Seberkas Harapan Pagi Pelaku Wisata di Desa Koja Doi Sikka NTT

Pandemi virus corona (Covid-19) membuat aktivitas pariwisata di Desa Koja Doi Sikka NTT terhenti.

oleh Ola KedaDionisius Wilibardus diperbarui 05 Mei 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 06:00 WIB
Wisata NTT
Foto : Situs bukit batu purba, pulau Koja Doi di Kabupaten Sikka, NTT (Liputan6.com/Dion)

 

Liputan6.com, Kupang - Desa Koja Doi yang ada di Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, merupakan salah satu destinasi wisata hits di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan desa wisata ini pada 2019 berhasil meraih penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), untuk kategori pengelolaan lingkungan berkelanjutan terkait tata kelola destinasi.

Di tengah pandemi, desa wisata yang terkenal dengan panorama keindahan bukit batu purba, jembatan batu, aneka terumbu karang dan hutan bakau itu kini sepi. Kondisi itu dimanfaatkan pemerintah desa untuk melakukan pembenahan.

Yance Moa, pembina Badan Usaha Milik Desa Monianse Koja Doi yang menaungi destinasi wisata di dalamnya, kepada Liputan6.com, Minggu (3/5/2020) mengatakan, pembenahan destinasi desa wisata tengah dilakukan dengan menggunakan dana Padat Karya Tunai Desa (PKTD).

Yance mengatakan, dana PKTD dimanfaatkan untuk penataan objek wisata dengan konsep gotong-royong dengan tetap memperhatikan social distancing dan physical distancing sesuai anjuran pemerintah.

Penataan juga dilakukan di berbagai destinasi wisata baru yang sudah direncanakan guna mendukung pengembangan wisata.

"Pandemi corona, tetapi kita melihat juga dari sisi positifnya dengan melakukan pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembenahan obyek wisatanya agar semakin menarik untuk dikunjungi," ungkapnya.

Yance mencontohkan, papan informasi tentang jembatan batu, situs bukit batu purba,wisata mangrove sementara sedang disiapkan dan dianggarkan dari dana desa.

Untuk tahun 2021, pemerintah desa dan BUMDes Monianse sudah rencanakan untuk membenahi obyek wisata treking ke puncak bukit pulau besar dengan areal perkemahan termasuk membuat rumah pohon serta menata destinasi mangrove.

"Ditutupnya objek wisata akibat pandemi corona membuat kami mempunyai waktu untuk berbenah termasuk memperkuat SDM masyarakat. Dengan demikian saat akses wisata dibuka kembali kami sudah lebih baik dalam menyambut wisatawan," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Mati Suri

Wisata NTT
Foto : Jembatan batu yang menghubungkan pulau koja doi dengan koja gete di Kabupaten Sikka,Sikka (Liputan6.com/Dion)

Sementara Agustinus Bataona ketua Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) provinsi NTT mengakui, dampak Covid-19 membuat sektor pariwisata di NTT mati suri karena tidak ada wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke tempat wisata. Hal ini, kata Agustinus, membuat pelaku pariwisata kehilangan pendapatan.

"Semua objek wisata ditutup ditambah lagi bayak negara yang masih melakukan penutupan wilayahnya. Ini yang membuat wisatawan tidak melakukan perjalanan wisata karena pemerintah juga mengimbau agar warganya tetap berada di rumah," imbuhnya.

Ia berharap agar pandemi corona segera berakhir sehingga pariwisata NTT kembali normal dan pelaku pariwisata bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya