Hore, Bonita dan Atan Bintang Akhirnya Kembali ke Alam Liar

Setelah berbulan-bulan hidup di kandang rehabilitasi, akhirnya dua Harimau Sumatra bernama Bonita dan Atan Bintang bebas menghirup udara bebas di alam liar

oleh M Syukur diperbarui 29 Jul 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2019, 16:00 WIB
Harimau Bonita ketika masih bebas berkeliaran di Dusun Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Harimau Bonita ketika masih bebas berkeliaran di Dusun Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Setelah berbulan-bulan hidup di kandang rehabilitasi, akhirnya dua Harimau Sumatra bernama Bonita dan Atan Bintang bebas menghirup udara bebas di alam liar. Pelepasliaran tidak dilakukan di habitat asalnya, melainkan lokasi lain yang jauh dari hiruk-pikuk manusia.

Bonita dan Atan Bintang berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Keduanya punya cerita masing-masing dan berkonflik dengan manusia hingga akhirnya ditangkap lalu dirawat di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya, Sumatra Barat.

Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, lokasi pelepasliaran Bonita dan Atan Bintang mempunyai kemiripan dengan habitat sebelumnya. Hutan bergambut dan berawa menjadi pilihan.

"Namun lokasinya tidak diinformasikan atau disebarluaskan untuk keselamatan harimau sendiri dan menghindari permasalahan dikemudian hari," kata Suharyono, Senin pagi (29/7/2019).

Sebelum dilepas ke alam, Bonita dan Atan Bintang dipasang GPS Collar untuk memudahkan petugas memantaunya selama di alam liar. Masa uji coba GPS berlangsung dua hari untuk melihat kekuatan sinyalnya.

Selama itu pula, tim teknis juga melihat perkembangan dua harimau menyesuaikan diri di alam yang dikenal dengan istilah habituasi.

Suharyono menjelaskan, pelepasliaran Atan Bintang dan Bonita di dua lokasi berbeda sudah disiapkan dua pekan sebelumnya. Hal itu melihat perkembangan kedua Harimau Sumatra yang sudah liar kembali selama berada di kandang.

"Pelepasliaran juga melihat kesiapan secara medis. Setelah itu, BBKSDA mengirim surat ke Dirjen terkait kesiapan pelepasliaran ini," kata Suharyono.

Sekilas Tentang Bonita

Harimau Bonita ketika masih bebas berkeliaran di Dusun Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Harimau Bonita ketika masih bebas berkeliaran di Dusun Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Bonita dilaporkan mulai mendekati pemukiman dan bermain di kebun sawit warga pada akhir tahun 2017 di Dusun Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Dia bahkan terlihat mengejar ternak warga dan hampir saja menerkam seorang bocah yang bermain di halaman rumah.

Tim BBKSDA Riau berencana turun pada akhir Desember itu karena kemunculan Bonita kian intens. Ditambah lagi dengan kehadiran harimau lainnya yang diberi nama Boni.

Boni cendrung menghindari manusia, sementara Bonita sangat berani karena mendekati apa yang muncul di depannya. Teror kian meruncing ketika Bonita memergoki beberapa pekerja sawit PT Tabungan Haji Indo Plantation.

Saat itu, seorang pekerja Jumiati sudah jadi target kunci Bonita. Pasalnya, Bonita memanjat sawit untuk memburu Jumiati meski karyawan lainnya sempat tertatuh ke tanah. Jumiati ditarik lalu diterkam, tapi hanya bagian kakinya saja dimakan.

Perburuan Bonita melibatkan TNI, Polri, pihak kecamatan dan masyarakat. Sejumlah perangkap berumpan daging dan ayam dipasang tapi tak mampu menarik perhatian Bonita.

Beberapa petugas juga sempat diisolasi Bonita di hutan. Petugas gabungan dikitari selama beberapa jam hingga akhirnya Bonita menghilang di semak. Hal serupa juga dilakukan Bonita terhadap puluhan pekerja sawit.

Korban akhirnya bertambah pada Maret 2018. Pekerja bangunan bernama Yusri diterkam menjelang malam setelah dipisahkan Bonita dari dua rekannya. Karena ini pula, petugas memutuskan melakukan langkah terakhir, yaitu tembak bius atau tembak mati.

Tahu jadi sasaran bius, Bonita sempat menghilang. Pencariannya juga melibatkan seorang bule dari Kanada karena dipercaya bisa memahami bahasa satwa dan memanggilnya.

Bonita beberapa kali terpancing tapi kabur lagi ketika petugas membidiknya. Pencarian membuahkan hasil ketika bule tadi pulang dari lokasi. Bonita ditembak bius setelah berhasil diisolasi petugas.

Setelah dirawat di PRHSD, akhirnya diketahui Bonita baru saja melahirkan tapi petugas di lapangan tak menemukan anak harimau. Bisa jadi, Bonita mengamuk karena anaknya dicuri ketika Bonita keluar dari sarangnya.

Atan Bintang

Atan Bintang ketika berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya.
Atan Bintang ketika berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Hampir setengah tahun paska kejadian Bonita, masyarakat di Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir, dihebohkan harimau mendekati pemukiman. Petugas BBKSDA Riau ke lokasi untuk memantau keberadaannya.

Harimau jantan ini sempat juga menerkam beberapa sapi milik warga meski gagal dimangsanya. Petugas juga memasang perangkap di hutan tapi umpan ayam tak menggugah selera harimau.

Hilang beberapa saat, akhirnya pada 14 November 2019, masyarakat di pasar tradisional di kecamatan itu dibuat geger setelah seekor harimau mengejar kambing ke kerumunan. Karena masih liar, harimau ini lalu melarikan diri ke bawah rumah toko.

Menjelang malam, diapun terjebak di kolong ruko itu. Masyarakat dan polisi serta BBKSDA Riau memasang jaring di bawah ruko agar harimau ini bisa ditangkap oleh petugas dari Pekanbaru.

Datang dengan senjata bius, petugas berhasil menembak harimau berbobot 90 kilogram itu. Hanya saja, petugas kesulitan mengambilnya hingga akhirnya diputuskan membobol lantai ruko.

Ketika lubang terbuat, harimau ini sadar. Petugas memutuskan tidak turun dan memberikan makan serta minum agar harimau ini bertahan. Strategi diatur keesokan harinya, di mana harimau itu berhasil dibius lagi pada malam harinya.

Malam itu, langit terlihat terang dengan kerlap-kerlip bintang di langit. Oleh karena itu, petugas memutuskan memberi nama harimau tersebut dengan Atan Bintang.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono kala itu, Atan merupakan sebutan untuk anak laki-laki dalam bahasa Melayu. Sementara Bintang sebagai gambaran situasi malam saat evakuasi harimau berlangsung.

Berada di PRHSD, Atan Bintang punya kesukaan berbeda dengan Bonita. Dia lebih gemar meminum air berbentuk teh karena asalnya dari rawa bergambut. Kondisinya hingga kini dilaporkan masih sehat dan baik.

Kalau sudah memungkinkan, Suharyono menyebut Atan Bintang akan dilepasliarkan. Riau masih menjadi pilihan dan daerah rawa bergambut menjadi tempat pelepasliarannya nanti.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya