Liputan6.com, Jayapura - Sejak pagi, warga di Koya Timur, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura yang mendiami daerah perbatasan Papua dan Papua Nugini, sudah memenuhi kantor distrik setempat.
Pagi itu tak seperti biasanya, anak-anak dan orang dewasa kompak mengenakan pakaian tradisonal dari daerahnya masing-masing. Riasan wajah, serta pernak-pernik lainnya sengaja digunakan untuk melengkapi pakaian tradisional yang digunakan.
Advertisement
Baca Juga
Bendera merah putih, mulai dari ukuran kecil hingga besar menambah warna-warni di tapal batas dua negara itu.
Warga bersemangat, karena konvoi merah putih akan dimulai dari batas negara. Tak hanya anak sekolah dan warga setempat, sejumlah organisasi masyarakat ikut ambil bagian dalam semarak konvoi merah putih pagi itu.
Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano, serta pejabat dari Pemerintah Kota Jayapura tampak bergembira bersama warga dalam konvoi tersebut. Kibaran bendera merah putih yang dipegang oleh peserta karnaval, melambai ke kanan dan ke kiri, seiring ayunan lambaian tangan.
Kapolres Jayapura Kota AKBP Gustav Urbinas menyebutkan pelepasan konvoi berlangsung di halaman Kantor Distrik Skouw. Konvoi merah putih sengaja diikuti oleh masyarakat yang mendiami wilayah ini dan menjadi penjaga pintu gerbang negara pada bagian Timur Indonesia.
"Kota Jayapura berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini. Keberadaan saudara-saudara di sini sangat penting, untuk menjaga kamtibmas, agar tetap aman untuk kehidupan masyarakat di segala bidang kehidupan sehar-hari," ujarnya, Kamis (8/8/2019).
Gustav menambahkan, tinggal dan menetap di wilayah perbatasan, sangat rawan. Termasuk wilayah perbatasan Papua dan Papua Nugini yang rawan akan penyelundupan dan peredaran narkoba.
"Jadi, jauhi narkoba, jangan coba-coba gunakan atau mengedarkan narkoba, karena akan merusak masa depan, jika tubuh sakit karena narkoba maka masa depan juga akan rusak. Mari kita berkarya mengisi kemerdekaan Indoensia," jelasnya.