Liputan6.com, Pekanbaru - Kabut asap yang makin pekat pada Jumat (13/9/2019) membuat Jembatan Siak IV di Pekanbaru seolah hilang dari pandangan.
Warga dari arah Kecamatan Rumbai terlihat di Jembatan Siak III sambil terheran-heran melihat ke arah lokasi Jembatan Siak IV. Kalau ditarik garis lurus di Sungai Siak, jarak dua jembatan tersebut diperkirakan sekitar 500 meter. Namun, pada hari ini Jembatan Siak IV seakan ditelan kabut asap akibat kebakaran hutan.
"Benar-benar nggak kelihatan Jembatan Siak IV, bang. Ini kabut asap berarti sudah parah sekali," kata Rudi (27), seorang warga Pekanbaru dikutip Antara.
Advertisement
Warga lainnya, Mike Agnesia (36), mengatakan sengaja turun dari motor dan memotret kondisi hilangnya Jembatan Siak IV dengan gawainya untuk diunggah ke media sosial. "Sebesar itu jembatan bisa hilang ‘ditelan’ kabut asap," kata Mike terheran-heran.
Jembatan Siak IV menjadi salah satu ikon di Kota Pekanbaru. Infrastruktur ini diresmikan pada Februari 2019 dengan nama aslinya Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, namun warga kerap menyebutkan dengan Jembatan Siak IV. Jembatan tersebut punya total panjang jembatan 800 meter, dengan konstruksi “Steel Deck Girder” yang memiliki 14 titik kabel di bagian hulu dan hilir. Tinggi Pylon jembatan 75 meter dengan jenis konstruksi beton.
Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin Sulianto mengatakan kabut asap Karhutla di Provinsi Riau semakin pekat dan membuat jarak pandang di sejumlah daerah turun drastis hanya berkisar 200 hingga 400 meter pada Jumat pagi. Ia menjelaskan, jarak pandang anjlok pada pukul 07.00 WIB. Di Kota Pekanbaru jarak pandang hanya 300 meter, begitu juga di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu sekitar 300 meter dan Kota Dumai jarak pandang 400 meter.
Bibin menjelaskan, selang dua jam atau pukul 09.00 WIB, jarak pandang di Pekanbaru naik jadi 800 meter dan Pelalawan juga mulai membaik tapi masih di angka 300 meter.
Sementara itu, di Kota Dumai dan Rengat jarak pandang belum membaik masih sekitar 400 dan 300 meter.
Ia mengatakan pekatnya kabut asap disebabkan Karhutla masih ada di Riau dan provinsi tetangga yang berada di bagian selatan Sumatera. Kondisi angin yang berhembus dari tenggara hingga selatan membawa polutan jerebu ke Riau. Jerebu menumpuk di daerah Riau karena hembusan angin cenderung lambat.
"Kecepatan angin di Riau sendiri tergolong lambat, hanya 5 knot atau 10 kilometer per jam," katanya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat pagi pukul 06.00 WIB terpantau ada 1.319 titik panas (hotspot) yang jadi indikasi awak Karhutla di Pulau Sumatera. Titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yakni 537 titik, kemudian Jambi 440 titik, dan Riau sendiri ada 239 titik panas.
Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 3 titik dan Kota Dumai ada satu titik.
Dari jumlah tersebut ada 177 yang dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Kemudian di Inhu sebanyak 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing 9 titik, Kampar 8 titik, Bengkalis 6 titik, dan Siak dua titik.