TKI Asal Madura Berbagi Kisah Sulitnya Hidup Selama 'Lockdown' di Malaysia

Ratusan TKI dari Malaysia yang mudik ini sudah mengikuti rangkaian pemeriksaan kesehatan dan mereka dipastikan negatif Corona Covid-19.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 18 Apr 2020, 03:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 03:00 WIB
Masker
Seorang Pekerja Migran memasangkan masker pada anaknya begitu turun di Terminal Bangkalan

Liputan6.com, Bangkalan - Sejak virus corona ditetapkan menjadi pandemi, lockdown adalah salah satu cara yang dianggap efektif memutus rantai penyebaran virus yang berasal dari mamalia kelelawar dan trenggiling ini. China, negara muasal covid-19, telah membuktikannya juga Malaysia.

Namun, lockdown, yang dalam undang-undang Indonesia disebut karantina wilayah, punya dampak sosial yang besar. Tak hanya memukul perekonomian negara dan dunia usaha, ketahanan pangan masyarakat bawah menjadi sangat rentan, terutama bagi mereka yang tak punya penghasilan tetap.

Pada Kamis malam, 16 April 2020, para pekerja migran Malaysia asal Madura tiba di terminal Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur setelah sebulan mengalami lockdown di negeri jiran telah mengalami kesulitan pangan. Menurut, mereka lockdown sama sekali tidak enak.

"Sejak lockdown makan jadi susah". Kalimat inilah yang diucapkan Nur Pai pertama kali saat ditanya pendapatnya soal lockdown yang dialami.

Malaysia memberlakukan lockdown pada 17 Maret 2020 tak lama setalah pandemi corona sampai ke negeri jiran. Sejak itu, pemuda 35 tahun yang menjadi buruh bangunan di Malaka tak lagi bisa bekerja. Denyut kehidupan seolah terhenti.

Sepekan pertama kehidupan masih normal karena stok kebutuhan pokok masih mencukupi. Lama-kelamaan tabungan Nur Pai ikut kandas dan kebutuhan pokok menjadi semakin langka.

"Sebelum tabungan ludes, pulang adalah pilihan terbaik karena di sana juga tak bisa kerja," kata pekerja migran warga Desa Bunalas, Kecamatan Burneh, Bangkalan itu.

Maka, ketika ada kesempatan pulang ke kampung halaman, Nur Pai berdelapan dengan kawan rantau sekampung tak perlu berpikir lama untuk memutuskan pulang.

Bagi Nur Pai, pulang pada masa pandemi adalah sebuah mudik yang melelahkan tak hanya fisik tapi juga mental. Sejak masuk bandara Malaysia hingga turun di Bandara Juanda Surabaya, ia ketar-ketir tiap kali menjalani rapid tes Corona.

"Semua TKI yang pulang sudah tes Corona, dan Alhamdulillah semua negatif, makanya bisa pulang," tutur dia.

Arif Hidayat tak seberuntung Nur Pai. Lewat sebuah rekaman video, dia membagikan berbagai kesulitan yang dialami selama terisolasi di daerah Kajang Malaysia.

"Saya berbicara mewakili teman-teman TKI, kami sekarang kesulitan kebutuhan pokok selama sebulan lockdown," tuturnya dalam sebuah video yang sempat viral di media sosial.

Simak video pilihan berikut ini:

Semua TKI Negatif Corona

TKI Madura
Bus yang mengantarkan para TKI Madura setibanya di Terminal Bangkalan.

Total pekerja migran Malaysia yang tiba di Juanda malam itu sebanyak 172 orang dan 129 di antaranya asal Pulau Madura. Dari jumlah itu, 54 TKI adalah warga Bangkalan selebihnya warga Sampang dan Pamekasan.

Polisi memastikan mereka, para TKI itu, negatif corona karena telah melewati upaya pencegahan sesuai protokol kesehatan. Sebelum pulang, mereka telah menjalani isolasi mandiri di Malaysia selama 14 hari.

Setiba di Bandara Juanda mereka menjalani rapid test serta screening di terminal daerah tujuan. Setelah tiba di rumah, mereka harus isolasi mandiri lagi selama 14 hari, baru kemudian boleh beraktivitas di luar rumah.

"Belum ada temuan positif, mereka semua negatif covid, mereka juga susah tandatangan kesanggupan isolasi mandiri di Juanda," kata Wakapolres Bangkalan, Kompol Deky Hermansyah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya