Emak-Emak Geruduk Kantor KPU karena Tidak Bisa Mencoblos

Pemungutan suara sudah selesai dilaksanakan, hanya saja masih ada berbagai kekurangan, mulai dari warga tidak bisa mencoblos, kekurangan surat suara hingga pendistribusian logistik ke TPS.

oleh M SyukurAjang NurdinReza EfendiRino Abonita diperbarui 18 Apr 2019, 02:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2019, 02:30 WIB
Warga mendatangi KPU Pekanbaru karena tidak bisa mencoblos dengan alasan kekurangan surat suara.
Warga mendatangi KPU Pekanbaru karena tidak bisa mencoblos dengan alasan kekurangan surat suara. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Pencoblosan di ribuan Tempat Pemungutan Suara (TPS) Kota Pekanbaru, Riau, sudah usai meskipun masih menyisakan berbagai masalah. Hal ini terlihat ketika ratusan warga yang didominasi emak-emak menggeruduk kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat di Jalan Arifin Achmad, Rabu petang (17/4/2019).

Namun, warga tidak mendapatkan hasil apa-apa karena tidak satupun komisioner berada di sana. Warga hanya bisa protes dan berharap kejadian serupa tak terjadi lagi pada pemilihan umum berikutnya.

Magdalena, warga Sidomulyo, mendatangi KPU karena tidak bisa mencoblos meski sudah antri di TPS sejak pukul 08.00 WIB. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengaku sudah kehabisan surat suara.

"Tidak makan saya untuk bisa mencoblos, sampai siang juga gak bisa, disuruh ke KPU tapi gak ada hasil," kata perempuan berusia 63 tahun ini di kantor KPU.

Menurutnya, anggaran surat suara itu menelan biaya triliunan rupiah. Diapun mempertanyakan kenapa surat suara bisa kurang pada hari pencoblosan.

"Kami tidak cari uang, yang kami butuhkan itu bisa menyalurkan hak suara untuk lima tahun mendatang," ucap Magdalena.

Warga lainnya, Arya Pratama, mendatangi KPU karena surat keterangan dari RT di perumahannya tidak dianggap KPPS. Petugas menyebut surat suara cadangan tidak cukup dan diutamakan bagi masyarakat yang punya undangan mencoblos.

"Saya tidak masuk DPT, padahal saya sudah hampir tujuh tahun tinggal di Kelurahan Simpang Tiga, surat keterangan tidak berlaku," katanya.

Arya mengaku datang ke TPS 24 pukul 10.00 WIB sesuai jadwal bagi warga yang tidak masuk DPT. Hingga siang, petugas memintanya datang ke TPS sebelah dengan harapan masih ada surat suara di sana.

"Saya datang ke TPS lain, jawabannya sama, pas datang ke KPU, hanya polisi yang ada di sini," ucap Arya.

Logistik Terlambat Tiga Jam

Sejumlah warga melihat contoh surat suara sebelum memantapkan pilihannya.
Sejumlah warga melihat contoh surat suara sebelum memantapkan pilihannya. (Liputan6.com/M Syukur)

Berlatar Alam

Tempat pemungutan suara berlatar belakang alam di Bireun, Aceh.
Tempat pemungutan suara berlatar belakang alam di Bireun, Aceh. (Liputan6.com/Rino Abonita)

Di samping itu, Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Krueng Meuseugop, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Aceh, punya cara tersendiri agar pemilih tertarik dengan mendirikan TPS unik berkonsep alam.

Misalnya di TPS 01 dan 02 Desa Krueng Meusugop ini yang dibuat dengan bahan dari daun kelapa, jerami, buah ara, dan berbagai dedaunan lain. Bentuknya serasi dengan lingkungan desa tersebut yang berada di dekat pegunungan dan dialiri sungai.

"Ide ini dapat dari salah satu anggota PPS, Tengku Abdul Aziz. Menurut beliau, menggunakan bahan dari hasil alam biar tampil beda dengan yang lain. Indah dipandang karena desa ini berdekatan dengan pergunungan," Ketua PPK Simpang Mamplam, Rona Riani kepada Liputan6.com, Rabu siang (17/4/2019).

Di desa ini hanya terdapat dua TPS yang berjarak sekitar delapan meter antara satu sama lain. Jumlah pemilih di desa ini seluruhnya 345 orang.

"Keliatan sejuk waktu dilihat, karena dibuat dari dedaunan semua, dan letak TPS-nya pun sangat strategis, dekat sungai," imbuh Rona.

Pemungutan suara di desa tersebut masih berlangsung menjelang tengah hari dan berlangsung aman tanpa hambatan atau kendala.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya