Liputan6.com, Jember - Tim sapu bersih (Saber) Pasung Dinas Sosial Kabupaten Jember, Jawa Timur harus turun tangan melepaskan pasung yang mengikat kaki pemuda warga Desa Curah Takdir, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pemuda ini bernama Maryono (47).
Dia telah dipasung sejak 2017 bulan lalu. Kedua kakinya dirantai, meski dia masih bisa berjalan. Namun, sejak 6 bulan terakhir, mobilitasnya terhenti karena pasungannya diperketat dengan dua balok kayu yang mengapit kakinya.
"Pemuda ini dipasung karena stres berat, karena putus cinta. Dia sudah enam bulan dipasung, dan sejak tahun 2017, kedua kaki dirantai," tutur Kanit Reskrim Polsek Tempurejo, Iptu Sholekhan Arif kepada Liputan6.com, Senin, 4 Februari 2019.
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan Bhabinkamtibmas Desa Curah Takir melakukan pendampingan terhadap Tim Saber Pasung Dinsos Jember untuk melakukan lepas pasung dan pengobatan tahap pertama terhadap pasien pasung, Maryono.
Tim tersebut terdiri 2 ASN Dinas Sosial, Noval dan Fauzi, Kepala Desa Curah Takir, Ibnuwanto, Kasun Krajan 2 Desa Curah Takir, Gozali dan petugas kesehatan Desa Curah Takir, Indana.
Setelah meminta izin, tim menemui pasien yang berada di ruang belakang rumah sangat sederhana, dengan dinding anyaman bambu, yang sudah kelihatan kusam. Petugas langsung membuka gembok pada alat pasung yang berupa dua kayu berlubang sesuai ukuran kaki, yang digunakan menjepit kaki Maryono.
Sepintas terlihat sedikit kegembiraan pada wajah Maryono, saat tim saber pasung melakukan pengobatan tahap pertama. Pengobatan ini meliputi pelepasan kayu pasung, memandikan pasien, memberikan makan, serta memberikan suntikan dan obat penenang.
Begitu pasung dilepas, pemuda ini dikeluarkan dari rumah untuk dimandikan. Tim secara bersama-sama memandikan Maryono di belakang rumahnya.
"Pasien ini, memang lama dan jarang mandi," ujar mantan Kanit Tipiter Kepolisian Resort Jember Polda Jatim ini.
Usai mandi, dia langsung diberi makan, disuapi salah seorang anggota Bhabinkamtibmas Desa Curah Takir, Brigpol Agus Sugiarto, hingga yang bersangkutan kenyang. Beberapa saat kemudian, petugas kesehatan memberikan tindakan pengobatan dan obat penenang, sehingga korban bisa beristirahat.
Awal Kisah Cinta Tragis
Kisah pilu yang menimpa pemuda ini, lanjut Arif, bermula pada 22 tahun silam, ketika Maryono yang saat itu berusia 25 tahun menaruh hati kepada gadis tetangganya. Cerita cinta Maryono muda dimulai dengan gadis desa yang menjadi pujaan hatinya. Dia sudah mengikat janji sehidup semati dengan kekasihnya itu.
"Entah karena apa kisah asmaranya kandas di tengah jalan, gadis pujaan hatinya menikah dengan pria lain," tutur Arif.
Rupanya, Maryono tidak bisa menerima pernikahan itu. Sejak itu, dia menjadi pemurung dan penyendiri di rumahnya. Dia terus memikirkan nasibnya, sehingga perlahan-lahan jiwanya rapuh dan stres. Rupanya Maryono adalah tipe lelaki setia. Dia enggan mencari pengganti kekasihnya yang sudah menikah dengan pria lain.
"Sejak usia 25 tahun, pemuda ini mengalami stres berat. Bahkan, dia berulah sering melampiaskan kekesalannya, mengganggu warga dan barang-barang di rumahnya," kata Arif.
Karena sudah berada pada tahap membahayakan dan mengganggu ketenangan warga, sejak tahun 2017, kaki pemuda ini dirantai. Namun meski dirantai, ternyata dia masih berjalan-jalan ke perkampungan penduduk.
"Karena masih membahayakan, karena Maryono masih bisa membawa celurit mengancam warga, maka atas musyawarah warga dengan keluarga Maryono, 6 bulan yang lalu, pertengahan 2018, pemuda ini dipasung," ujar Arif.
Kedatangan tim saber pasung, menawarkan secercah harapan bagi Maryono untuk menjalani perawatan yang layak dan manusiawi.
"Saat ini, Maryono yang sudah berusia 47 tahun, sudah lepas dari pasungan. Namun, hingga Senin siang, pemuda desa ini, masih berada di rumahnya. Menurut rencana, Maryono akan dirujuk ke rumah sakit jiwa Lawang Malang," kata Arif.
Sedangkan, tim saber pasung dinsos Jember, sedang berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk melengkapi administrasi dan persyaratan pasien pasung untuk dirujuk ke rumah sakit jiwa Lawang Kabupaten Malang.
"Pihak tim saber pasung, masih meminta dokumen kependudukan, kartu BPJS kesehatan, apalagi yang bersangkutan, tergolong tidak mampu," jelas Arif. Maryono hanya tinggal dengan ibunya yang sudah tua, sedang ayahnya sudah meninggal dunia.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement