Risma Minta Masyarakat Surabaya Kibarkan Bendera Merah Putih Sepanjang Agustus

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengimbau seluruh warga Surabaya, Jawa Timur untuk mengibarkan bendera merah putih menjadi satu bulan penuh dari 1-31 Agustus 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Agu 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2019, 16:00 WIB
Suporter Sambut Kemenangan Timnas Indonesia U-19 Atas Chinese Taipei
Bendera Merah Putih dikibarkan suporter saat menyaksikan laga Timnas Indonesia U-19 melawan Chinnese Taipei pada penyisihan Grup A Piala AFC U-19 2018 di Stadion GBK, Jakarta, Kamis (18/10). Indonesia unggul 3-1. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) mengimbau seluruh masyarakat Surabaya, Jawa Timur untuk mengibarkan bendera merah putih menjadi satu bulan penuh dari 1-31 Agustus 2019 dari pukul 06.00-18.00 WIB.  Imbauan ini untuk memperingati HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebelumnya imbauan pengibaran bendera merah putih hanya lima hari berturut-turut mulai 14-18 Agustus 2019. Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya M.Fikser membenarkan hal tersebut. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga sudah memberikan surat imbauan untuk kelurahan, kecamatan, dan pengusaha.

"Iya ada surat imbauan dari bu Risma kepada lurah, camat, pengusaha untuk kibarkan bendera pada 1 Agustus-31 Agustus 2019,” ujar Fikser saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (1/8/2019).

Ia menuturkan, pengibaran bendera ini untuk memperingati Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus dan meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat.

Imbauan lain kepada masyarakat Surabaya untuk melaksanakan kerja bakti di lingkungan yang dapat dilakukan secara massal, perorangan dan kelompok maupun instansi dengan cara membersihkan saluran air, fasilitas umum seperti pedestrian, sekolah, perkantoran swasta, pemerintah hingga perumahan.

Dari surat imbauan menyebutkan, menghias perkantoran, hotel, mal, restoran, supermarket, tempat hiburan umum, kantor swasta, sekolah, lingkungan tempat tinggal. Kemudian memasang logo, mengecat kembali bangunan gedung, pagar, gapura yang sudah kusam. Kepada pemegang izin reklame agar membersihkan, mengecat dan menghias reklame-reklame yang berada di tempat titik-titik reklame yang telah ditentukan.

Selain itu, agar hiasan kota terlihat lebih rapi dan tertib untuk pelaksanaannya dapat berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya di Jalan Menur Nomor 31, Surabaya, Jawa Timur.

Fikser menambahkan, di mal dan perkantoran juga didengarkan lagu-lagu kebangsaan. Hal ini untuk meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat Surabaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Strategi Risma Tekan Inflasi di Surabaya

Dikunjungi Gubernur Jatim, Wali Kota Risma Diprediksi Akan Segera Pulang
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuadi membenarkan bahwa kondisi Wali Kota Risma sudah lebih sehat. (Foto: Liputan6/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) membeberkan cerita soal menciptakan harga pangan murah dan terjangkau di tengah kondisi alam yang kurang memadai di Surabaya, Jawa Timur.

Berkat penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, Surabaya tak pernah lagi merasakan harga cabai mahal.

"Tidak pernah dibayangkan sekarang kita bisa punya tomat, selada keripik, kami sudah bisa tanam sendiri di Surabaya. Jadi makanya harga sayur di Surabaya itu lebih rendah jadi tidak ada cabai mahal. Orang Surabaya tidak ada ngeluh cabai mahal karena kami bisa nanam cabai sendiri," ujar dia di Jakarta, seperti dilansir Merdeka, Rabu, 31 Juli 2019.

Dia mengatakan, pada awal pemerintahannya, Surabaya memiliki inflasi cukup tinggi dikontribusikan oleh mahalnya harga sayur-sayuran. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca kota tersebut yang cukup panas dan sulit ditanami tumbuh-tumbuhan.

Tidak habis akal, Risma mengajak para peneliti untuk menciptakan inovasi yang dapat membuat Surabaya lebih sejuk dengan bantuan awan buatan. Saat ini, bukan hanya sayuran yang dapat tumbuh tetapi juga kondisi cuaca yang tadinya 35 derajat celsius menjadi rata-rata paling tinggi 30 derajat celsius.

"Di awal saya jadi wali kota, inflasi tertinggi awal dipicu sayuran. Karena sayuran itu mahal sekali karena kami tidak punya produksi sayuran. Sayuran semua diambil dari luar, akhirnya warga Surabaya saya gerakkan untuk menanam sayur," ujar dia.

Risma melanjutkan, sayur produksi masyarakat Surabaya kini bukan lagi untuk konsumsi sendiri melainkan sudah menjadi salah satu sumber penghasilan. Terobosan tersebut pun meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

"Cara saya mengurangi pengeluaran yang pertama itu adalah pendidikan gratis, kesehatan gratis, kemudian saya memberikan bibit dengan harapan kalau dia membeli sayur sendiri, bukan hanya sayur tapi kolam lele. Kolamnya bisa dikecilkan dibesarkan sesuai ukuran rumahnya dia," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya