Liputan6.com, Blora - Kelangkaan masker di Indonesia, menjadi isu yang hangat sejak awal tahun hingga Maret 2020 ini. Fenomena itu tak lepas dari wabah virus Corona yang rupanya juga telah menjangkit Warga Negara Indonesia (WNI).
Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, meski belum ada informasi warga yang terjangkit virus itu, namun masker juga langka. Seperti halnya di Apotek Kaliwangan. Di apotek tersebut, masker sama sekali tak tersedia.
"Masker kosong Mas, salesnya sudah tidak lagi kesini," kata pegawai Apotek Kaliwangan, Lega, kepada Liputan6.com, Kamis (5/3/2020).
Advertisement
Menurut Lega, sales sudah tak lagi mengirim masker dua minggu terakhir ini. Penyebabnya setelah adanya kabar virus Corona meluas.
Baca Juga
"Dulu sini menyediakan. Ecerannya Rp1.000, per boks isi 50 harganya Rp50 ribu. Terakhir lebih dari dua minggu lalu harga dari sales naik Rp250 ribu," katanya.
Apotek K24 Blora juga menyampaikan hal senada. Apotek ini tidak lagi menyediakan masker. Bahkan, apotek ini sudah tak lagi menyediakan masker sejak awal 2020, atau dua bulan lebih.
"Disini sudah sejak awal tahun 2020 kemarin kosong. Stok dari sananya tidak ada," kata Asisten apoteker K24 Blora, Abdul Rozaq.
Hal sedikit berbeda diungkapkan saat ke apotek Sinar Sehat Blora. Meski pun di apotek-apotek lain sudah kosong, apotek ini tampak masih menyediakan masker.
"Disini ada tapi tidak banyak, harga perbiji Rp7.500, kalau beli per boks isi 50 harganya Rp350 ribu," ujar pihak Apotek Sinar Sehat Blora, Ainia Zulva.
Pemantauan 64 Warga Blora Terkait Virus Corona
Saking banyaknya warga yang mencari masker, Zulva mengungkap bahwa apotek Sinar Sehat terpaksa mencari masker bukan dari sales yang sering datang ke apotek-apotek Blora seperti biasa.
"Sini dapat dari luar Mas, kita dapatnya harga mahal ya kita jual mahal. Saat ini stoknya tinggal sedikit," kata dia.
Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Blora, Mochamad Jumarno menyebut kelangkaan masker bisa dilihat dari beberapa hal. Dari sudut pandang perdagangan, dia menengarai ada permainan dalam perdagangan alat kesehatan tersebut.
Di lain sisi, serbuan masyarakat yang mencari masker untuk mengantisipasi keberadaan virus Corona juga membuat makser langka dan mahal.
"Hal ini wajar ketika banyak yang nyari masker, pastinya dimana-mana banyak yang kosong," ucap Jumarno.
Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora, Jawa Tengah, memantau 64 warga Blora yang baru datang dari luar negeri. Sebagian besar mereka dari Arab Saudi, setelah melaksanakan umrah.
Rinciannya 60 orang dari Arab Saudi, satu dari Malaysia, satu Vietnam dan dua orang dari Singapura. Sebanyak 58 orang dinyatakan sehat.
"Sedangkan enam lainnya dinyatakan kurang enak badan saat tiba di Blora," kata Plt. Kepala DKK Blora, Lilik Hernanto saat rapat koordinasi (Rakor) kesiapan penanganan dan kewaspadaan virus Corona atau COVID-19, di Gedung Samin Surosentiko, Rabu (4/3/2020).
Advertisement
Upaya Pemerintah Menekan Histeria Virus Corona
Lilik menyampaikan, keenam orang tersebut terus didampingi oleh tim kesehatan. Hal itu dilakukan karena mereka menderita batuk, pilek dan demam.
"Demamnya masih di bawah 36 derajat celsius. Sedangkan yang satu orang mengalami demam di atas 36 derajat Celsius, batuk, pilek, pusing dan nyeri tenggorokan,” dia menjelaskan.
Lilik menegaskan, keenam orang tersebut berada dalam pemantauan dan pengawasan lanjutan. Mereka saat ini dianjurkan untuk tidak keluar rumah, selalu memakai masker, dan makan makanan bergizi.
"Sekarang kondisinya sudah dinyatakan sehat," katanya.
Sekretaris Daerah Blora, Komang Gede Irawadi, menyambut baik langkah-langkah yang telah dilakukan dinas kesehatan untuk menyikapi maraknya pemberitaan tentang bahaya COVID-19 yang telah sampai di Indonesia.
"Sudah ada dua WNI yang dinyatakan positif terkena COVID-19. Maka rakor ini kita laksanakan sebagai wujud kewaspadaan di tingkat daerah, khususnya Blora. Kami minta seluruh dinas terkait untuk gencar melaksanakan sosialisasi," ujar Komang.
Menurutnya, guna mengurangi kecemasan masyarakat terhadap bahaya COVID-19 ini, pihaknya meminta seluruh awak media bisa menyampaikan pemberitaan yang benar dan tidak menimbulkan kepanikan.
"Manfaatkan media sosial dengan baik. Isi dengan sosialisasi yang mengedukasi, bukan menakut-nakuti," ucap Komang.
Simak video pilihan berikut ini: