan infrastruktur utama seperti jalan dan jembatan.

“Target kami ada sekitar 70 jembatan yang akan dibangun, beberapa jalan baru yang tengah dibangun,” papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya