Misi Utama Profesor Asal California Belajar Seni dan Budaya dari Keraton Kacirebonan

Tidak sedikit warga negara asing yang tertarik untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia bahkan membuka sanggar seni di negaranya.

oleh Panji Prayitno diperbarui 15 Agu 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 09:00 WIB
Misi Utama Profesor Amerika di Malam Persahabatan Cirebon dan California
Misi utama Mama Erik belajar seni budaya Cirebon agar tetap dapat dilestarikan oleh warga Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Kiprah Richard Nort dalam melestarikan seni dan budaya Cirebon mendapat apresiasi dari sejumlah elemen masyarakat Cirebon.

Direktur Sanggar Sinar Surya Santa Barbara California Amerika Serikat tersebut mengaku jatuh cinta pada Cirebon. Pria yang akrab disapa Mama Erik ini belajar sambil membantu mendokumentasikan warisan seni budaya leluhur Cirebon.

"Misi saya hanya satu mengembalikan kembali warisan seni budaya Cirebon kepada masyarakat yang berhak agar tetap lestari," kata Mama Erik di sela kegiatan pagelaran Memayu Agung Budaya Ingsun di Keraton Kacirebonan, Rabu (15/8/2019) malam.

Profesor asal California itu mengaku sangat beruntung dipercaya oleh sang guru Almarhum Pangeran H Yusuf Dendabrata untuk mempelajari semua seni dan budaya Cirebon. Padahal, saat itu Erik berniat hanya belajar beberapa kesenian gamelan dan karawitan Cirebon.

Tahun 1976 Erik mulai meneliti dan belajar seni karawitan Cirebon. Seiring berjalannya waktu, tahun 1981 Erik bertemu sang guru.

"Saya bertemu bincang-bincang dan menyatakan ingin belajar karawitan Cirebon dan gamelan. Tapi guru saya bilang tidak boleh nanggung harus belajar keseluruhan seni budaya Cirebon termasuk filosofinya," ujar dia.

Erik mengaku sempat kebingungan mendapat kepercayaan besar dari sang guru. Dia akhirnya bertekad mengikuti arahan sang guru hingga akhirnya mampu mendokumentasikan serta melestarikan seni budaya Cirebon di California.

Erik mengaku mulai memahami alasan sang guru memintanya mempelajari keseluruhan seni budaya Cirebon. Tepat 17 tahun setelah meneliti Gamelan Cirebon, Erik sempat sedih lantaran saat itu tidak ada penerus yang semangat melestarikan warisan leluhur.

"Saya jadi paham kenapa guru saya bersikukuh meminta agar mendokumentasikan seluruh warisan seni budaya Cirebon termasuk membuat notasi gamelan serta lagu-lagu gamelan Cirebon yang belum diperdengarkan. Karena 17 tahun setelah saya belajar, beberapa kesenian khas Cirebon hampir punah," ujar dia.

Cirebon dan California

Misi Utama Profesor Amerika di Malam Persahabatan Cirebon dan California
Misi utama Mama Erik belajar seni budaya Cirebon agar tetap dapat dilestarikan oleh warga Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Upaya Erik mendokumentasikan warisan leluhur Cirebon tersebut cukup membuahkan hasil. Erik yang rela datang dua tahun sekali ke Cirebon itu selalu membawa semangat baru kepada penerus Cirebon.

Bahkan, dia tidak ragu menggelar pentas kolaborasi sanggar seni Sinar Surya Santa Barbara dengan Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata di Keraton Kacirebonan.

"Ini malam persahabatan antara Cirebon dan California. Kami bangga dan mengapresiasi ketulusan Mama Erik melestarian seni budaya warisan leluhur dan mengembalikannya kepada kami dalam konsep baru digital," ujar Ketua Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata, Tomi Iplaludin.

Dia mengaku butuh kesadaran yang kuat agar masyarakat dapat melestarikan seni budaya Cirebon. Pada malam persahabatan tersebut, Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata dan Sanggar Sinar Surya Santa Barbara menampilkan pagelaran wayang kulit Gagrak Cirebon.

Dalam pagelaran tersebut, lima dalang wayang kulit berkolaborasi memainkan cerita pewayangan Cirebon, yakni Kumbakarna Gugur, Sumantri Ngenger, Prabu Kangsa Jaya dan Sukrasana Gugur.

"Yang utama malam persahabatannya karena ada keharmonisan antara California dan Cirebon. Untuk mengetahui cerita lakon wayangnya lebih baik lihat langsung," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya