Kisah Haru Dokter Jiwa Obati Wanita yang Dikurung 15 Tahun di Kandang Bambu

Di Desa Singamerta Kecamatan Sigaluh ada lima pasien dengan gangguan jiwa dengan berbagai kondisi. Dari lima pasien itu, satu di antaranya dikurung

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 31 Okt 2021, 18:06 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 04:00 WIB
Dokter Jiwa RSI Banjarnegara, dr Seno berbicara dengan keluarga pasien jiwa yang disambanganinya di pedesaan. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Ridlo)
Dokter Jiwa RSI Banjarnegara, dr Seno berbicara dengan keluarga pasien jiwa yang disambanganinya di pedesaan. (Foto: Liputan6.com/RSI Banjarnegara/Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Praktik pemasungan dan sejenisnya perlahan berkurang jauh seturut munculnya kesadaran masyarakat. Namun, berkurang bukan berarti tidak ada sama sekali.

Tentu saja, alasan pemasungan bermacam rupa. Ada yang demi keamanan, ada pula yang takut kehilangan. Dengan alasan-alasan itu lah, praktik ini tetap ada meski pemerintah telah begitu getol memerangi praktik pemasungan.

Di Banjarnegara, Jawa Tengah misalnya. Seorang penderita gangguan jiwa (ODGJ) di Desa Singamerta, Kecamatan Sigaluh, dikurung di kerangkeng bambu di dalam rumah.

Fakta ini ditemui, ketika Dokter kesehatan jiwa Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, dr Seno Bayu Aji Sp KJ blusukan ke sejumlah desa. Dr Seno blusukan lantaran pasiennya mesti tetap tinggal di rumah demi menghindari penularan di masa pandemi Covid-19 ini.

Dalam 'blusukan' kali ini sedikitnya ada enam pasien gangguna jiwa yang didatangi. Di Desa Singamerta Kecamatan Sigaluh ada lima pasien dengan gangguan jiwa dengan berbagai kondisi. Dari lima pasien itu, satu di antaranya dikurung.

Nama pasien tersebut adalah BM. Dia menempati sebuah rumah sederhana bertembok bata tanpa plester. BM menempati ruangan antara kamar mandi dan dapur rumah milik anaknya, Nur Hasanah (27).

Di tempat itu, kerangkeng bambu dibikin. Bentuknya mirip kandang dan hanya seluas 1,5 x 2 meter.

Alas berupa tanah. Di dalamnya hanya ada bangku memanjang untuk duduk dan berbaring. di tempat ini lah, wanita ini dikerangkeng.

Kesehariannya BM tak mau mengenakan baju, dan selalu meracau. Masih beruntung, BM masih bisa berinteraksi dengan orang lain.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Alasan Anak Mengurung Ibunya

"Pasien yang kita temui bervariasi, ada yang ringan, sedang dan berat. Khusus di Kincang yang di ruangan kecil itu, termasuknya gangguan berat, tapi kita bersama tim medis puskesmas dan keluarganya melakukan upaya, baik pemberian obat secara oral, dan ke depan kita usahakan obat injeksi," kata Seno, dalam keterangannya, dikutip Sabtu, 18 April 2020.

Anak BM, Nur Hasanah menuturkan, saat ia masih kecil ibunya normal. Namun saat ibunya bekerja di Jakarta, keluarga sempat putus kontak. Belakangan diketahui, ibunya sudah dirawat di panti sosial di Pekalongan.

Hasanah dan keluarganya sudah berupaya menyembuhkan ibunda tercinta. Namun hingga kini upaya itu belum menunjukkan kemajuan yang berarti.

Makanya, dia begitu gembira tatkala dokter dan tenaga medis dari RSI Banjarnegara dan Puskesmas berkunjung ke rumahnya. Dia begitu berharap, upaya medis ini bisa menjadi jalan sembuh bagi ibunya.

"Saya berharap ada kesembuhan bagi ibu saya. Saya juga berusaha agar ibu mau mengonsumsi obat yang diberikan dokter," ucap Hasanah.

Wabah Corona memang benar-benar menyebabkan masyarakat takut ke rumah sakit, termasuk keluarga pasien gangguan jiwa. Menyikapi ini, dr Seno mesti rela blusukan mendatangi satu per satu pasien, rumah per rumah.

Seno menjelaskan, kekhawatiran masyarakat terhadap penularan Covid-19 ini sangat tinggi. Karenanya, mereka enggan ke rumah sakit. Sebab itu, dia memilih memberikan pelayanan dengan sistem jemput bola.

 

Infrastruktur untuk Pasien Gangguan Jiwa

“Walau sebenarnya warga tidak perlu takut untuk berobat atau kontrol kesehatan di rumah sakit, karena di tempat kami sudah dipisahkan antara pasien infeksius dan non infeksius," kata Seno.

Dalam kunjungan itu, ia ditemani perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan dan nonmedis lainnya. Selain mengedukasi agar pasien gangguan jiwa tetap mengonsumsi obat, dia dan tim juga memeriksa secara langsung, memberi obat, dan mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya.

"Kami justru khawatir dengan adanya wabah Corona, pasien ini berhenti konsumsi obatnya. Pasalnya konsumsi obat bagi pasien gangguan jiwa ini tidak boleh terputus. Dalam kondisi apapun mereka harus konsumsi obat dengan teratur," dia menjelaskan.

RS Islam Banjarnegara bekerja sama dengan puskesmas, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan aparat di desa.

"Kami terus berupaya dan berusaha untuk melakukan kegiatan serupa secara periodik, mingguan maupun bulanan," ujarnya.

Yuli Puriwati, Petugas Program Jiwa Puskesmas Rakit 2 dalam kesempatan sama mengungkapkan, Puskesmas sudah melakukan berbagai upaya penyembuhan. Di antaranya dengan pemberian gizi, obat, serta injeksi.

"Dulu sudah masuk program kami, namun karena semakin banyak, sedikitnya saat ini ada 53 pasien yang kita tangani, maka kami masih ada kekurangan fasilitas untuk beberapa pasien," kata Yuli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya